Pengakuan.

24 3 1
                                        

"Astaga..." Lenguh Argani, pria itu memijat pelipisnya sembari memejamkan mata.

Jam menunjukkan pukul 21:00 malam, Argani masih terjaga di meja kerjanya. Argani cukup pusing menangani turun nya omset perusahaan. Terhitung Pagi hingga sore Argani bekerja di kantor, bahkan setelah sampai di rumah alih-alih istirahat Argani justru masih harus melanjutkan pekerjaannya.

Awalnya Argani berpikir untuk lembur hari ini, namun harus dia urungkan sebab teringat istrinya yang sedang hamil muda dan membutuhkan perhatian yang ekstra.

Sudah lama Argani tidak pulang ke rumah untuk menjenguk adik-adiknya, konon mereka sedang mengikuti kegiatan hiking, Argani sempat tidak mengizinkan namun apa daya? Argani pikir, adik-adiknya sudah dewasa dan pasti sudah bisa menjaga diri mereka sendiri.

Argani pun kembali fokus ke depan layar laptopnya, namun sesaat Argani merasakan sebuah tangan lembut melingkar di leher Argani.

"Eh? Mas ngebangunin kamu ya sayang? Maafin Mas.." Argani meraih tangan sang istri lalu mengecup punggung tangannya.

"Ayo tidur, Mas.. Ini udah malem banget loh, Mas butuh istirahat." Anindya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher suaminya.

"Anin duluan ya, sayang? Mas nanti nyusul sebentar lagi, nanggung sampe jam 11."

"Anin mau disini nemenin Mas."

"Sayang-"

"Mas~" Rengek Anindya.

"Kesayangannya Mas kok bisa semanja ini sih? Di ajarin siapa kamu? Pasti kebanyakan nonton film." Ucap Argani seraya menuntun Anindya untuk duduk di pangkuannya.

"Anin pasti berat ya sekarang?"

"Enggak kok, enteng."

"Tapi Anin ngerasa gemuk banget, Mas, lihat pipinya." Anindya meraih tangan Argani untuk memegang pipinya yang sudah mulai mengembang.

"Wajar sayang, karena sekarang Anin enggak hanya makan buat diri Anin sendiri, porsi Anin harus naik karena harus berbagi sama anak kita yang sedang berkembang di dalem perut Anin."

"Mas betulan gapapa? Anin sempet denger, kalau istri jadi gemuk gara-gara hamil resiko suami selingkuh itu gede banget."

"Terus?"

"Takutnya Mas selingkuh gara-gara Anin gemuk.."

Argani terkekeh lantas menjawab "Kamu meragukan Mas?"

"Ya, enggak Mas-"

"Gini sayang, kalau dalam suatu hubungan, apalagi rumah tangga dan disitu Mas hanya mengincar kepuasan nafsu aja, enggak bakal ada habisnya sayang. Cantik dan ganteng itu lama-lama luntur termakan usia, kalau seseorang selalu punya mindset pengen nya yang cantik melulu ya sampai kapan pun enggak bakal ada, enggak ada yang bisa cantik selamanya. Cantik itu lama-lama pasti berubah."

Anindya masih setia menatap binaran mata Argani di bawah lampu redup, Anindya mendengarkan setiap kalimat yang Argani ucapkan dengan tenang.

"Kamu mau tahu gak, yang sebetulnya cantik dan sampai kapanpun cantiknya itu enggak akan pernah hilang meskipun sudah termakan usia?"

"Apa itu, Mas?"

"Cantik hatinya. Cantik fisiknya itu bonus, satu hal yang Mas dapat dari dalam diri kamu itu cantik hatinya. Cantik fisiknya bisa di bentuk, bisa di permak, tapi kalau cantik hatinya? Cantik hati itu murni."

Anindya memanut-manut perkataan suaminya itu.

"Cinta sejati itu hakikat nya tidak akan merubah apapun yang memang sudah kodrat nya seperti itu dan cukup jalani apa adanya. Paham, sayang?"

Renjana 🍃 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang