"Ya ampun, Mas!" tegurnya kupeluk dari belakang sambil kugesekkan penisku di belahan pantatnya, "Mau minta lagi?! Tadi pagi kan udah!"
"Lagi lah!"
"Uhh, emang kolbar ya!" keluhnya menyibakkan daster yang ia pakai, "Kontol bar-bar!"
"Iyalah!" jawabku mengeluarkan penis dan menusukkannya ke liang senggama yang tak terbungkus celana dalam. Segera kugenjot istri tetanggaku itu sambil berdiri.
"Uhh, enak banget Mas!" rancaunya kuremas-remas dadanya yang ternyata juga tak terbungkus bra.
"Suka kontol bar-bar?!" cecarku mengencangkan sodokan.
"Suka, suka banget Mas! Ahh!" jawabnya menopang tubuh pada mesin cuci hingga membuatnya sedikit membungkuk.
"Harus layani kapanpun aku mau!"
"Iya Mas! Uhh, uhh, dahsyat! Mentok Mas!"
"Biar jebol memekmu!"
"Ahh, Mass! Buruan, aku harus jemput Melia!"
"Suruh aja naik Trans atau Gojek!"
"Uhh! Yah, kukirim chat dulu!"
"Ya udah!"
"HP-nya di kamar, Mas!"
Kuarahkan ia berjalan dari ruang cuci menuju ke kamar dengan penis masih tertancap di vaginanya. Ia pun berjalan terseok dan sedikit membungkuk.
"Uh, kayak sapi jalannya!" gerutunya manja.
Kujambak rambutnya dan kuarahkan kepalanya menuju kamar mirip binatang. Ia tak keberatan dan pasrah saja.
Setelah sampai di kamar, nampak Nafisa, anak keduanya sedang tertidur lelap. Kami usahakan tak membuat suara dan segera keluar kamar setelah mendapatkan ponsel.
Kugenjot vaginanya saat ia mengirim chat di luar kamar.
"Sebenarnya kasihan anak sekecil itu harus naik bis!" gerutunya, "Makanya masih sering kuantar-jemput!"
"Udah kelas dua SMP juga!" balasku.
"Tapi kan cantik! Kalau diculik orang gimana?!"
"Tenang aja! Kota ini aman kok!"
"Dekat Mas yang nggak aman!" balasnya kesal, "Kontolnya bar-bar!"
Kusogok ia lebih kencang sambil menjambak rambutnya lagi.
"Uhmm, ohh Mass!"
"Jangan berisik," tegurku, "Ntar Nafisa bangun!"
"Uhmm, abis kontolnya, uhh!"
Kuhajar terus kemaluannya sambil kuremas-remas toket brutalnya. Meski sudah beranak dua, namun dadanya masih kencang dan sintal. Membikin kontolku beringas menyerangnya.
Begitulah persenggamaan dengan istri tetangga pada siang menjelang sore itu. Ia jarang terpuaskan oleh penis suaminya dan akhirnya menemukan keperkasaanku.
Bagaimana awal mula ceritanya?! Mari kita putar ke belakang.
Persetubuhan terlarang itu berawal dari hari raya penyembelihan hewan kurban.
***
"Tobrut tuh tobrut!" gelak Ibram memperhatikan seorang gadis kecil melintas.
"Ha ha, Felicia!" balas yang lain hampir kompak.
Kami berempat sedang menongkrong di pinggir lapangan sambil menunggu proses penyembelihan hewan kurban dimulai. Pada perayaan begini, banyak warga berantusias datang untuk menyaksikannya. Termasuk gadis-gadis yang biasanya jarang keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolbar
RomanceTak dinyana, ternyata banyak istri tetangga yang tak puas dengan performa suaminya. Akupun berbaik hati untuk membantu mereka.