Selamat membaca! ( ꈍᴗꈍ)
•••
Sudah sejak lima menit yang lalu kelas berakhir. Aku melangkahkan kakiku dengan senyum yang terus terpancar. Tak dapat dipungkiri, aku senang tak kepalang. Sambil berjalan aku mencoba untuk menghubungi Rajen. Dia berjanji padaku akan membantuku memilih pakaian untukku pakai di acara konser Nadin nanti.
“Rinai!” Langkahku terhenti menatap wajah sahabatku, Bulan.
“Di rumahku ada acara makan bersama, syukuran karena adikku sudah bisa berjalan. Kamu harus datang ke rumahku!” ajaknya sambil menggenggam kedua tanganku.
“Hari ini?” Bulan menggeleng. “Nanti besok.”
“Bulan, bukannya aku menolak ajakan kamu. Tapi nanti besok aku sudah punya janji untuk pergi ke konser Nadin Amizah dengan Rajen.” Mendengar perkataanku membuatnya melepaskan genggaman tangannya.
“Kamu lebih milih dia dibanding aku, begitu maksud kamu?” rajuknya. Aku tersenyum canggung.“Bukan begitu. Kamu tahu sendiri aku penggemar nomor satu Nadin Amizah, kan?” Bulan masih menunduk kecewa.
“Sebagai gantinya, nanti lusa aku akan pergi ke rumah kamu untuk menginap, bagaimana?” tawarku. Bukannya bulan senang, tapi dia justru menatapku kesal.
“Halah, pasti nanti seperti kemarin-kemarin. Kamu tidak bisa datang karena ibumu melarang. Meskipun di izinkan, abang mu itu pasti datang sebelum pagi untuk menjemput kamu pulang.” Aku menggaruk bagian belakang kepalaku yang tak gatal. Semua yang dikatakannya benar. Ibuku terlalu khawatir jika aku tidak berada di dekatnya.
“Kalau gitu nanti aku kasih pelukanku. Kamu bisa memelukku selama yang kamu mau,” sambungku. Kini wajah Bulan kembali berbinar.
“Aku pegang janji kamu!” serunya. Aku tidak terlalu suka di peluk erat. Itu membuatku sedikit risih dan tidak nyaman. Bulan bilang, tak ada pelukan ternyaman kedua setelah bunda selain aku. Gadis itu memang sangat hobi memeluk teman-temannya, hanya untuk perempuan saja. Bulan tidak akan memberikan pelukannya ke sembarang laki-laki.
“Aku suka memeluk teman-temanku. Karena kita tidak pernah tahu isi hati orang lain, Nai. Jika saja orang yang aku peluk sedang mengalami hal sulit, aku selalu berharap pelukanku bisa membantunya untuk lebih semangat lagi melalui harinya.”
“Rinai!” panggil laki-laki yang sedari tadi aku cari. Ia melambai kearahku dengan senyumannya. Rasanya semua lelah ku hilang begitu melihatnya.
“Sudah siap?” Aku mengangguk bersemangat."Aku pergi dulu ya Bulan! Titipkan salamku untuk bunda!" pamitku sebelum melangkah pergi meninggalkannya.
“Ayo!”
•
•
•
See U Next Part >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflowers
Teen FictionSeandainya bertemu denganmu adalah hal yang ku lewatkan, akan ku cari kau di seluruh penjuru dunia. Jika nanti mustahil yang ku temukan selain ragamu, akan ku lari berkali-kali meski harus ku bertaruh dengan waktu. Sampai nanti ragamu mampu ku peluk...