Setelah interogasi Diki, Tim Shadow makin pusing. Mereka tak menyangka bahwa Kopay, yang mereka sangka hanya bos geng narkoba begajulan, ternyata sangat cerdik. Ia tak punya geng, maka orang-orang terdekatnya pun bisa jadi tak berarti untuknya. Entah bagaimana cara kerja Kopay yang sesungguhnya.
“Ya, kita mau berharap apa sih, sama orang yang ngorbanin anak-anak kandungnya buat kabur.” keluh Paul.
“Kita fokus aja ke clue yang dikasih Diki. Syar, Bal, lo cari tahu ada bisnis-bisnis apa di Matraman. Terutama yang berhubungan sama logistik. Paul coba lo kontak deh informan-informan jalanan, ada perubahan nggak di daerah sana—entah ada preman baru atau apapun. Nil, lo sama gue, ke ruangan tim narkotik sekarang.” jelas Renner.
Selain memberikan informasi bahwa Viper bukanlah sebuah geng, Diki juga bercerita bahwa Kopay kerap menyebut Matraman sebagai contoh sukses distribusi narkoba mereka. Ia sendiri tak tahu apa yang ada di sana, tapi setiap ada percakapan dengan Herman, Kopay sering menyebut ia ingin punya Matraman baru. Apapun yang ada di sana, pasti penting untuknya.
“Kumpul lagi di Bintang jam 9 malem ya.” sahut Renner kemudian.
⏳⏳⏳
Setelah mengumpulkan ragam informasi, Tim Shadow bertemu kembali di markas mereka.
Paul memulai meeting kali ini dengan temuan lapangannya, “Nggak ada orang baru sih, Ren. Tapi emang setoran ke preman naik. Terutama daerah deket-deket ruko sini.” Ia menunjuk sebuah titik di peta yang Iqbal buka di layar besar.
“Orang sana bilang, pokoknya orang-orang ruko itu suka ngasih lebih sekitar sebulanan ini.” jelasnya lagi.
Syarla dan Iqbal kini berpandangan, mencoba memahami informasi baru ini. Setelah beberapa saat akhirnya Iqbal mengangguk, tanda Syarla bisa menjelaskan persepektif mereka.
“Jadi aku sama Bang Iqbal nandain semua bisnis berbau logistik. Kita cek juga pendapatan mereka lewat laporan pajak. Nah, cuma ada tiga yang naiknya signifikan. Yang satu, emang ternyata baru expand kantor mereka. Satu lagi, baru teken kontrak gede. Nah, yang terakhir ini…” Syarla tak menyelesaikan kalimatnya.
“Nggak jelas. Tapi perusahaan gede. Kayak, hampir nggak mungkin.” sambung Iqbal, “Tapi, kantornya itu persis di ruko yang Bang Paul bilang barusan.”
“Hah?! J&D maksud lo??” Danil terkaget mendengar penjelasan Iqbal.
Iqbal menggaruk alisnya, “Iya, Bang…Gue juga bingung. Mau gue eliminasi dari kemungkinan, tapi dari temuannya Bang Paul jadi masuk akal sekarang.”
J&D atau Jasa Delivery, sebuah perusahaan pengiriman barang nasional. Beroperasi lebih dari 15 tahun, jangkauan mereka sudah sampai ke pelosok tanah air. Rasanya, hampir tak mungkin perusahaan sebesar itu terjerat kasus narkoba.
“Tapi Nil, tadi Bang Ari juga bilang kan untuk distribusi kayak gini, Kopay kemungkinan pake jaringan logistik. Dan dia pernah kerja di kompetitornya J&D dulu.” Renner angkat bicara sekarang, menjelaskan hasil diskusi mereka dengan salah satu Kanit (Kepala Unit) tim narkotika tadi di Polda.
“Iya, tapi seperti yang dia bilang juga, ini semua teori, Ren. Tim narkotik juga punya kesimpulan yang sama kalo mungkin Kopay ngebajak perusahaan logistik buat aksinya. Tapi surat penggeledahan nggak mungkin turun karena bukti dugaan yang kurang.” jelas Danil frustasi.
“Mau gue hack records-nya mereka?” tanya Iqbal.
“Lu nggak bosen ya, dimarahin Clara?” sanggah Paul sekarang. Iqbal hanya tersenyum meringis, “Udah kebal.”
“Nggak, nggak. Dari yang Diki bilang, kayaknya nggak bakal ada rekam apa-apa di digital. Dia aja setoran ke Herman tunai kok. Emang harus digeledah.” sahut Renner.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Two Hearts [E-book]
AçãoSekuel dari "Two Worlds Colliding": Ketika dua dunia yang berbeda pada akhirnya bersatu, rintangan apa yang akan ada di depan mereka? Dan apakah mereka bisa melewatinya? 🍣 E-book dari cerita ini bisa dibeli di link di profilku ya :)