Tentangmu

2 0 0
                                    

.


.


.


.


.

Di sudut kecil rumah ini, setiap kenangan terasa begitu hidup. Aroma kopi pagi hari, deru langkah kaki, dan suara lembut yang biasa penuh senyuman—semua itu kini hanya tinggal bayangan samar. Ayah, sosok yang selalu menghangatkan hati dengan tawa dan senyumannya, telah lama pergi. Sejak saat itu, rumah ini terasa sunyi, seolah kehilangan nyawa yang dulu selalu menghidupkan setiap sudutnya.


Setiap malam, aku duduk di beranda, memandang bintang-bintang yang mengingatkanku pada sorot matanya. Di dalam hati, terlintas satu pertanyaan: Akankah aku bisa melewati ini semua tanpa Ayah? Aku merasa rapuh dan kehilangan arah. Akankah Ayah akan kembali untukku? Ada banyak cerita yang belum sempat dibagikan, banyak senyum yang belum sempat dibalas.

.


.


.


.


.


.


.


.


.

Andai Ayah KembaliWhere stories live. Discover now