Chapter 2

5.2K 209 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 07:05 pagi, namun seorang remaja tampan masih asik dalam mimpinya, tidak lain dan tidak bukan sudah pasti seorang Varez Algiyaz Mahardika.

"Eungggh~" Setelah menggeliat bak cacing kepanasan, Varez mulai beranjak bangun untuk pergi ke kamar mandi.

Hari ini Varez rasa sedikit lebih santai, mengingat tidak ada agenda apapun serta pelajaran sekolah yang bisa dibilang lebih ringan dari hari biasanya, walaupun... ia hanya tidur dikelas saat jam pelajaran berlangsung dan sedikit tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Ingat itu hanya sedikit.

10 menit kemudian Varez telah menyelesaikan mandinya, memakai kaos hitam sebagai daleman lalu ditimpa seragam putih abu, baju yang dikeluarkan dan kancing 2 dari atas yang dibiarkan terbuka membuat kesan berandal dalam diri Varez semakin kuat.

Rambut yang dibiarkan tak tersisir dan hanya diusap oleh tanganya serta parfum yang beraroma mint membuat Varez semakin diidam-idamkan oleh perempuan.

Ia langsung berangkat ke sekolah menggunakan motornya tanpa sarapan pagi terlebih dahulu, karena Varez rasa sarapan di pagi hari akan membuat perutnya sakit dan itu sangat merepotkan.

•••

Ngeng! Ckitt!

Kini Varez sedang berada disebuah warung yang biasa ia titipkan motornya apabila ia telat pergi sekolah, jarak dari warung ke sekolah bisa terbilang cukup dekat, bahkan sangat dekat.

"Bu, titip ya" ujar Varez pada ibu penjaga warung.

"Siap den!" Balasnya, Varez hanya tersenyum simpul.

Setelah itu Varez mulai melangkahkan kakinya menuju sekolah yang tak jauh dari keberadaannya saat ini.

Karena Varez sudah telat setengah jam, gerbang sekolah pastinya sudah ditutup, alhasil dengan terpaksa ia harus melewati jalan pintas, yaitu memanjat tembok belakang sekolah.

huh! ia sangat malas untuk melakukan itu!, yang dimana ia harus waspada terhadap OSIS yang berpatroli serta guru-guru yang bisa saja memberi hukuman tak tahu ampun apabila ketahuan.

"semoga gak ketahuan" ucapnya dengan pelan.

Pelan namun pasti, Varez memanjat tembok yang lumayan tinggi itu dengan telaten, jikalau tidak bisa saja ia terjatuh dan mengalami patah tulang.

Menaiki tembok sudah berhasil, kini Varez tinggal menuruninya, dirasa aman tidak ada siapapun Varez mencoba turun dari tembok tersebut.

"dikit lagi res.. hep, ah" yes! Berhasil, misi memanjat tembok sudah berhasil. Tinggal menyelesaikan satu misi lagi, yaitu bersembunyi dari guru sampai ia berada dikelasnya.

Namun saat ia membalikkan tubuhnya, alangkah sialnya saat ia bertemu dengan sesosok pria jangkung yang sedang menatapnya dengan tatapan yang datar nan dingin.

"Berani membolos, hm?"

Glek

"Sialan.."

•••

Disinilah Varez berada, disebuah ruangan yang asing baginya. Setelah dipikir-pikir, ruangan ini tak pernah ia singgahi sebelumnya, jikalau ia mendapat hukuman pun tak jauh dari ruangan BK maupun ruangan OSIS, tidak sampai menginjakkan kaki di ruangan ini.

"Hukuman apa yang pantas untuk anak nakal seperti mu?" Pria yang sedang duduk dihadapan Varez terlihat sedang memikirkan hukuman apa yang cocok untuk Varez yang sudah berani memanjat tembok belakang sekolah.

Ma'Teach Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang