Janda Idola

1K 12 2
                                    

Yah, Santi datang ke rumah bersama ibunya. Mahasiswi kedokteran yang tengah cuti dari kuliahnya.

"Ini lho Bu," terang Bu Narni pada ibuku yang turut menemui mereka, "Santi cuti kuliahnya. Mogok! Biar dikasih motivasi sama Mas Kaka!"

"Oh ya," jawab ibuku, "Tanya-tanya aja tuh sama Kaka! Nggak terasa udah kuliah aja. Dulu waktu SD Santi sering main kemari."

"Iya nih, Bu!" balas Bu Narni, "Jarang keluar rumah sekarang!"

"Sana, belajar sama Mas Kaka!" perintahnya kemudian pada si gadis.

Kuajak Santi mengobrol berdua di teras rumah. Sementara Bu Narni berbincang dengan ibuku di ruang tamu. Kurasa membahas tentang organisasi PKK. Tentu tak lepas dari sedikit gosip.

Santi lebih banyak diam. Jauh berbeda dari masa kecilnya yang ceriwis dan hampir hiperaktif. Namun kecantikannya saat dewasa kian menjadi-jadi.

Wajahnya bulat indah mirip bapaknya. Sedangkan kulitnya putih cerah mirip ibunya yang berasal dari Bengkulu.

Kami pun banyak berdiskusi soal perkuliahan. Kuceritakan pengalamanku di masa-masa itu.

"Kenapa kamu cuti?" tanyaku.

"Ehmm, nggak papa Mas, he he!" jawabnya pelan dan agak malu-malu.

"Terus mau lanjut kuliah tahun ini?"

"Ehmm, ya mungkin Mas. He he!"

"Lha, kata ibumu mau lanjut?"

"Iya sih, tapi takut."

"Takut apa?"

"Itu, darah! Juga takut nyuntik! Hee!"

"Oh, bisa dilatih. Aku dulu waktu pertama kali membedah kelinci juga hampir muntah dan pingsan! Tapi bisa kutahan. Lama-lama terbiasa juga."

"Iya sih. Tapi takut sama itu juga."

"Apa?"

"Itu, penis!"

***

Esok harinya, seperti biasa aku dipanggil Ibram untuk mengajarinya yoga. Kuajari pula senam kegel untuk kekuatan pria.

"Bisa bikin kontol gede, kuat, dan tahan lama," terangku berbisik memberi contoh.

"Oh iya ya? Bagus Mas!" jawab Ibram mengikuti.

Ningtyas nampak tersenyum malu memperhatikan kami. Gerakan kegel pria memang cukup lucu, seksi dan erotis. Barangkali membuat perempuan tersipu.

"Tapi, uh, capek juga ya?!" keluh Ibram beberapa lama kemudian.

"Mas Ibram mah emang kurang olahraga!" timpal Ningtyas mendekat, "Baru gitu capek!"

"Yah, kan pelan-pelan!" jawab Ibram membela diri, "Ya kan, Mas?!"

"Iya!" jawabku.

"Hmmh, ya udah latihan lagi!" perintah Ningtyas agak ketus. Barangkali kesal suaminya kurang kuat di ranjang.

Selain yoga dan senam kegel, kuajari Ibram pijatan untuk memperbanyak sperma. Merangsang sebuah titik akupuntur di sekitar lengan.

"Oh, gini bisa bikin banyak ya?" gumamnya memijat tangannya.

"Ya, coba aja dibuktikan," jawabku.

"Terus masakan daging pakai bawang merah gimana?" tanyanya.

"Ya lanjut aja! Ada efeknya nggak?"

"Ya, lumayan Mas!"

"Bagus! Bisa juga dengan telur yang dimasak dengan banyak bawang merah,"

"Oh ya, ya!"

KolbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang