Bab 5

22 3 0
                                    

"Kamu cuma pakai baju tanpa lengan gitu aja?"

"Iya, mau gimana?"

"Gak pakai seragam kayak yang lainnya?" Hanan menggeleng. Karena ini bengkel milih keluarganya, jadi ia memakai apapun yang ingin ia pakai.

"Kamu mau ikut ke luar atau tetap di sini kak?"

Icha berjalan kearah jendela lalu melihat suasana di area bengkel yang sudah ramai. Melihat itu, icha memutuskan untuk tidak ikut Hanan.

"Gak ikut, banyak cowok. Aku malu" Hanan mengangguk mengerti. Lalu ia mendekati icha dan membelai rambut icha.

"Ya udah disini aja kalau gak mau ikut. Tapi kalau kangen, boleh samperin aku di bawah kok"Icha mendengus, sedangkan Hanan terkekeh melihat reaksi icha.

"Ya udah ya udah aku turun sekarang ya? Jangan kangen"

"Siapa juga yang bakal kangen kamu" ucap icha sambil melipat tangannya di dada. Namun sepeninggalan Hanan, icha malah berjingkrak-jingkrak kesenangan. Ia menangkup wajahnya sendiri lalu menjatuhkan dirinya di kasur milik Hanan dan berguling-guling disana.

"Jadi gini pacaran sama brondong? Pantes aja temen-temen gue banyak yang pacaran sama brondong. Semanis ini sih perlakuannya" gumam icha sambil menangkup wajahnya.

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Selama satu jam, icha sudah menghampiri Hanan 4 kali. Awalnya ia malu tapi karena bosan, ia nekat menghampiri Hanan yang sibuk membenahi mobilnya. Icha menebalkan muka meskipun ada beberapa pegawai menggoda Hanan dan icha.

"Hanaaan"

Hanan yang masih sibuk mengotak-atik di bawah kolong mobil langsung keluar mendengar suara icha. Tidak seperti sebelumnya, Hanan yang keluar dengan tidak memakai baju, badannya yang berkeringat dan ada beberapa oli yang menempel di wajah dan tubuhnya membuat Hanan terlihat jauh lebih sexy dari sebelumnya.

"Udah kangen lagi ya kak?" Icha masih belum sadar, matanya masih sibuk menatap tubuh Hanan kagum.

"Kak" panggil Hanan kemudian tangannya ia naik turunkan di depan wajah icha. Tapi icha masih belum sadar, tangan icha malah menahan tangan Hanan agar tidak menghalangi pandangannya.
Karena gemas, Hanan langsung menyentil jidat icha membuat icha mengaduh kesakitan.

"Kenapa di sentil? Sakit tahu nan" Hanan terkekeh. Hanan menarik tangan icha dan menempelkan di perutnya.

"Kalau mau pegang juga boleh kak. Kan aku punya kakak" ucap Hanan pelan agar tidak ada yang mendengar. Icha menarik tangannya lalu mengeplak pundak Hanan.

"Apaan sih" icha memalikan wajahnya karena malu, rasanya ia ingin menjeburkan tubuhnya di selokan agar tak terlihat oleh Hanan.

"Itu tadi kak icha ngelihatinnya sampai ileran, kok gak mau ngaku" icha buru-buru mengelap mulutnya, takut-takut apa yang di katakan Hanan ada benarnya. Jika benar, ia akan jauh lebih malu dari sebelumnya.

"Ihh kamu nyebelin banget sih" Wajah icha seperti akan menangis, tangannya sudah memukuli Hanan. Tapi Hanan malah tertawa melihat tingkah laku icha. Tangan Hanan menahan tangan icha agar tidak dipukuli lagi.

"Udah udah jangan nangis, aku cuma bercanda sayang. Udah ya jangan nangis ya?" Tangan Hanan mengusap pipi icha.

"Aku gak nangis, gak usah diusap-usap gituu"

"Gak nangis kok ada airnya di pipi kamu"

"Nyebelin banget" sewot icha.

"Udah jangan ngambek lagi ya, malu dilihat orang tuh" icha menoleh kearah kiri kanan syukurnya tidak ada orang yang memperhatikan mereka berdua. Icha seketika merasa lega.

Ma BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang