1. Kebenaran Yang Belum Terungkap

119 17 4
                                    

“Jika kalian mendekat, aku akan membunuhnya.” malam itu hujan sangat deras, di tepian Kota A seorang pembunuh tertangkap oleh polisi, sayangnya pembunuh itu menyandera seorang lelaki setengah baya yang baru saja pulang bekerja di pasar untuk menjual ikan.

“Sebelum kau membunuhnya, aku akan membunuhmu dulu. Lepaskan dia!” Ancam polisi yang bertag nama Xiao di seragamnya. Ada empat orang lagi di belakang Xiao yang siap menembak jika terjadi sesuatu.

“Kau bisa membunuhku, tapi aku juga bisa membunuhnya!” Ancamnya lagi. Poisi Xiao memberikan aba-aba agar anggotanya menurunkan pistol agar sang pelaku tenang dan mereka menurutinya. Polisi Xiao terlihat sedang menggunakan kode dengan korban yang saat ini di sekap, agar memberi cela untuk menembak pelaku. Tapi, tiba-tiba.....


Door!!!


Telah terjadi penangkapan seorang Pembunuh yang sudah di incar oleh kepolisian sejak dua minggu yang lalu di kawasan A. Situasi tadi malam cukup mencekam saat penangkapan terjadi karena pelaku telah menyandera salah satu warga sipil. Hingga akhirnya pelaku tertembak pistol polisi bersama dengan warga tersebut, saat ini masyarakat meminta pertanggung jawaban atas kelalaian pihak kepolisian untuk menjaga warga sipil,hingga siang ini kantor polisi di penuhi demonstrans yang membela korban penembakan tersebut.”

Siaran televisi mulai memanas. Semua berita saat ini tertuju pada pihak Kepolisian yang di mintai pertanggung jawaban.

-----

Seorang pemuda menggandeng tangan wanita setengah baya masuk ke dalam rumah sakit dengan terburu-buru wajah mereka panik dan kebingungan mencari dimana kamar seseorang yang mereka cari.

Setelah mendapat informasi dari pihak rumah sakit dan kepolisian, ternyata saat ini ayah dari pemuda itu telah meninggal sejak di lakukan operasi selama beberapa jam.

“Ayah?” Ucap laki-laki itu melihat tubuh ayahnya di atas tempat tidur yang telah di dorong keluar oleh para suster. Sedangkan ibunya menangis sambil memeluk suaminya.

“Apakah anda anak dari Huang Lei?” Tanya salah satu polisi.

“Benar, apa yang terjadi pada ayahku?” Tanya Huang Junjie nama asli laki-laki tersebut.

“Kami akan menjelaskanya di kantor polisi, jika anda tidak keberatan…..”

“Aku akan datang, tapi tidak hari ini.” Wajah Junjie terlihat sangat marah, salah satu polisi yang bertanya itu langsung diam.

----

Tidak berlangsung lama setelah tenang, ayah Junjie akhirnya di makamkan. Semua kerabat Junjie datang ke pemakaman tersebut. Sampai Junjie mendengar sesuatu dari para pelayat tentang kejadian yang terjadi di malam itu.

“Aku dengar semua ini salah pihak kepolisian, yang menembak adalah mereka. Ini adalah pembunuhan, aku harap keluarga Huang bisa mendapatkan keadilan.” Gerutunya dari belakang Junjie saat dia memapah ibunya untuk menjauhi pemakaman.

“Bi, aku titip ibu. Aku akan ke kantor polisi.” Pamit Junjie pada adik ibunya.

“Hati-hati.” Junjie mengangguk lalu pergi.


Kantor Polisi Distrik A

Junjie datang sendirian ke kantor polisi, dia melihat ada beberapa papan demontrasi yang meminta keadilan untuk ayahnya, sayangnya beberapa hari telah berlalu para demontrans itu sudah tidak ada di kantor polisi dan meninggalkan papan nama mereka.

Junjie di sambut hangat oleh pihak kepolisian dan kepala Polisi Zhao.

Dalam ruangan saat itu ada empat orang termasuk Junjie dan juga seorang polisi wanita yang bertuga mencatat keterangan yang akan mereka katakan di depan laptop.

“Kami sungguh menyesal dan meminta maaf atas kasus yang menimpa ayahmu. Sejujurnya kami…..”

“Siapa saja petugas polisi saat itu?” Junjie memotong pertanyaan kepala Polisi Zhao. Dia dan asistenya Polisi Ma saling melihat karena tekejut dengan pertanyaan Junjie.

“Saat itu Tim Polisi Xiao yang bertugas.” Jawab Polisi Ma.

“Bagiaman dengan bukti, seperti peluru dan juga sidik jari?” lanjut Junjie bertanya. Mereka cukup terkejut karena Junjie termasuk pemuda yang pintar dalam situasi ini dia bersikap tenang dan paham apa yang harus dia lakukan.

“Sidik jari tidak bisa kami katakan secara umum karena semua polisi saat itu membawa pistol masing-masing hanya saja jika peluru, itu adalah peluru pistol dari kepolisian kami. Atau peluru yang ada dalam pistol para polisi saat itu. Tapi itu bukan menjadi bukti yang kuat…..” Polisi Zhao mencoba menjelaskan.

“Aku ingin bertemu dengan Polisi Xiao.” Sekali lagi Junjie memotong penjelasan mereka. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ini adalah kesalahan penuh dengan bukti yang ada. Polisi Ma tampak keluar dan memanggil Polisi Xiao yang berada di depan.

Saat Polisi Xiao masuk, Junjie melihatnya dan menemukan tag nama Xiao di seragamnya. Junjia yang saat itu duduk kemudian berdiri dan menghampiri Polisi Xiao. Polisi Xiao tidak bisa mengatakan apapun saat Junjie menatapnya marah. Tiba-tiba Junjie memukul Polisi Xiao dan mengambil pistolnya, semua yang melihat terkejut saat pistol itu berada tepat di depan polisi Xiao. Junjie bahkan menarik pelatuk pistol tersebut dengan wajah yang terlihat sangat menahan amarah.

“Ini memang salahku. Aku tidak bisa menyelamatkan ayahmu. Tapi, bukan aku atau tim ku yang menembaknya.” Jelas Polisi Xiao.

“Aku ingin kalian memenjarakanya.” Ucap Junjie yang membuat kaget semua yang mendengar.

“Tapi, bukti itu hanya…..”

“Aku terima. Aku akan menuruti keinginanmu sampai semua bukti bahwa aku dan timku tidak bersalah.” Polisi Xiao berdiri dan menyetujui Junjie. Pistol yang Junjie bawah masih mengarah pada Polisi Xiao, sampai suara ponsel Junjie berbunyi. Dia menurunkan pistolnya dan menerima telpon itu.

Ekspresi wajah Junjie berubah, dia menjatuhkan pistol itu dan langsung berlari keluar gedung kantor kepolisian itu membuat yang lain saling bertanya.

(FF) ENDNote Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang