7

25 8 3
                                    

Keesokan paginya Naina terbangun, seperti biasanya ia akan mengecek keadaan Ina di kamarnya terlebih dahulu.

Wanita paruh baya itu rupanya hanya tertidur, Naina meyakini hal itu sebab sejak tadi perut itu masih naik turun, itu menandakan bahwa neneknya masih bernapas. Emilio yang mengatakan hal itu sebelumnya, jika masih bernapas itu artinya seseorang belum meninggal. Itu berarti neneknya hanya sedang tertidur untuk beristirahat. Sejak sakit, Ina memang hanya menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur.

"Aduhh.. " Naina meringis pelan.

Ia baru saja mengambil ubi  jalar dari panci, ubi itu masih panas sebab baru saja matang.

"Nenek pasti senang, udah lama banget kita gak makan  ubi. " Gumam gadis itu.

Setelah menyiapkan semua di atas nampan, Naina menuju kamar neneknya.

"Nek, lihat Naina bawa apa. " Gadis itu meletakkan nampan di meja dekat ranjang.

Ina mulai mengerjapkan matanya, saat mendengar suara Naina.

"Pelan-pelan nek. "

Naina membantu Ina untuk duduk bersandar.

"Nenek udah lama kan gak makan ubi, kemarin Naina nemu ubi nek. Naina bawa pulang deh, nenek kan suka ubi. " Ucap gadis itu sembari memotong-motong ubi, untuk disuapkan ke neneknya.

"Makasih ya, Naina. Kamu udah mau ngerawat nenek. "

Ina hanya tak menyangka, Naina akan benar-benar merawatnya sepenuh hati. Padahal Naina bukanlah cucunya, andai saja gadis itu mengingat kejadian di masa kecilnya yang mengharuskan ia hidup di hutan bersamanya.

"Udah seharusnya Naina ngerawat nenek, Naina malah sedih nek, melihat nenek sakit begini. " Air mata Naina terjatuh, gadis itu benar-benar tak bisa menahan tangisnya.

"Naina, kamu harus keluar dari hutan ini... "

Uhukk..uhukk

"Nekk!.. Nenekkk!... "

Ina tiba-tiba saja terbatuk dan kepalanya mulai pusing.

"Nek, nenek minum.. Nenekk! "

Belum sempat Ina meminum air, tiba-tiba saja Ina tak sadarkan diri.

Naina yang panik pun segera memanggil Emilio.

"Ada apa? " Tanya Emilio, ia baru saja muncul.

"Hikss..hikss.. Lio, nenek tak sadarkan diri. Aku memberinya ubi rebus, lalu dia terjatuh. Hikss..hikss..a..akuu tidak tau apa yang terjadi. " Ucap Naina sambil terus menangis.

"Nenekmu meninggal. " Kata Emilio setelah mengecek denyut nasi di pergelangan tangan Ina.

"Apa yang kau maksud? Nenek tadi baik-baik saja, ti..tidak mungkin nenek meninggal! " Naina sedikit berteriak.

Ia masih berusaha mengguncang tubuh ringkih itu, berharap Ina akan sadar kembali.

"Berhenti melakukan usaha sia-sia itu! Jelas-jelas dia sudah meninggal, kau hanya membuang waktu dan tenaga menangisinya. "

Emilio beralih mengangkat tubuh Ina, berniat untuk menguburkannya di halaman belakang.

"Tidak, Lioo! Tungguu! Kau mau bawa nenek kemana? Hikss..hikss.. Nenek belum meninggal, apa yang kau lakukan? " Gadis itu berusaha mencegah Emilio.

"Naina, kita harus menguburnya segera. Tidak mungkin kau membiarkannya membusuk di sini! "

Emilio pun mulai menggali kubur dan menguburkan Ina. Proses itu memakan waktu yang lama sebab Naina terus saja menghentikan aksinya.

a girl in the forestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang