Bab 1

10 6 0
                                    

Suara musik gamelan mengayun membuat para penari di lantai tari mulai menggerakkan tangan-tangannya juga menyesuaikan langkah dan tarian mereka.

"Ayo anak-anak yang benar narinya, gerakannya tiru guru kalian di depan"  Ucap pemandu sanggar kepada para penari cilik dihadapannya.

Seorang gadis kecil dengan rambut hitam pekatnya begitu lihai dengan gerakan-gerakan yang diajarkan guru sanggarnya.
Dialah Suja Anjasmara gadis kecil yang hidup di panti asuhan karena kedua orangtuanya sudah meninggal sejak dirinya lahir. Suja masuk sanggar tari dari ia masih berumur 6 tahun hingga kini, gadis kecil itu sering kali menjuarai kejuaraan tari di mana-mana, membawa pulang banyak medali, sertifikat dan sejumlah uang.

Kini genap Suja berusia 16 tahun, karena bakat menarinya dari kecil Suja dapat menyelesaikan sekolahnya sampai pendidikan menengah atas dengan beasiswa dan beberapa uang dari hasil lomba-lomba tarinya.

Kini genap Suja berusia 16 tahun, karena bakat menarinya dari kecil Suja dapat menyelesaikan sekolahnya sampai pendidikan menengah atas dengan beasiswa dan beberapa uang dari hasil lomba-lomba tarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok.... Tok .. tokk...
Ceklekk....

Pintu kamar seseorang terbuka menampakan seorang perempuan paruh baya yang masih menggenggam knop pintu kamar itu.
" Bunda .."
" Suja, kok gak siap-siap buat sekolah?" Tanya Rindhu seorang ibu pengasuh panti asuhan Mekar.
" Nggak Bun... Hari ini Suja ada latihan full karena besok ada lomba tadi Suja juga sudah izin sama wali kelas Suja" Jawab Suja.
" Owhh ya sudah kalo gitu cepet turun gihhh... Sarapan adik-adik kamu sudah nunggu sama bibi di bawah" Kata Rindhu.
" Iya Bun.. sebentar, Suja sekalian siap-siap soalnya mau langsung berangkat ke sanggar" Balas Suja lalu diangguki Rindhu.

Rindhu meninggalkan kamar Suja turun ke ruang makan yang kini sudah ramai dengan anak-anak panti yang lain.

Suja mengambil ranselnya lalu turun ke ruang makan.
" Kakakk...."
" Kak..."
" Kak Suja"
Suara riuh menyambut Suja ketika menuruni anak tangga, adik-adiknya pergi berlarian ke arah Suja dan memeluk gadis berusia 16 tahun itu.
" Ayo anak-anak kembali ke kursi kalian! Dan makan makanan kalian sekarang!" Seru Rindhu dengan nada lembutnya.
" Ayo kita makan!" Ucap Suja menggiring adik-adiknya ke kursi mereka.

Suja sangat menikmati kehidupannya saat ini meski tanpa ada keluarga kandungnya, dirinya sudah amat bahagia dengan semua yang telah ditakdirkan Tuhan. Ketakutan atas kehilangan orang yang Suja sayang adalah seni tari yang begitu rusak dan runyam hingga tiada yang bisa mengubahnya.

SujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang