4. Penyesalan Yang Berakhir

80 6 1
                                    

Rumah sakit saat itu cukup ramai, apalagi seseorang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, bagian perutnya di penuhi dengan darah dan sudah tidak sadarkan diri. Dari jauh Zhan melihat Guang yang ikut membantu para suster untuk mendorong kasur pasien yang telah masuk ruang operasi. Zhan cukup terkejut saat melihat tangan Guang dari jauh yang berlumuran darah. Zhan berlari menuju Guang yang berhenti di depan ruang operasi.

“Guang? Apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?” Zhan terlihat khawatir, dia memegang tangan Guang dan melihati adiknya itu ketakutan, bahkan ada noda darah yang berada di baju dan jaket hitam Guang.

“Tidak apa, bukan aku yang terluka, tapi Paman Junjie.” Jelas Guang. Zhan masih kaget, dia melihat kearah ruang operasi yang lampunya telah menyala, tandanya operasi tersebut sudah di mulai.

Zhan menarik Guang untuk duduk di kursi depan ruang operasi, Zhan masih mengecek keadaan Guang bahkan dia membuka baju Guang sedikit dan memastikan adiknya benar-benar tidak terluka.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa bersama Paman Junjie?” Tanya Zhan mulai tenang.

“Awalnya aku ketempat kejadian, tapi Paman Junjie mencegatku dengan beberapa preman. Tapi aku berhasil mengalahkanya, saat itu aku juga berpapasan dengan Junjie sayangnya dia kabur membawa pamanya. Saat aku kembali mencari mereka, aku melihat Paman Junjie tergeletak di jalan dengan perutnya yang tertusuk pisau, aku juga menemukan topi Junjie. Tampaknya dia di bawa oleh seseorang.” Cerita Guang pada Zhan.

“Lalu apa yang akan kau lakukan?” Tanya Zhan.

“Aku akan mencari keberadaan Junjie. Dan aku sudah menemukan beberapa bukti tentang kasus kakak.” Guang mengambil keputusan.

“Apa yang kau temukan?”

“Kabel Camera CCTV yang telah di potong, kamera itu masih aktif dan menyala. Tapi seseorang memotongnya agar tidak ada bukti tentang penembakan itu.” Penjelasan Guang membuat Zhan mengerutkan keningnya. Dalam keputusan ini, mereka tidak ada pilihan dan harus menyelesaikan satu persatu, apalagi dengan keadaan Junjie yang telah di culik oleh seseorang.

“Jadi?”

“Aku harus menemukan Junjie terlebih dahulu, dari sana aku yakin akan mendapatkan bukti tentang kakak. Aku takut jika sesuatu terjadi pada Junjie untuk menghilangkan bukti. Junjie saat ini masih dalam keadaan tidak stabil.” Zhan saat ini tidak bisa ikut ambil keputusan, dia hanya mendukung adiknya untuk mencari Junjie hanya saja Zhan tidak bisa membiarkan semuanya di lakukan Guang sendirian.

“Baiklah, dengarkan kakak. Kau bisa mencari tau keberadaan Junjie. Tapi satu hal yang harus kau ingat. Jangan melakukanya sendirian. Kau harus mengabari kakak atau kepolisian jika kau menemukan tempatnya. Kau paham?” Guang menangguk patuh pada Zhan.

“Kalau begitu, aku harus pergi sekarang kak.”

“Baiklah, ganti bajumu dulu. Dan jangan lupa hubungi kakak.”

“Aku tau. Tolong jaga Paman Junjie kak selama aku pergi, pastikan operasinya berhasil dan dia selamat.” Guang yang akan pergi tiba-tiba tanganya di tarik oleh Zhan. Guang melihat Zhan dengan pandangan bingung.

“Kau dekat dengan Junjie?” Tanya Zhan tiba-tiba.

“Aku akan jelaskan nanti. Aku pergi.” Pamit Guang.

“Hati-hati.” Zhan melihat adiknya pergi dengan wajah yang masih penuh kekhawatiran.

-----

Junjie yang masih di ikat akhirnya sadar secara penuh ketika seember air mereka guyurkan dari kepala Junjie. Beberapa orang yang ada di dalam pabrik kosong itu tertawa saat melihat Junjie yang terkejut dan sudah membuka matanya.

Junjie mencoba menggerakan tubuhnya, tapi tidak bisa. Bukan hanya badanya yang di ikat, kaki dan tanganya juga di ikat oleh mereka.

“Siapa kalian?” Tanya Junjie.

“Kau ini sebenarnya tidak berguna bagi kami. Tapi aku heran kenapa boss menyuruh kami membawamu.” Salah satu dari mereka berkomentar. Dia Lex salah satu anak buah orang yang membawa Junjie.

“Boss? Siapa yang kalian bicarakan?” Junjie masih tidak paham.

“Aku beritau satu hal padamu, kami hanya menyimpan dendam pada keluarga Xiao, bukan padamu.” Mendengar itu Junjie cukup terkejut.

“Tapi, kau telah merusak rencana boss kami, awalnya kami ingin membawa Dokter Xiao, tapi kami gagal dan kemudian di bandara kami ingin membawa adiknya, tapi kami juga gagal. Dan semua itu karenamu.” Lanjut Lex menjelaskan situasinya pada Junjie.

“Kenapa kalian menyimpan dendam pada mereka?” Tanya Junjie mulai memancing pria bertubuh besar dan terlihat dingin itu.

“Itu dendam pribadi boss kami. Bisa di bilang ini semua karena Polisi Xiao. Dan ada satu hal yang aku ingin beritau padamu tentang Polisi Xiao. Sebenarnya……” Lex mendekati Junjie dan sata ini tepat berada di telinga Junjie.

“Bukan polisi Xiao yang menembak ayahmu.” Mendengar kalimat itu Junjie melebarkan matanya terkejut. Junjie memandang Lex dengan wajah yang begitu marah dan tajam. Lex tertawa melihat ekspresi junjie saat itu.

“Kami sengaja memfitnahnya, agar kau membalas dendam pada Polisi Xiao, tapi ternyata kau malah mengagalkan semua rencana itu.” Lanjut Lex mengungkap kebenaran. Junjie terdiam, dia benar-benar salah paham dan merasa bersalah pada keluarga Xiao.

“Siapa yang membunuh ayahku?” Tanya Junjie tegas.

“Rahasia.” Jawaban singkat itu membuat perasaan Junjie campur aduk, dia benar-benar merasa di bodohi selama ini. Dan semua yang terjadi pada Junjie sekarang adalah hasil perbuatanya sendiri.

“Aku akan membunuhnya.” Ucap Junjie tiba-tiba yang membuat Lex dan yang lain tertawa hingga menggema dalam pabrik kosong tersebut. Lex mendekati Junjie lalu menarik dagunya.

“Sebelum itu terjadi, kau yang akan kami bunuh.” Jawab Lex. Tapi, Junjie kemudian memukul lex dengan dahinya dengan cukup keras membuat Lex langsung mundur dan mengerang kesakitan, dahi Lex memar dan Junjie tersenyum melihatnya. Lex yang geram dan merasa di remehkan akhirnya marah, dia memukul Junjie berulang kali dengan sorakan para penuclik itu hingga terdengar gaduh.

-----

Guang yang kembali ke lokasi kejadian, kebingungan mencari cara untuk menemukan Junjie, karena di sekitar tidak ada kamera CCTV, Guang akhirnya mengambil tindakan dengan meminta hasil CCTV dari jalan besar dan menyesuaikan dari jam kejadian. Dia sendiri yang memeriksa dari Security dan mencari tau beberapa mbil yang masuk di kawasan tersebut. Guang akhirnya melihat ada mobil van hitam yang masuk setengah jam sebelum kejadian, dia memperbesar mobil itu dan mencatat plat yang ada di belakang mobil. Untuk berjaga-jaga Guang mengambil rekaman itu dan menaruhnya dalam ponsel.

Guang yang menuju kantor polisi untuk melacak nomer plat tersebut, gagal karena itu adalah plat mobil palsu. Guang tidak kehabisan akal, dia mencari rekaman CCTV jalan luar yang di lewati oleh mobil tersebut. Dia bahkan turun tangan dan menuju jalanan untuk memastikanya.

“Ada dua arah, pertama kota C dan kedua kota F. Jika ke kota F maka Junjie pasti di bawa ke luar kota. Tapi jika kota C maka hanya beberapa tempat yang ada. Kawasan Distrik T. tapi, kawasan itu cukup berbahaya. Jika junjie di bawa kesana, maka orang yang membawa Junjie bukan orang biasa.” Kawasan Distrik T yang Guang sebut adalah kawasan para penjahat, perampok, penculik dan juga pernah terjadi pembunuhan disana. Kawasan itu sudah di larang oleh kepolisian untuk di huni, bahkan daerahnya sangat kumuh dan kotor. Jika Guang bermaksud kesana, maka dia mempertaruhkan nyawanya unuk mencari keberadaan Junjie yang belum tentu berada di sana.

“Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang??” Guang terlihat bingung dan hanya bisa melihat jalan yang menuju kawasan tersebut dari jauh.

To be Continue…..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(FF) ENDNote Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang