"Terkadang, bukan jarak yang membuat kita merasa jauh, tetapi ketidaknyamanan yang tak terucap di antara kita." • • • ~Happy reading~
Pagi itu, Nafiz masih belum membalas pesanku. Kegelisahanku semakin menjadi-jadi seiring waktu berlalu hingga malam menjelang. Akhirnya, pesan darinya muncul di layar handphone-ku. Hatiku seketika hancur, jawabannya adalah sesuatu yang paling aku takutkan dan yang tidak pernah aku harapkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kata-kata terakhir itu menusuk begitu dalam, membuatku terdiam dalam ketidakpercayaan. Selama ini, aku mengira Nafiz menyukaiku, atau setidaknya memiliki perasaan yang sama. Namun, kenyataan berkata lain. Perasaanku ternyata bertepuk sebelah tangan, dan yang lebih menyakitkan adalah bagaimana buruknya pandangannya terhadapku.
Rasa sakit itu menghantam tanpa ampun. Malam itu, air mataku mengalir tanpa henti. Aku menangis sejadi-jadinya, larut dalam kesedihan yang begitu mendalam. Di tengah kekacauan emosiku, dengan tangan gemetar, aku menulis pesan balasan. Pesan yang penuh dengan perasaan yang hancur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mengetik dengan cepat, meluapkan semua yang ada di hatiku. Bagaimana mungkin seorang Nafiz yang selama ini kukenal, ternyata memandangku, dan menganggapku dengan cara seperti itu?, batinku. Semua yang kurasakan seolah tak berarti di matanya. Pesan terakhir dariku terkirim, dan kini yang bisa kulakukan hanyalah menunggu. Menunggu dalam diam, dengan hati yang terbungkus kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mengirim pesan itu, seolah ada beban besar yang terangkat dari dadaku, meski luka itu masih terasa menganga. Rasanya seperti dikhianati oleh seseorang yang kupercayai untuk melihatku apa adanya. Betapa ironis, orang yang selama ini kuanggap istimewa ternyata memandangku dari sudut pandang yang berbeda, bahkan menghakimi.
Aku terdiam, masih menunggu pesan dari Nafiz. Aku tidak berharap balasan kali ini akan memperbaiki perasaanku, tapi setidaknya, aku sudah mengatakan apa yang perlu disampaikan.
Tak lama kemudian, pesan dari Nafiz masuk. Jawabannya sangat mengejutkan dan sama sekali tak pernah aku duga. Dari ketikannya, terasa ada penyesalan yang mendalam, seolah Nafiz benar-benar merasa bersalah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Membaca pesan itu, perasaanku campur aduk. Di satu sisi, aku merasa lega karena Nafiz akhirnya membalas pesanku dan aku bisa meluruskan kesalahpahaman ini. Namun, di sisi lain, aku mulai kehilangan rasa hormatku padanya. Perlahan-lahan, aku mulai membatasi hubungan kami, meskipun Nafiz terus berusaha menghubungiku, seolah-olah dia masih menyukaiku. Hingga akhirnya, kami bertemu lagi.
Hari itu, aku berada di perpustakaan baru. Aku memang berencana ke sana untuk menambah riset terkait karya tulis ilmiahku. Awalnya, aku datang bersama teman-temanku, Nazwa dan Dzalika. Namun, tak disangka-sangka, kami bertiga bertambah menjadi tujuh orang. Suasana semakin ramai dan menyenangkan. Tak lama kemudian, Nafiz juga datang ke perpustakaan itu. Entah kebetulan atau memang sudah takdir.
Ketika Nafiz tiba, kami sedang bermain permainan Jenga, permainan yang disediakan oleh perpustakaan. Permainan itu sangat menyenangkan bagi kami. Meskipun begitu, aku merasa sedikit canggung berada di dekat Nafiz. Beberapa kali, dia mencuri pandang ke arahku. Awalnya, dia duduk di hadapanku, tapi kemudian pindah duduk di sampingku. Rasanya aneh, karena kali ini aku merasa biasa saja di dekatnya, berbeda dengan sebelumnya. Sekarang, justru Nafiz yang terlihat berusaha mendekatiku. Permainan kami terus berlanjut hingga waktu salat Dzuhur tiba.
Saat yang lain bergantian melaksanakan salat, aku mengobrol dengan Syakila, Nazila dan Kevin, teman-teman baruku. Kami berbicara tentang sekolah mereka. Ternyata, Kevin dan Syakila berasal dari sekolah yang berbeda, keduanya siswa SMK. Aku menanyakan jurusan yang mereka ambil dan beberapa pertanyaan lainnya hingga tiba giliran mereka salat. Saat itulah, Nafiz tiba-tiba mengajakku berbicara. Rasanya agak aneh. Dia memulai percakapan dengan ucapan maaf dan terima kasih. Pembicaraan kami tidak panjang, hanya sekadar membahas tentang hari-hariku di sekolah dan perkembangan karya tulis ilmiahku.
Tak lama kemudian, teman-teman yang lain kembali. Kami melanjutkan obrolan dan memutuskan untuk pulang. Namun, sebelum pulang, Nazila mengusulkan agar kami membeli makanan di dekat pusat kota, tepat di samping mall yang sebelumnya mengadakan event buku. Kami semua setuju.
Kami pun berangkat menuju pusat kota. Aku bersama teman-temanku, sementara Nafiz dan Kevin naik motor bersama. Sesampainya di pusat kota, kami menunggu Kevin dan Nafiz yang sedang parkir. Dari kejauhan, aku melihat mereka berdua dan mulai menghampiri. Wajah Nafiz terlihat sedikit tidak nyaman, tetapi aku menutupi rasa penasaranku dan mulai membuka obrolan.
"Mau beli apa dulu? Btw, kita mau ke mana dulu?" tanyaku.
Semua terdiam sejenak, sampai akhirnya Syakila menjawab, "Ayo keliling-keliling dulu aja."
Kami semua setuju dengan usulan Syakila dan memutuskan untuk berkeliling mall. Suasananya sangat menyenangkan. Kami bercanda dan beberapa kali aku melontarkan candaan konyol, membuat yang lainnya tertawa. Kami bahkan sempat membuat vlog bersama. Setelah puas berkeliling, sebelum pulang, kami membeli es krim. Lalu, satu per satu teman-temanku mulai berpamitan. sebelum pulang, Nafiz mendekatiku, "Hati-hati di jalan ya Nay, nanti kabari kalo sudah sampai," ucapnya. Aku hanya mengangguk mendengar ucapanya itu. Seperti biasa, aku pulang bersama Nazwa.
Sesampainya di rumah, Nafiz mengirimiku pesan.
Bersambung.......
~Thank you for reading~
~See u in the next chapter, love you all guys <3~
***
~Jangan lupa vote, comment and stay tuned in my stories, dukungan kalian sangat berarti bagi aku dan perkembangan cerita aku ^^~