Joohyun, 33
Hi, salam kenal Seulgi 😉
Seulgi mencermati pesan pendek itu dengan fokus penuh. Belum memutuskan apakah ia akan membalas atau tidak. Sejak pagi, ia mencoba mengabaikan keinginan untuk membuka aplikasi dan memelototi satu pesan singkat dari Irene itu. Entah bagaimana, ia cukup merasa terganggung.
Apa dia mengenaliku?
Semoga tidak.
Jika iya, lalu bagaimana?
Biarkan saja. Tidak perlu dibalas.
Oke.
Setelah berunding dengan dirinya sendiri, Seulgi memutuskan untuk mengabaikan pesan Irene.
Nanti juga dia lupa.
Seulgi menutup aplikasi, mengunci layar ponselnya dan memasukkan benda itu ke kantong celananya. Ia bersiap untuk masuk ke kelas berikutnya.
Ting!
Suara notifikasi terdengar dari dalam kantongnya.
Seulgi kembali mengeluarkan benda 6 inci itu dan mengecek notifikasi dari pop up bar dan hanya icon aplikasi kencan yang muncul.
Satu pesan baru dari Joohyun.
Mata Seulgi hampir meloncat keluar melihat notifikasi tersebut.
Dia mengirim pesan lagi???
Seulgi buru-buru membuka pesannya.
Joohyun,33
Hi, salam kenal Seulgi 😉
Kulihat kau sudah membaca pesanku, kenapa tidak membalas?Seulgi belum sempat bereaksi saat satu pesan lagi datang dari Irene.
Joohyun,33
Hi, salam kenal Seulgi 😉
Kulihat kau sudah membaca pesanku, kenapa tidak membalas?
Sedang tidak ingin mengobrol, hm?Mulut Seulgi menganga lebar. Membaca pesan Irene yang amat terkesan genit.
Astaga..
Joohyun,33
Hi, salam kenal Seulgi 😉
Kulihat kau sudah membaca pesanku, kenapa tidak membalas?
Sedang tidak ingin mengobrol, hm?
Kau sibuk?
Okeyyy, mari mengobrol lain kali. Kabari aku saat kau senggang ya.
Aku menantikannya 😘Seulgi makin melongo.
Ini pertama kalinya seseorang mengiriminya pesan yang kental akan sarat intimasi. Menggodanya. Mencoba menarik perhatiannya.
Seumur hidupnya, selama 30 tahun dan baru kali ini mendadak tubuhnya merasakan elektritas yang sering orang lain—Wendy—bilang saat mereka merasa tertarik.
Seulgi langsung bergidik ngeri mengingat hal itu.
Jangan bilang….
—
Aku menantikannya 😘
Seulgi mengganti posisi tidurnya menyamping ke kiri.