"Aku tahu ini cinta terlarang. Tapi aku sungguh mencintaimu, Mavis. Dan jika aku memintamu menjadi kekasih apa yang akan kau katakan?"
Zeref melempar batu disekitar ke sungai Han. Ia membolos sekolah karena tak ingin bertemu Mavis. Bukan membenci namun takut jika tak bisa menahan gejolak gairah dihatinya. Setiap kali melihat Mavis.
"Zeref?"
Zeref menoleh ketika namanya dipanggil, "Irene? Apa yang kau lakukan disini?"
Gadis tinggi itu duduk disamping Zeref dengan seragam sekolah yang masih melekat.
"Membolos seperti kau."
"Gak mungkin, kau pasti menjauh darinya 'kan? Karena dia sudah punya yang lain."
Irene tertawa kecil dan meletakkan kedua tangan disamping.
"Kau juga menghindari Mavis, 'kan?"
Zeref melotot kaget mendengar itu. Bagaimana Irene mengetahuinya?
"Tatapanmu tiap kali lihat Mavis berbeda. Seperti ingin melindunginya dan menyalurkan kasih sayang namun lebih dari itu. Benar, 'kan?"
"Irene, apa kau peramal?"
"Enggak lah."
"Irene, aku hanya takut saja."
"Takut karena apa?"
"Kau tahu bahwa Mavis adalah saudari tiriku. Dan bagaimana saudara laki-laki mengungkapkan perasaan pada saudarinya sendiri? Itu cinta terlarang."
"Bukan begitu, kalian saudara tiri. Tidak ada hubungan darah sama sekali. Jadi, tidak terlarang."
"Sekarang ibunya Mavis tengah hamil anak ayahku. Itu artinya tidak ada kesempatan lagi untukku bersama Mavis."
Terdengar helaan napas berat Zeref membuat Irene menatap simpati padanya.
"Antara sedih dan senang. Sedih karena kau tidak bisa bersama Mavis padahal kalian berdua sangat cocok. Senang karena kalian akan punya adik baru."
"Yah, kau benar."
Drrt drrrtt
Dering ponsel menggetarkan saku celana Zeref dan lantas diangkatnya.
"Halo, Mavis? Ada apa?"
" ... "
"Apa?! Baiklah, aku akan kesana!"
"Zeref, ada apa?"
"Irene, aku harus pergi. Bye~"
Zeref dengan secepat kilat menuju rumahnya.
Setelah menghabiskan waktu beberapa menit Zeref tiba di pekarangan rumah tingkat.
"Kenapa pada ramai begini?" batinnya ketika hendak masuk.
Pintu pun terbuka, Zeref berjalan kearah ayahnya yang sudah berjalan mondar mandir seperti setrika saja.
"Ayah, bagaimana keadaan ibu?"
"Ibumu tak mau ke rumah sakit jadi ayah meminta dokter Cha menanganinya."
"Zeref!"
Tiba-tiba lingkaran tangan kecil hinggap pada pinggangnya. Lalu tangisan yang tak ingin ia dengar kini keluar.
"Darimana saja kau, Zeref?! Aku takut terjadi apa-apa sama ibu!"
Zeref mengelus lembut tangan Mavis. Zeref merasa sedih jika melihat Mavis begini. Ia tak suka pujaan hatinya menangis.
"Berpikirlah positif dan berdoalah agar ibu baik-baik saja."
"Kau benar, Zeref."
Tak lama dokter Cha keluar dari kamar. Ia berdiri didepan ayah Zeref dan Mavis. Rasa cemas mulai mendominasi isi pikiran ketiga orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun, Star, and Moon
FanfictionKumpulan Love Story. Liat di tagar dulu, cari ship kamu, kalo gak ada SKIP!!! just for fun✨ naruto©masashi kishimoto fairy tail©hiro mashima boruto©masashi kishimoto & mikio ikemoto