Thanks God It's Friday!

369 68 23
                                    

19:45

Seulgi hanya sedang menikmati rutinitas jumat malamnya seperti biasa. berburu diskon khusus hari jumat di kafe dekat rumahnya dan menikmati segelas es matcha latte-dia tidak terlalu suka matcha, tapi hanya menu ini yang sedang memiliki promo di hari jumat pekan ini-bersama sepotong keik Red velvet yang harganya otomatis terpotong 10% tiap pembelian menggunakan metode pembayaran salah satu e-wallet, saat tiba-tiba kursi di depannya ditarik mundur oleh seseorang dan serta merta menempatinya tanpa meminta izin darinya-yah, bukannya Seulgi menginginkan orang tersebut untuk meminta izinnya terlebih dahulu, dia bukan pemilik kursi itu tapi ada yang namanya sopan santun,'kan?

Tapi yang lebih mengguncang batinnya adalah apa yang diucapkan si orang asing penempat kursi tanpa izin tersebut setelahnya;

"hai, sayang. sudah lama menunggu?"

Seulgi mengerjap sekali.

Dua kali.

Tiga kali.

Dan belum usai keterkejutannya, orang itu menambahkan; "wah, matcha latte favoritku!"

Adegan berikutnya Seulgi tatap dengan horor kala es matcha latte miliknya mendadak berpindah tangan dan dalam sekejap kehilangan separuh isi gelasnya oleh si orang asing penempat kursi tanpa izin itu.

What the fu-

Seulgi bahkan tidak sempat menyelesaikan kalimat makiannya di dalam hati ketika drama berikutnya muncul.

Seorang pria berjalan tergopoh mendekat ke mejanya dengan menggenggam sebuah ponsel yang di layarnya tersampir sebuah foto perempuan-yang kebetulan tampak sangat mirip dengan orang asing yang duduk di depannya saat ini.

"permisi, kau Joohyun,'kan?"

Seulgi jelas melihat bagaimana si orang asing itu mendelik ke lain arah sebelum berpaling ke pria tadi dengan ekspresi wajah yang dibuat sok ramah-senyum manis membingkai wajahnya setengah hati-jelas-jelas dibuat-buat.

"maaf, sepertinya kau salah orang."

Pria tadi menunjukkan foto perempuan di ponselnya ke arah si orang asing. "ini jelas kau." katanya

"itu bukan aku." bantahnya secepat kilat.

Seulgi ikut mengintip ke arah ponsel pria itu.

Itu jelas dia.

berambut hitam lurus melewati bahu, hidung runcing, kulit porselen, garis rahang tajam dan yang paling menonjol-daun telinga lebar yang persis sama. bedanya hanya saat ini warnanya agak kemerahan. mungkin efek cuaca dingin-atau hal lainnya yang Seulgi bisa duga.

"Kami bukan orang yang sama."

Seulgi menonton perdebatan dua orang asing di depannya sambil melanjutkan menyantap sisa keik redvelvetnya. Sebaiknya mengamankan yang masih terselamatkan, kehilangan es matcha latte adalah kerugian yang cukup besar.

Aku harus menunggu pekan depan untuk diskon selanjutnya.

"Ini jelas-jelas kau. Lihat, mereka orang yang sama,'kan?"

Tiba-tiba saja Seulgi diseret dalam perdebatan mereka, pria itu menyodorkan layar ponselnya ke wajah Seulgi.

"Benar,'kan?"

Seulgi menatap celingukan kepada keduanya. Bingung harus mengatakan apa. Nalurinya untuk menjawab jujur tertahan oleh tatapan intimidasi dari si pemilik wajah dalam layar ponsel. Si orang asing itu jelas-jelas memelototinya, menyorot bak sinar laser yang siap mencincang Seulgi menjadi serpihan kalau dia berani mengamini pernyataan si pria. Begitupun dengan sorot mata si pria yang lumayan agak menindas.

Swipe Right, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang