bab 20

6.3K 559 9
                                    

"Pagi anak anak papa" Chanyeol tersenyum menghampiri ke enam putranya yang sudah duduk di meja makan menunggu sarapan bersama.

"Pagi pa"jawabnya mereka serempak.

"Kompak banget, latian dulu ya" Chanyeol memandang anak anaknya lekat yang hanya di balas tatapan malas oleh mereka.

"Masih pagi pa, jangan mulai deh, lagian tumben papa masih santai, gak ke kanton pa?" Ujar Mark melihat papanya yang hanya menggunakan kaos santai juga celana pendek.

"Berangkat tapi nanti nungguin Renjun bangun, kata mama kemarin dia hampir tantrum gak ada papa" ujarnya sehingga sekarang dia akan berangkat telat ke kantor lagian dia yang punya perusahaan jadi bebas dong.

"Aku kira hyung sudah bangun, mengingat tadi malam hyunh tidur lebih awal" Jisung menunpuhkan kepalanya di lengannya sambil menatap sang papa.

"Memang, tapi hyung mu itu terbangun pukul 3 tadi dan baru kembali tertidur pukul 4 jadi ya gitu" jelasnya tak lama Wendy datang membawa menu terakhir yang tadi dirinya siapkan.

"Chenle, Jisung bekal kalian jangan lupa di bawa ya nanti, sudah mama siapkan" ujarnya seraya mengambilkan masi untuk suaminya.

"Mark jadi ikut menemani Renjun terapi lagi" kini mereka semua menatap Mark yang hanya mengangguk karena dirinya tengah mengunyah makanan.

"Jadi pa" ujarnya sedangkan saudaranya yang lain hanya memandangnya kesal.

"Tidak adil sekali" ujar Chenle dirinya juga ingin melihat atau menemani hyungnya terapi.

"Mama Chenle gak sekolah deh, mau ikut aja" dirinya menatap Wendy dengan melas.

"Gak ada ya bolos bolos, sekolah nanti papa tambah uang sakunya" gumam Chanyeol membuat Chenle langsung setuju.

"Om kalian mau datang katanya?" Wendy menatap anak anaknya yang terdiam.

"Om Siwon dan tante yoona ma?" Ujar Jaemin.

"Siapa lagi om dan tante kalian" Chanyeol sedikit jengah kadang dengan anak anaknya.

"Asik nih" mereka semua menatap Chenle yang sangat bahagia mendengar kabar itu.

  Selama ini Siwon dan Yoona yang merupakan saudara dari mama mereka itu menetap di korea dan ketika mereka berkunjung pasti akan membawa oleh oleh yang tidak sedikit.

"Jangan senang dulu kalian berdua, pasti om Siwon sama tante yoona bawa oleh oleh untuk Renjun bukan kalian" ucapan Jeno langsung membuat Chenle dan Jisung terdiam.

"Jeno jangan mulai, dan kalian cepat habiskan sarapannya lalu berangkat, mama mau liat Renjun dulu hm, jangan bertengkar" ujar Wendy mengusak bergantian kepala putranya karena dia tidak bisa mengantar mereka sampai depan.

   Wendy membuka perlahan pintu kamar itu, keadaan masih remang membuat Wendy segera menuju ke arah jendela untuk membuka gorden agar ada sinar matahari yang masuk.

"Nyenyak sekali anak mama tidurnya hm" Wendy mengusap pipi putranya yang sudah sedikit berisi.

"Belum bangun" Chanyeol menghampiri istrinya yang masih asik memperhatikan putra mereka.

"Anak anak sudah berangkat?" Wendy menatap suaminya yang menganggukkan kepalanya.

"Sudah, tinggal putra sulung kita di ruang keluarga" Chanyeol mendekat duduk di tepi ranjang.

"Sayang, anak manisnya papa, bangun yuk" dengan pelan Chanyeol berusaha membangunkan putranya itu hingga beberapa mata itu mulai mengerjab pelan, Chanyeol dan Wendy dengan sabar menunggu Renjun untuk membuka matanya.

"Pha" lirihnya namun bukannya bangun Renjun justru semakin meringkuk berusaha sembunyi sambil memeluk Chanyeol.

"Bangun dong, katanya mau main, ayo mandi sama papa hm oh lupa nanti kita juga mau berenang kan, ayo bangun yuk" Chanyeol mengangkat perlahan tubuh putranya membiarkan putranya memeluknya agar mood anak itu baik terlebih dahulu.

"Biar aku yang mengurus Renjun, kamu bersiap juga sana" pinta Chanyeol walaupun awalnya enggan tapi ketika melihat suaminya yang sudah memasuki kamar mandi bersama putranya di dalam gendongannya Wendy hanya bisa pasrah setelah menyiapkan pakaian untuk Renjun, dirinya juga akan bersiap dan mengecek kebutuhan untuk putranya terapi nanti.








   Suasana kelas begitu berisik karena pagi ini entah kenapa tiba-tiba jam pertama hingga kedua kosong membuat beberapa murid berkeliaran bahkan sudah ada yang nongkrong di kantin walaupun sembunyi sembunyi atau pura pura ke kamar mandi.

  Dika dan juga Dimas hanya bisa saling melirik, mereka berdua sangat ingin menghampiri chenle dah Jisung tapi melihat raut datar mereka berdua membuat Dika dan Dimas sedikit takut.

"Jika tidak ada kerjaan jangan mengganggu, kita risih sejak tadi, bukankah tugasnya sudah kita selesaikan" Chenle mengalihkan perhatiannya sedari tadi dirinya sadar mereka berdua terus memperhatikan dirinya dan Jisung.

"Ma maaf kita berdua hanya mau minta maaf sama kalian, jujur kita tidak bermaksud seperti itu kemarin, kita benar-benar minta maaf" ujar Dika namun sepertinya Chenle maupun Jisung tidak perduli sama sekali.

"Simpan maaf kalian, aku berharap ini terakhir kalinya kita satu kelompok" Jisung berucap bahkan tanpa memandang mereka berdua.

"Chenle, Jisung kita benar-benar minta maaf, kita masih ingin berteman dengan kalian" ujar Dimas.

"Terserah kalian mau bilang apa, tapi kita terlanjur sakit hati saat ada yang mengatakan hyung kita gila" Chenle beranjak menarik tangan Jisung untuk keluar dari kelas.




   Renjun mengeratkan pelukannya, walaupun sesekali dia memandang orang di depannya dengan polos.

"Astaga, Renjun udah gak takut lagi kan sama om hm" Donghae tersenyum manis sedikit mengelua surai anak itu.

   Namun bukannya menjawab Renjun justru hanya mengulurkan tangannya dengan pelan bahkan Mark bingung menatap adiknya.

"Jangan kaget setelah beberapa kali terapi dan setiap selesai dokter Donghae akan memberikan hadiah untuk adikmu sebagai tanda apresiasi" Wendy menjelaskan kepada putra sulungnya karena ini baru pertama kali mark ikut dalam terapi adiknya itu.

"Hadiahnya nanti, sekarang lepasin dulu pelukannya, om dokter gak akan ambil papa Renjun kok" bujuknya Chanyeol juga sama dengan perlahan melepas pelukan putranya.

"Pinter" dokter Donghae mulai memeriksa Renjun dengan hati hati bahkan sesekali mencoba mengajak anak itu bicara ataupun bermain.

"Dia udah mulai gak takut lagi ya bertemu orang baru, lalu perkembangan apalagi yang terjadi di rumah" dokter Donghae mencatat sesuatu sembari berjalan dan duduk di kursinya namun sesekali memperhatikan Renjun yang hanya diam menatap sekelilingnya.

"Dia sudah mulai bicara dok, walaupun hanya pha atau ma, itu yang sementara kita dengan juga beberapa kali dia mulai mengikuti apa yang kita ucapkan" Chanyeol menjelaskan apa saja yang dia ketahui saat di rumah.

"Dia cepat menangkap apa yang kita contohkan walaupun harus sabar membimbing nya" ujar Wendy.

   Dokter Donghae hanya mengangguk.

"Bagus itu sudaj lebih baik, dan soal berbicara, ingat putra kalian tidak bisu hanya saja selama ini tidak ada yang mengajarinya dari kecil sehingga ketika keadaan sudah membaik kalian bisa mulai mengajari nya perlahan tapi jangan di paksa karena emosinya masih belum stabil dan mudah kembali mengingat traumanya, ajak bermain atau bercanda walaupun dia tidak mengerti jangan sampai dia diam melamun karena bisa saja trauma itu akan muncul kembali, dan Untu obatnya saya kurangi" dokter Donghae menulis resep baru yang langsung di terimah oleh Chanyeol.





Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang