2. Anjing Penjaga dan Anjing Pemburu

25 3 0
                                    

Setelah bersahabat selama 5 tahun lebih 2 bulan dan 3 hari, Sasha secara alami menghapal beberapa jenis reaksi yang Sien miliki, salah satunya adalah ketika diberi kejutan kurang menyenangkan seperti sekarang.

Tahap pertama, alis hitam lebat Sien akan naik beberapa senti selama beberapa detik lalu menukik dalam hingga dahinya berkerut. Di waktu yang sama, sepasang mata gelap berujung tajamnya ikut menyipit. Rahang tegas pemuda dengan potongan rambut semi-militer itu juga tak lupa mengeras.

Saat itulah batin Sasha mulai menghitung mundur.

Tiga ...

Dua ...

Satu.

"Apa-apaan?"

Sudut mata kiri Sasha akhirnya berkedut. Di antara pupil matanya yang membesar, kemarahan yang nyata di wajah Sien terpantul dengan jelas. Pemuda yang agak lebih pendek darinya itu jelas tidak akan pernah menyukai setelan pakaiannya hari ini. Sasha memahami hal itu dengan baik ketika menurunkan tangannya yang menodongkan senjata api. Saat tengah mencari sesuatu di balik jas ungu gelapnya, suara rendah Sien kembali terdengar.

"Kau—brengsek, persetan dengan selamat ulang tahun itu! Apa kau sadar pakaian macam apa yang kau pakai sekarang? Kalau kau ketahuan, hukumannya tidak akan ringan! Cepat lepas sebelum—"

"Ini bukan barang curian." Sasha segera membantah kecurigaan yang mengarah padanya. Perlahan, lima jarinya yang dibalut sarung tangan putih meraih keluar sebuah pita berwarna hitam. Suara halus dan tenangnya terdengar lagi ketika benda itu ia ikatkan pada mulut pistol berwarna perak. "Aku juga tidak meminjam apalagi menyewa. Sien, kau jelas tahu mereka tidak sebaik itu untuk memberikan sesuatu. Yah, kecuali ... orang itu menjadi bagian dari mereka—"

Bunyi hantaman keras seketika menggema di sepanjang lorong lantai empat yang hening. Setelahnya, hanya terdengar suara tiga langkah kaki ketika Sasha mencoba menyeimbangkan tubuhnya yang limbung ke kiri. Ngilu di pipi baru terasa usai jarinya menyentuh bekas pukulan tadi.

Dengan hati-hati, Sasha menggerakkan lidahnya yang mulai mendeteksi pahitnya darah. "Kau belum memperbaiki kebiasaan burukmu, ya," keluhnya pelan. "Tindakanmu barusan, jika dilakukan pada judikator lain, bisa dianggap sebagai penyerangan terhadap aparat. Kau beruntung di sini tidak ada saksi mata, tapi tolong jangan diulangi lagi karena hanya kali ini aku memberikan toleransi. Apa kau mengerti, Sien?"

Berbeda dengan kalimat yang terucap, Sasha diam-diam berterima kasih saat melihat kepalan tangan kiri Sien yang bergetar ringan. Andai pemburu senior di depannya ini meninjunya dengan tangan kanan, rahangnya pasti sudah bergeser.

Di samping itu, Sasha sadar jika ia tidak memiliki hak untuk marah. Pria dengan fitur wajah halus tersebut belum lupa kalau dulu telah sepakat untuk dipukul jika melanggar kata-katanya sendiri. Satu bogem mentah merupakan hukuman paling ringan yang Sien berikan.

Sesuai dengan pemikiran Sasha, Sien juga merasa sudah berbaik hati—tentu saja berdasarkan standar penilaiannya sendiri. Ia bisa saja bertindak lebih jauh jika tidak ingat masih membutuhkan hal yang disebut penjelasan.

"Kenapa?"

Satu kata yang sedari tadi tercekat di tenggorokan akhirnya terucap juga. Menurut Sien, satu kata itu sudah cukup mewakili berbagai pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Dari ribuan makhluk hidup berkaki dua yang ada di pangkalan, kenapa harus Sasha yang ingkar janji dan menjadi judikator?

"Sien, kau sering sekali menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya. Setelah mempertimbangkan beberapa aspek, tentu wajar jika aku berubah pikiran," jawab Sasha selagi memutar-mutar pistol perak berpita hitamnya dengan jari; tampak tidak terganggu dengan tatapan tajam yang mengarah padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

APEX PREDATOR | Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang