bab 19

4.7K 492 22
                                    


  Haechan baru saja keluar daru kamarnya setelah membersihkan diri lali tujuannya sekarang adalah dapur untuk membantu mamanya, namun saat Haechan tiba di sana dirinya tidak menemukan keberadaan sang mama membuat pemuda itu sedikit heran.

"Dari mana Chan?"

  Haechan berhenti sejenak menatap Jaemin dan juga Jisung yang baru masuk.

"Nyari mama, tadi niatnya mau bantuin di dapur seperti biasa eh orangnya gak ada" ujarnya lebih memilih mendudukkan dirinya di sofa yang sudah ada Jisung yang duduk lebih dulu di sana sambil menyalakan televisi.

"Tumben mama gak ada di dapur, biasanya mama gak pernah absen tuh buat nyiapin makanan kalau gak ada sesuatu yang penting atau mama sakit" ujar Jaemin tapi Haechan langsung menyangganya.

"Gak mungkin mama sakit orang seger buger gitu tadi kok" ucap Haechan.

"Ada apa ini kok ribut?" Chanyeol datang dari arah tangga menatap putranya yang sedang berdebat itu.

"Ada anak kehilangan mamanya pa" ujat Jaemin sedangkan Haechan hanya meliriknya sebal.

"Mama ada di kamar, tidur nemenin Renjun " ujarnya, dirinya ikut bergabung dengan anak anaknya menyaksikan televisi sembari menanti jam makan malam.

"Tumben" ujar Jaemin namun Chanyeol tidak perduli dengan itu.

"Udah dari pada pusing mending kamu mandi dulu sana Jaem ini yang di sini sudah mandi semua" candanya membuat Jaemin berdecak kesal menatap papanya dan pergi begitu saja.


   Malam harinya kini mereka sudah berkumpul di meja makan.

"Ini untuk Renjun sayang" Wendy mendekatkan piring berisi nasi dan ayam kecap tidak lupa juga dengan sayuran yang menghiasi piring itu, Wendy juga sudah menyuir daging ayam itu agar Renjun mudah memakannya.

  Renjun sendiri hanya diam sesekali mendongak menatap papanya yang tengah memangku nya dan beralih menatap semua saudaranya yang asik dengan makanan mereka.

"Pha" lirihnya membuat Chanyeol menunduk menatap putranya yang memandangnya dengan polos.

"Apa sayang hm, mau papa suapi" ujar Chanyeol tangannya mulai mengambil alih sendok yang di pegang putranya namun Renjun menolak dan justru menepis tangan Chanyeol.

  Renjun perlahan menyendokkan makanan itu walau berantakan namun baru satu suap Renjun sudah mendorong piring itu menjauh.

"Kenapa sayang hm, gak suka ya, sini sama papa" bujuk Chanyeol namun Renjun langsung menggelengkan kepalanya.

  Kini matanya fokus dengan makanan yang di makan oleh saudaranya.

"Injun makan ini ya nak, punya hyung dan adik pedas sayang" Wendy mengambil piring itu kembali berusaha menyuapkan makanan itu walau Renjun terus menolak.

"Liat papa makan yang sama kayak Renjun loh" Chanyeol menunjukkan piringnya yang membuat Renjun menatap sekilas lalu beralih lagi pada piring saudaranya.

"Renjun hyung sangat penasaran dengan suatu hal yang baru ma, lagian Renjun hyung sudah pernah makan pedas bukan waktu sandwich itu" ujar Jisung

"Itu beda kan pas itu hanya saos, sekarang sambal loh pedasnya beda" ujar Wendy yang masih berusaha membujuk agar putranya mau makan.

  Chanyeol mengambil sendoknya dan mengambil sedikit sambal itu kemudia menempelkan nya pada bibir putranya agar bisa merasakan.

"Ahhkk hiks"

  Kan apa yang mereka pikirkan terjadi.

"Pedaskan? Kalau hanya saos tidak masalah" ujar Chanyeol seraya memberikan minum pada Renjun yang sudah menangis.

"Makan ini saja ya sayang" Wendy kembali menyuapkan makanan itu dan kali ini Renjun menerima nya.

  Wajahnya memerah tapi mulut kecil Renjun tetap menerima suapan dari mamanya, beruntung Wendy selesai lebih cepat makannya jadi dia bisa menyuapi Renjun sekarang.

  Mereka masih menunggu Renjun yang tengah di suapi oleh Wendy hingga makanan di piring itu benar-benar tandas.

"Pinter banget sih" ujar Wendy lalu wanita itu mengambil obat yang memang harus di konsumsi putranya.

   Mereka bergidik ngeri, melihat obat yang di haluskan dengan sendok itu, entah tumben mamanya itu tidak mengakali untuk minum obat seperti biasanya.

"Sayang aaaa" Wendy mendekat dan dengan polosnya Renjun ikut membuka mulutnya hingga Wendy segera meminumkan obat itu.

  Chanyeol dengan sigap memegang segelas susu coklat untuk putranya.

"Huek hiks huek"

  Chanyeol mengelus pelan dada putranya, dia yakin putranya pasti terkejut dengan rasa pahit yang barusan dia rasakan.

"Mama punya permen untuk anak pintar" Wendy memberikan permen lolipop yang sudah di buka agar rasa pahit itu hilang.



  Di ruang keluarga terasa sangat ramai malam ini entah apa yang mereka ributkan sehingga membuat Chanyeol dan Wendy langsung turun untuk melihat anak anaknya yang lain.

   Mereka berdua baru saja selesai menemani Renjun yang sudah tertidur setelah menangis perkara obat tadi, entah bagaimana lagi caranya agar obat itu bisa di minum karena cara yang pertama dengan menyelipkan obat itu di dalam buah sudah tidak bisa di lakukan karena Renjun yang tidak mau memakan buah itu saat ada rasa aneh.

"Huusstt kenapa kalian berisik sekali hm, Renjun udah tidur di atas" gumam Chanyeol yang menghampiri ke enam putranya yang duduk lesahan di atas karpet bulu itu.

"Liat pa, tugas kita hampir rusak gara gara Haechan hyung" Chenle menunjuk tugasnya yang sisa menempel nempel saja.

"Tidak rapi sama sekali, bisa bisa nilai kita di kurangi" ujar Jisung.

  Chanyeol hanya menggelengkan kepalanya melihat hal itu.

"Itu masih bisa di perbaiki lagi, sini papa yang nempel" Chanyeol mengambil alih tugas itu.

"Ini yang terakhir kan di print" Mark datang menyerahkan lembaran lembaran gambar yang baru saja dirinya print.

"Makasih hyung" ujat Jisung menyerahkan lembaran itu pada Jeno dan Jaemin yang bagian menggunting gambarnya saja.

"Kalian gak ada tugas kuliah" Wendy memperhatikan ke empat putranya yang sudah kuliah dan saat ini mereka justru sangat fokus membantu adiknya.

"Gak ada ma aman, bantuin dua bontot dulu ini" gumam Jeno.

"Katanya sudah selesai tadi kok ini masih setengah gini rampung nya" ujar Wendy yang sekarang membuat Jisung dan Chenle sedikit bingung harus menjawab apa.

"Iya ya gitu ma, kasian iya kasian aja mereka tadi ngerjainnya cukup banyak jadi ini kita ambil alih sisanya aja, iya kan jie" Chenle mencubit lengan Jisung yang membuat remaja itu tersentak.

"Iya ma, benar" ujarnya dengan terkekeh pelan menatap saudaranya itu sebal.

"Udah selesai" ujarnya Chanyeol membuat Jisung dan Chenle bernafas lega, salahnya saja tugas ini begitu mendadak dan harus di kumpulkan besok.

"Kalian malu gak melihat keadaan Renjun?" Ujar Wendy tiba tiba membuat suasana seketika hening.

"Ma?" Mark menatap tak percaya apa yang baru saja mamanya katakan.

"Kenapa mama ngomong seperti itu? Kita tidak pernah merasa malu dengan keadaan Renjun yang sekarang, bukankah ini sudah di bahas, bagaimanapun keadaannya Renjun tetap saudara kita ma" ujar Mark begitupun yang lainnya yang mengangguk setuju.

"Dari pada malu, seharusnya kita merasa bersalah, kita enak enakan senang senang di luar sana tanpa tau ada saudara kita yang tengah tersiksa di sini, sendirian ma" Jaemin menatap Wendy dan Chanyeol yang hanya terdiam.

"Apa ada sesuatu ma?" Ujar Jeno karena mana mungkin mamanya tiba tiba bertanya seperti itu.

"Tidak ada, mama cuma tanya aja kok, mama bangga dengan kalian hm" Wendy membawa anak anaknya ke dalam pelukannya mengusap satu persatu surai putranya yang sekarang sudah tumbuh dewasa.

  Berbeda dengan Jisung dan Chenle yang hanya diam memikirkan apakah sebenarnya mamanya tau soal tadi?



   Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang