Sudah 10 tahun tidak menginjakkan kaki di tanah kelahiran sendiri, lalu apa reaksi mu? Sedih? Terharu? Bahagia? Atau malah biasa saja. Sering kali jawaban yang mendominasi adalah 'terharu'. Tidak salah juga, namun agak sedikit berbeda dengan gadis berambut panjang ini.
"Berapa lama lagi aku harus menunggu? Oh astaga" gerutunya.
Bibir pink itu terus mengucapkan kalimat eluhan sedari dia berada disana. Bandara Internasional Soul pukul 19.00 waktu setempat. Hingar bingar sangat terasa dijam yang bisa di sebut tergolong sore itu. Hilir mudik para pelancong dalam maupun luar negeri berdatangan entah dari mana.
Mata hitam itu sedari tadi menatap bosan jutaan manusia tersebut. Dia lelah harus menempuh jarak 18 jam dari Pheonix ke Soul. Dan sekarang seharusnya bisa tidur pulas dikamar kecilnya, namun kenyataannya gadis bertubuh kecil itu harus dihadapi dengan berisiknya sekitar. Jiwa sosialnya sudah lowbat .
"Aku lapar dan punggungku butuh sesuatu yang empuk untuk dijadikan sandaran" gerutunya sekali lagi.
Tubuh berbalut hoodie abu abu dengan klupuk yang menutupi setengah kepalanya. Di tambah dengan blue jeans yang sedikit agak ketat menjadikannya alasan yang sangat bisa untuk menonjok seseorang dikarenakan kesal. Bukan pula sepatu atau alas kaki yang menutupi kakinya dari dinginnya kota tersebut. Tapi hanya beralaskan sendal jepit berwarna hitam. Persis seperti orang rumahan dan bukan turis dari negara lain.
Hampir satu jam pemilik manik hitam itu menunggu ditopang oleh lutut dan duduk di kursi panjang tunggu yang tidak jauh dari pintu keluar bandara. Sampai sebuah suara yang dia pastikan sejak beberapa menit yang lalu yang dia tunggu.
"Kim" ucap sebuah suara bass seseorang.
Kepala yang tertunduk lemas itu mengadah secepat yang dia bisa.
"Kau terlambat" kata si pemilik nama Kim.
Dengan mata yang menatap sinis kepada sang empunya suata bariton tersebut. Lalu berdiri tanpa diminta. Selanjutnya menyerahkan koper senada dengan hoodie yang dia kenakan.
"aku menunggu hampir satu jam lamanya, kalau tau begitu aku pesan taksi saja" omel Kim terhadap orang sebelahnya.
Didalam ruang besi sempit itu hanya terdengar suara alunan musik dari pemutar otomatis. Lagu yang diputar adalah lagu dari group terkenal. Entah dia tidak tau.
"Sebelumnya, apakah kau melihat pesan ku?" Tanya kembali si pemilik suara bariton itu.
"Tidak ada pesan, dari ta.... loh kok mati" ucap Kim kaget.
Ternyata gawai pintarnya tidak memiliki daya untuk di aktifkan. Wajar saja kalau tidak ada yang mengabarinya. Dan juga Kim tidak mengecek gawai nya karena terlalu sibuk dengan buku yang dia pegang. Dasar maniak buku.
"Aku mengabarimu untuk pergi sendiri tadi, tapi kau tak ada balasan jadinya aku terpaksa menjemputmu" balas nya.
"Mian ponsel ku tidak ada daya" ucap Kim. Dengan ponsel yang sedarj tadi dia ketuk ketuk.
"Apa acaranya sudah mulai? " lanjut Kim.
............
"Yeobo dia akan datang, bersabarlah" kalimat itu terus di ucapkan oleh seorang pria tua beruban dengan jas hitam yang membalut tubuh besarnya. Mengatakan kepada sang kesayangan bahwa yang ditunggu pasti sedang dalam perjalanan. Namun, kalimat itu tidak dijawab dengan kalimat lainnya ataupun gerakan. Hanya dia menunggu didepan pintu.
"Dia akan datang kan? Aku begitu merindukannya". Akhirnya dijawab oleh sesosok cantik yang tak lagi muda itu.
Elusan menenangkan yang dilakukan sang pria untuk wanita nya yang tengah gunda dan gelisah, menanti seseorang yang telah lama ingin dia peluk dan rindukan. Hanya saja tak semudah membalikkan telapak tangan, ada harga yang harus dibayar untuk itu.
Suara musik mengalun memecahkan suasana dikala semua orang berkumpul untuk memeriahkan sebuah selebrasi. Pakaian yang mahal dan wajah yang tampan dan juga cantik nan anggun, semua ada didalam satu ruangan bermandikan cahaya mewah lampu kristal yang bernilai ratusan juta. Lantai marmer menambah kesan bahwasanya ini bukannya kegiatan yang kecil melainkan acara yang mewah dan kaya. Rasa - rasanya orang miskin akan terserang penyakit kejang jika memghirup aroma kekayaan orang orang tersebut.
Dekorasi berhiaskan kemewahan dan juga bertabur bunga menjadikan pesta tersebut menjadi meriah. Perkumpulan orabg orang terpandang berada disatu tempat, tak terkecuali seseorang bermata layaknya rubah jantan yang sedang mengintai mangsa.
"Cek.. cek.. baiklah, untuk para tamu undangan, perayaan hari ulang tahun pernikahan Ny. dan Tn. Park akan dilaksanakan" ucap suara mengintruksi para ratusan mata disana.
Semua orang tanpa diminta memberi atensi kepada pasangan lansia yang tengah disoroti oleh lampu yang berada di depan mereka. Berpakaian layaknya Raja dan Ratu pada malam ini.
"Mari kita menyanyikan lagu syukur untuk mereka yang tengah berbahagia atas usia pernikahan yang sudah 45 th". Lanjut sang pembawa acara.
Semua orang bernyanyi dan berdoa, memberi ucapan kepada mereka yang tengah berbahagia, tak terkecuali pria yang berusia 29 tahun dengan tatapan yang dingin dan senyuman yang menawan. Pria matang dengan bentuk tubuh yang keras dan juga panas. Siapa yang tidak tertarik untuk menatapnya. Yang bahkan sedari tadi ketika menginjakkan kaki kedalam pesta, semua seolah terpesona.
"Wanita tua itu semakin cantik" gumam seseorang disebelah kanan pria tersebut.
Mata Rubah itu lantas mencari suara yang membuat indra pendengarannya penasaran, siapa sosok tersebut yang berani mengatakan hal itu terhadap mereka yang 'berpengaruh' di negara tersebut. Cukup membuatnya tertarik. Sepasang mata hitam tersebut mendapati gadis bertubuh pendek dengan coat putih dan panjang selutut, kaki yang berbalut jeans dan sendal? 'Dari planet mana gadis ini berasal?' Gumam nya.
"Bagi para hadirin yang ingin berdansa, kami persilahkan" kembali ucapan sang pembawa acara.
Memecahkan kehiningan dan lamunan pria matang bertubuh tinggi tersebut. Lalu bergegas menatap kedepannya. Posisi keduanya berada di sebelah pintu utama dan barisan paling belakang, sehingga lampu sorot tak bisa menyinari seluruh ruangan. Namun pria kekar itu seperti memiliki laser tajam dimatanya
Yang membuat si gadis mendongkak kepalanya untuk melihat, apakah benar yang dia rasa hawa bahwa ada yang tengah menatapnya tajam. Dan disana sepasang mata bertemu dan beradu pandang seperkian detik namun mendebarkan sebelum seseorang memanggil."Hei, Yoshi-ssi, kau datang rupanya?" Ucap seseorang itu.
"Yup, aku di undang jadi aku datang" balas si pemilik nama Yoshi.
"Aku kira kau tida.. sebentar.. Karina? Itu kau?" Tanya seseorang itu lagi.
Menghentikan kalimatnya kepada sang sahabat untuk melihat siapa gadis yang tak asing baginya itu.
"Oppa" balas Karina.
"Oh astaga, OH ASTAGAA, KAU PULANG" teriak pria tersebut. Rengkuhan kuat yang diberikan sang pria untuk gadis kecil bernama Karina itu mengundang seluruh telinga untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Eomma, EOMMAAA. DIA PULANGGG" ucap pria itu lagi, tak terbendung tangisan dan pelukan kian mengerat pada punggung kecil itu, membuat keduanya terjatuh dan terduduk karena tak kuasa.
Yang di panggil pun tiba tiba terkejut dan segera menghampiri sang anak. Melihat, apa gerangan sehingga anak lelakinya berteriak sedimikian kencang dan mengatakan 'dia pulang'. Dan benar, apa yang ditunggu sudah ada disana tersenyum manis dibalik punggung kokoh yang memeluknya.
Karina Kim, gadis nya telah pulang kerumah, setelah hampir 10 tahun akhirnya dia pulang ke tanah lahirnya."KIM, PUTRI KU KEMBALI" teriaknya.
Diwaktu yang sama pula, pemilik mata hitam legam itu tersenyum.
"Well, menarik" ucapnya dengan seringai tampan.
......
Annyeong yorobun, ada cerita baru nih. Pantau terus ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is Kim
FanfictionGadis bertubuh kecil itu bernama Kim. bukan, dia bukan berasal dari Negara Gingseng.