Setelah Maddy meninggalkan mansion Davidson kehidupan Xavier telah berubah sepenuhnya. Tidak ada lagi Xavier anak baik yang dikenal oleh semua orang karena bagi mereka nama XAVIER DAVIDSON adalah sebuah peringatan yang menakutkan.
Sang tirani kejam...
Ke-esokan harinya, Mansion tengah sibuk menyambut tamu yang akan datang, setelah keputusan Xavier yang menyetujui perintah Vernon segera ia memerintahkan kepala pelayan untuk menyiapkan penyambutan kedatangan Marquis.
Vernon berdecak kagum melihat penampilan Xavier yang terlihat tampan hari ini, "Pesona calon pengantin memang beda." goda Vernon membuat Xavier jengah. Vernon mendekati Xavier membantu merapikan pakaiannya.
"Mau bagaimana pun, aku telah menganggap dirimu sebagai putraku sendiri. Kau tumbuh bersamaku selama ini, melihatmu sampai di titik saat ini membuatku sangat bangga padamu." Ujar Vernon tenang membuat Xavier menatapnya sejenak.
"Apa ini? guru seperti ayah yang menyerahkan putranya untuk menikah." Ejek Xavier membuat Vernon memukul kuat lengan Xavier, sedangkan sang empu tertawa.
"Aku tidak berani membalas, karena guru sudah tua. Aku takut tulang guru akan patah, nanti tidak ada wanita yang mau menikah dengan guru." Mendengar perkataan Xavier mampu membuat Vernon tersenyum tipis.
Keduanya keluar ruangan bersamaan menuju ruang utama untuk menyambut kedatangan Marquis beserta putrinya. Tatapan Xavier terpaku pada sosok gadis bersurai merah dihadapannya menatapnya penuh kebencian.
Xavier mengabaikan tatapan yang ditujukan padanya dan menyambut Marquis yang mulai saat ini menajdi ayah mertuanya. "Apa anda tidak keberatan tuan duke, jika tidak ada pesta mewah dalam pernikahan anda dengan putri kesayangan saya?" tanya Johan pada menantunya.
Xavier mengangguk ringan, "Pernikahan ini hanyalah perjanjian diatas kertas."
Vernon menatap Rosaline gadis bersurai merah yang akan menjadi istri dari muridnya mulai saat ini.
"Yang mulia, salam pada matahari kekaisaran." SapaJohan beserta putrinya pada Vernon.
Vernon mengangguk menanggapi keduanya kemudian mengajak Johan untuk pindah ketempat lain meninggalkan dua orang yang baru saja resmi menjadi suami istri diruangan itu.
"Ada yang perlu kita bicarakan, Lady." Ujar Xavier datar.
Rosaline menatap Xavier tajam, "Yang mulia duke, anda bilang ada yang ingin anda katakan kepada saya." Xavier berdecih pelan melihat betapa angkuhnya gadis dihadapannya.
Ia meletakkan sebuah dokumen diatas meja yang memisahkan mereka, Rosaline menatap Xavier dengan tatapan bertanya kemudian mengambil nya dan membaca isinya dengan seksama.
PERJANJIAN KONTRAK
1. Dilarang mencampuri urusan pribadi 2. Dilarang mendekati satu sama lain terkecuali urusan mendesak 3. Kamar tidur terpisah dan dilarang memasuki kamar masing-masing 4. Tidak ada kontak fisik serta hal lain semacamnya 5. DILARANG JATUH CINTA APABILA MELANGGAR MAKA AKAN DIKENAKAN HUKUMAN SESUAI KESEPAKATAN MASING-MASING.
PIHAK 1 PIHAK 2
Xavier Rosaline
Rosaline mengangguk ringan setelah membaca keseluruhan isi kontrak antara keduanya, kemudian tanpa ragu menandatangi perjanjian kontrak diantara keduanya. Hal itu membuat Xavier menatap Rosaline curiga.
"Kau tidak ingin menambahkan sesuatu disana?" tanya Xavier. Rosaline membalas tatapan Xavier kemudian tersenyum kecil.
"Bagaimana jika kita berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang romantis di depan umum? Tidak jangan salah paham, maksudku ini juga demi nama baikku dan juga nama baikmu." Sergah Rosaline cepat kala melihat Xavier yang hendak menolak idenya.
Xavier berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujuinya.
"Baiklah, tetapi ingat dengan kontrak kita dan jangan melewati batas." Peringat Xavier tajam.
Rosaline tersenyum tipis menatap Xavier remeh, "Tenang saja, anda bukan tipe saya." Balas Rosaline santai menampilkan senyumannya.
Xavier menatap kesal pada dokumen dihadapannya, entah mengapa perasaannya menjadi jengkel Ketika istri kontraknya itu dengan mudah mengatakan bahwa dirinya bukanlah tipe 'istrinya' Xavier mendekati kaca besar di ruangannya dan melihat dirinya secara keseluruhan.
"Aku rasa gadis itu tidak pandai menilai seorang pria." Gumam Xavier terlampau kesal. Setelah puas melihat dirinya sendiri, Xavier memutar pandangannya menatap lembut pada lukisan yang menggantung di dinding ruangannya.
"Ibu, bagaimana bisa aku menikah dengan gadis yang sangat berbeda dengan ibu yang penuh kasih sayang. Gadis itu terlihat sangat angkuh dan juga menyebalkan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa hidup seumur hidup bersamanya. Tunggu, maksudku dua tahun hanya dua tahun saja, bu. Doakan agar putramu tidak menebas leher gadis itu." Adu Xavier dengan menggerutu.
"Aku yakin ibumu akan menyumpahi putranya seumur hidup." Jawab seseorang yang baru saja memasuki ruangan.
Xavier menatapnya kesal. "Aku rasa, kau terlalu menganggap mansionku sebagai rumahmu. Tuan muda Phratyon." Pemuda seumuran dengannya itu tersenyum memamerkan gigi kelincinya.
"Menjijikkan." Mendengar itu lantas membuat pemuda tadi cemberut.
"ARGH AYOLAH!! AKU SEDANG FRUSTASI KARENA IBU YANG MENYURUHKU MENIKAH!!" Teriak pemuda itu dengan kesal membuat Xavier mengabaikannya.
"Sudahlah, menikah saja. Ibumu pasti sudah menantikan cucu dari putra kesayangannya." Saran Xavier yang membuat Airon semakin kepanasan.
"TIDAK MAU!! Aku ingin menikah karena aku mencintainya bukan karena perjodohan gila yang ibu lakukan." Tolak Airon dengan cepat. Xavier menatap temannya itu lelah. "Kau tidak ingin menjadi seperti guru kan?" tanya Xavier membuat temannya itu berbinar.
"Yang mulia Kaisar, itu sangatlah tampan, bahkan di usianya saat ini dia belum menikah tetapi kau lihat bagaimana wajah yang mulia yang masih terlihat segar itu? Aku benar-benar mengidolakannya." Xavier menutup matanya pasrah.
"Kalian berdua memang benar-benar mirip." Lirih Xavier lelah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Xavier be like: barang siapa yang bersabar maka itu bukan lah saya :v