Chapter 14

4.3K 190 25
                                    

"Berhentilah berpura-pura baby..."

Deg

'Jing ketahuan' Umpatnya dalam hati lalu berusaha untuk benar-benar tertidur.

"Ekhem" Dehem Axel dengan sengaja, lalu merebahkan dirinya disebelah Kevin dan memeluknya dengan erat.

Cup

•••

"SAYANG KAU DIMANA?!" Teriaknya kala ia tak menemukan orang yang ia cintai tidak lagi berada disisinya.

"Hm?" Balas Varez saat ia baru keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Rambut Varez yang masih basah serta otot-ototnya yang mulai tumbuh dengan sempurna tak lupakan kulitnya yang putih seperti susu berhasil membuat William terpana ditempat.

"Kenapa bapak menatap saya seperti itu?" Heran Varez.

"Oh ayolah sayang, apa kau mencoba untuk menggodaku?" Ujar William yang membuat Varez menekukkan kedua halisnya.

'Nih bapak-bapak ke-pd-an bener'

"Gajelas, sana mandi" Ketus Varez lalu mencari pakaian yang akan ia kenakan dilemarinya.

"Baiklah..." William mulai beranjak dari tempatnya, namun bukannya pergi ke kamar mandi, ia malah menghampiri Varez lalu memeluknya dari belakang.

Grep

"Ck, lepasin" Ujar Varez sembari mencoba untuk melepaskan tangan kekar William yang melingkar diperutnya.

Cup

"Akh– lepasin" Pelukan yang diberikan oleh William kini bukan sekedar pelukan lagi, melainkan kecupan manis yang ia berikan dileher mulus Varez.

"Sayang, kau milikku." Ujar William yang tepat disebelah telinga Varez berhasil membuat sang empu sedikit merinding.

Cup

Slrup

"Anghh j-jangan buat itu ah~" Desah Varez yang tertahan sembari berusaha untuk melepaskan tangan William yang melingkar diperutnya, akan tetapi usahanya sia-sia karena pelukan William begitu erat.

Cup

slurp

"Anghh~ sakit akh" Rintih Varez saat ia mulai merasakan sedikit perih dilehernya.

"Karya yang sangat indah" Ujar William saat melihat karya yang dibuatnya terpampang jelas diarea leher Varez.

Cup

William mengecup singkat bercak merah itu lalu melenggang pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Varez masih setia ditempatnya sembari mengusap karya yang William ciptakan itu. Sial, hancurlah sudah jikalau sahabat-sahabatnya mengetahui hal ini.

"Sialan" Ujar Varez saat ia bercermin melihat kissmark dilehernya.

Setelah itu Varez dengan cepat mengenakan pakaian santainya, lalu pergi menuju dapur untuk membuat sarapan pagi ini. Mungkin ia akan membuat sandwich kesukaannya.

•••

"RAY?! SINI LU!!" Teriakan Alvian begitu menggema diseluruh ruangannya.

"Kenapa sayang?" Jawab Ray sembari menghampiri Alvian.

"Sombong amat lu ye, punya badan bagus sampe dibikin JJ segala kek gini" Ujar Alvian dengan nada yang meremehkan dan taklupa sembari menunjukkan video JJ yang berisi foto Ray yang bertelanjang dada, sedangkan Ray yang mengetahui maksudnya langsung tersenyum smirk.

"Jealous, right?"

"Jeles jeles matamu, kek jamet, gaksuka gua liatnya, hapus gih!" Ketus Alvian.

"Just say that, u ar jealous, don't be evasive like that" Ray semakin mendekat ke arah Alvian.

"Dih, ke PD-an" Elak Alvian.

"Katakan saja sayang"

"Ck!, iya gua gasuka badan lu diumbar-umbar kek gitu! kenapa ga seneng?!" Ray tersenyum kemenangan mendengarnya.

'How cute'

Bruk

Kejadian yang begitu cepat hingga Alvian secara tiba-tiba sudah berada didalam pangkuan kekasihnya itu.

"Ngapain Jing" Umpat Alvian tanpa disengaja.

"Ur language babe."

"Maaf.."

Cup

Ray mengecup cepat tepat dibibir merah milik Alvian, "Birahi lu ya?" Ujar Alvian tanpa sadar.

"Boleh?"

"ENGGA ANJING AWAS AJA YA KALO SEMISAL LU NGLAKUIN ITU KE GUA!!" Teriak Alvian dengan panik, Oh God ia tidak mau jebol terlebih dahulu.

'Gua mau nya ngejebolin bukan dijebolin sama nih bocah!' Teriak Alvian dalam hati.

"Why not?"

"Sadar diri!! lu masih bocil kek gini sok sokan mau melomelo gua!"

"Kamu ngeremehin aku?"

"Dahlah lepasin gua!, Lu kira gua apaan sampe dipeluk kek gini segala" Ujar Alvian sembari berusaha lepas dari pangkuan Ray.

"My Wife"

"Perasaan ga panas" Tangannya terangkat untuk menempelkan tangannya dikening Ray.

"Kenapa?"

"Tapi lu tetep gila"

"Kamu membuat ku tergila-gila sayang"

"Cih, Jamet"

"Lepasin gua Ray, gua ada urusan ama temen-temen gua"

"Ada syaratnya"

"Emang gua apaan pake segala ada syarat-syarat nya" Ketusnya.

"Aku izinin kamu pergi... asal nanti malem--" Belum selesai Ray menyelesaikan kalimatnya, Perkataannya malah dipotong oleh Alvian.

"Sutt gua ngerti apa mau lu, dan gua gak mau." Tekannya.

"Baiklah, kamu ga diizinin pergi sekalipun itu urusan yang penting" Sialan memang Ray ini, mencari kesempatan dalam kesempitan!.

"Ganti persyaratannya" Ujar Alvian.

"Gabisa"

"Ribet lu ah"

"Pilih yang mana? pergi dengan persyaratan atau tidak pergi sama sekali?" Oke fine!, Alvian sudah lelah dengan tingkah Ray yang selalu menjebaknya seperti ini.

"Okee!! Gua pilih opsi pertama" Pasrahnya.

Ray tersenyum puas mendengarnya, lalu melepaskan tangan nya yang melingkar erat diperut Alvian.

"I'll wait for that sayang"

"Dasar manusia birahi!" Umpatnya lalu pergi menuju kamarnya untuk berganti pakaiannya, karna agendanya hari ini adalah kumpul bersama Varez dan yang lain disebuah Cafe milik Darren.

"How cute"

Ma'Teach Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang