Hujan kian deras sejak siang tadi, hingga udara malam ini terasa begitu dingin. Sejak tadi Naina terus membuka mata, tak kunjung tidur. Pikirannya melayang kemana-mana. Apalagi mengingat siang tadi Dave menawarkan sesuatu yang memang menarik perhatiannya.
Berkali-kali ia melirik ke arah Emilio yang juga tertidur diranjang yang sama dengannya. Memang sejak kepergian sang nenek, Emilio menemaninya tidur setiap malam meskipun ia tak memintanya.
Naina kembali menutup mata, mungkin saja Emilio telah tertidur.
Rupanya pergerakan kecil Naina membangunkan Emilio. "Ada apa? " Tanyanya.
"Bukan apa-apa, hujannya semakin deras. " Kata Naina yang tentu saja tak membuat Emilio percaya begitu saja.
"Kau ingin aku memelukmu? Udara terasa semakin dingin, aku yakin kau ingin meminta itu kan? " Ucap Emilio dengan senyum samar sambil mengarahkan Naina kedalam pelukannya.
"Tidak, aku tidak kedinginan. "
Emilio yang tidak peduli dengan pengakuan itu tentu saja tetap memeluk tubuh kecil gadis itu.
"Lioo, a..aku ingin mengatakan sesuatu.. " Cicit Naina.
Emilio menatap wajah gadis itu yang berada tepat di depan dadanya.
Naina terlihat menelan ludah, gugup. Tatapan Emilio begitu tajam dan mampu membuatnya diam tak berkutik.
"Katakanlah, jangan ketakutan begitu. "
Suara Emilio terdengar santai dan tak semenakutkan wajahnya.
Naina menghela napas pelan, lalu sejurus kemudian ia mengeluarkan kalimat panjang dalam satu tarikan napas.
"Aku ingin keluar villa sekali saja, bisakah kita keluar hutan sebentar. Aku hanya penasaran seperti apa diluar hutan, maaf. "
Naina menggigit bibir tipisnya, seketika aura disekitarnya berubah menyeramkan. Ia tidak yakin kata maaf yang ia selipkan baru saja akan diterima oleh Emilio.
Emilio menatapnya tajam, nampak sekali bahwa lelaki itu hendak marah.
"Bukankah kita pernah membahas ini sebelumnya? Kau tidak tau betapa berbahayanya hidup diluar hutan, orang-orang disana akan menyakitimu. Berhenti berpikir untuk keluar dari hutan ini! " Ucap Emilio tegas.
"Maaf, aku tidak akan memintanya lagi. "
Naina kecewa, Emilio begitu kekeh melarang keinginannya. Gadis itu pun memunggungi Emilio, menghadap ke arah berlawanan agar Emilio tidak melihatnya menangis. Lagipula suara hujan yang deras akan menutupi isak tangisnya.
"Dengar Naina, jangan memancing amarahku. Selama aku pergi, jangan pernah keluar dari rumah ini! Kau mengerti? "
"Iya."
"Bagus. Sekarang tidurlah. "
Emilio mengarahkan tangannya untuk mengelus surai gadis itu. Sesekali ia mengecup puncak kepala Naina, sampai keduanya benar-benar tertidur.
**✿❀ ❀✿**
Keesokan harinya, Naina terlihat mondar-mandir didepan jendela kamarnya. Sesekali ia melirik ke arah jendela, seperti sedang menanti seseorang disana. Naina duduk gusar, Emilio baru saja pergi dan ia berharap Dave menghampirinya.
Hari sudah semakin siang, biasanya Dave datang lebih awal. Mungkinkah Dave menyerah terhadapnya, Naina jadi menyesal telah mengacuhkan Dave selama ini.
"Hey.. "
"Dave! Mengapa lama sekali. "
Tentu saja Dave terkejut dengan perkataan Naina barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
a girl in the forest
Фанфик........ "hiksss... hiksss.... ini dimanaaa.... mama... papa... " Gadis kecil itu terus menangis, memanggil kedua orang tuanya. sementara tangannya yang kecil berada digenggaman seorang perempuan paruh baya.