bab 18

7.4K 687 7
                                    


   Wendy mematung di pertengahan tangga, dia baru saja turun setelah membantu suaminya yang baru pulang.

"Jika kalian tidak nyaman maka pergilah, biar ini semua aku dan Jisung yang menyelesaikan nya" Chenle menutup laptop di depannya dengan kasar.

  Dika dan Dimas merasa bersalah sudah mengatakan itu semua bahkan kini mereka hanya bisa terdiam tanpa tau harus berbuat apa.

"Apa kalian tuli" Chenle masih melirik sinis pada kedua teman kelompoknya itu.

  Jisung menarik nafasnya dalam dirinya tidak boleh ikut terpancing emosi.

"Chenle Jisung, kita benar-benar minta maaf, kita tidak bermaksud untuk"

"Pergi!" Ucapan mereka terpotong oleh Chenle sembari menunjuk pintu yang masih terbuka.

"Sebaiknya kalian pulang saja, tugasnya juga tinggal ngeprint" ujar Jisung dengan tenang namun mempunyai arti yang sama yaitu mengusir mereka berdua.

  Dika dan Dimas saling melirik sebelum membereskan barang mereka.

"Sekali lagi kita minta maaf" ujar Dika sebelum pergi sembari menarik tangan Dimas.

  Mereka berempat tidak sadar Wendy menyaksikan itu semua dari arah tangga.

  Setelah melihat kedua teman putranya pulang, dengan perlahan Wendy menghampiri kedua putranya yang membereskan tugas mereka.

"Chenle, Jisung, loh teman kalian sudah pulang? Padahal mama mau ngajak mereka buat makan malam di sini loh" ujar Wendy, dirinya tau kedua anak bungsunya ini sedang panik.

"Mama dari tadi?" gumam Chenle namun Wendy hanya tersenyum menanggapi hal itu.

"Kok malah baik tanya sih" dengan bercanda Wendy mengelus surai kedua putranya.

"Tugasnya udah selesai ma, lagian tadi mereka di telpon orang tuanya, jadinya mereka pulang duluan" ujar Jisung tidak tau saja Wendy mengetahui semuanya.

"Oh y udah gak apa apa, kalian mandi gih sudah sore" pinta Wendy.


  Wendy sedari tadi tidak fokus di dapur bahkan wanita itu kebanyakan diam.

"Nyonya? Nyonya tidak apa apa?" Bi Tia yang sedari tadi menemani Wendy menyiapkan makan malam juga beberapa pelayan juga menyadari tingkah majikannya itu.

"Ah bi Tia, saya gak apa apa kok, kalian bisa lanjutkan pekerjaannya" ujarnya.

"Sebaiknya nyonya istirahat saja, ini biar kami yang melanjutkan sisanya" ujar bi Tia apalagi sedari tadi melihat Wendy yang terus melamun.

  Wendy terdiam sejenak menelisik sekitarnya sebelum akhirnya dia mengangguk setuju dan memilih menghampiri suaminya yang sedang menemani Renjun sekarang.


   Wendy membuka pelan pintu kamarnya dan benar saja di sana di atas ranjang ada suaminya yang sedang mengelus Renjun yang terlelap kembali.

"Tidur lagi pasti masih ngantuk" Wendy ikut naik dan berbaring di sebelah putranya.

  Chanyeol yang sedari tadi fokus dengan laptop di pangkuan nya langsung menoleh ke arah istrinya.

"Ada apa hm?" Chanyeol tau dia bisa menebak dari raut wajah Wendy yang sangat ketara.

"Gak ada apa apa, aku cuma ingin menemani Renjun di sini" alihnya namun Chanyeol tidak akan percaya begitu saja.

"Katakan sayang" Chanyeol beralih tangannya mengusap pelan pipi istrinya walaupun ada Renjun yang tertidur pulas di tengah tengah mereka.

"Renjun kita pasti sembuh kan? D d dia tidak gila, putraku tidak gila Chan hiks" gagal sedari tadi wendy berusaha menahan airmata nya untuk keluar, kini dirinya menunduk memeluk erat tubuh putranya yang tidak terganggu sama sekali.

  Chanyeol yang melihat itu mulai bangkit dan berpindah lebih dekat dengan istrinya membawa tubuh Wendy untuk dia peluk.

"Iya, putra kita pasti sembuh, Renjun pasti bisa seperti saudaranya yang lain hm, kita berjuang sama sama demi anak anak kita, siapa yang mengatakan Renjun kita gila hm?" Ujar Chanyeol lirih namun wendy justru semakin terisak dalam dekapannya.

"Sssttthh nanti Renjun bangun lagi sayang" Chanyeol mengelus pelan rambut istrinya mengusap air mata yang masih berlomba lomba itu dengan jarinya.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, istriku hebat sekali" Chanyeol kembali membawa wanita itu dalam dekapannya agar sedikit tenang.







"Hyung kau bisa mencuci mobil gak sih, itu masih kotor astaga" Jaemin sudah berkacak pinggang sambil membawa ember dan lap di tangannya sedangkan sang pelaku sudah memegang selang untuk membilas mobil tersebut.

"Di semprot juga bakal hilang nanti dari pada lama selesai nya Jaem" ujar Mark yang dengan santainya sudah membilas mobil itu.

   Mereka ber empat membagi tugas Mark dan Jeno mencuci mobil yang baru saja di pakai oleh papa mereka sedangkan Jaemin dan juga Haechan mencuci mobil yang khusus untuk ke kantor.

  Dengan kesal Jaemin langsung menyiram mobil itu dengan air sabun yang berada di dalam ember yang dia bawa tidak lupa dengan lap nya yang ikut dirinya lempar.

"Gosok lagi gak atau mau di aduin papa hyung" ujar Jaemin menatap tajam Mark yang langsung menggosok kembali mobil itu.

"Udah beres dan udah kinclong" Haechan mematikan kran yang dia gunakan tadi dan tersenyum bangga melihat hasil kerja keras mereka.

"Kasian yang ngulang lagi mangkanya kerja tuh yang bener" setelah mengatakan itu Haechan langsung berlari memasuki rumah meninggalkan Jaemin yang akan mengawasi mereka berdua.

"Ini semua gara gara kau hyung, sudah di bilang gosok yang bener" gruti Jeno tidak henti-hentinya mengumpat karena pekerjaan mereka seperti dua kali lipat sekarang.

  Mark sang pelaku utama hanya bisa menyengir sambil sesekali melirik Jaemin yang tidak melepaskan pandangannya dari mereka.

"Masih lama hyung" Jisung datang dan duduk di sebelah Jaemin.

"Udah tinggal mereka berdua tuh" ujar Jaemin.

"Lama banget cuma nyuci mobil satu" sindirnya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Mark dan juga Jeno.

"Jie bantuin hyung yuk, nanti hyung kasih uang deh" ujar Mark namun Jisung langsung menolaknya.

"Aku udah mandi hyung, udah sore ini" ujarnya membuat mereka berdua mendengus berbeda dengan Jaemin dan Jisung yang justru tertawa melihat mereka berdua.

"Udah ya kalian berdua cepet selesain nyuci mobil nya entar keburu malem lagi, ayo jie kita masuk" Jaemin menarik tangan Jisung meninggalkan mereka berdua yang kembali terdiam.

"Dari mana Chan?" Ujar Jaemin saat melihat Haechan yang tengah kebingungan.

"Nyari mama biasanya kan mama ada di dapur nyiapin makan malam" ujarnya karena niatnya mau membantu juga.

"Mama mungkin ada di kamarnya tadi sempet liat hyung" ujar Jisung tanpa curiga sama sekali.

"Tumben mama gak ikut masak" Haechan masih sedikit bingung membuat Jaemin yang gemas langsung menggeplak lengan saudaranya itu.

"Mungkin mama lelah Chan, pinter dikit napa jadi orang"







  Jangan lupa vote sama komen oke

  Aku kasih doubel up tapi nanti oke kencengin vote sama komen see you

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang