Chapter 28: Liburan yang Dinanti

41 28 25
                                    

Libur kuliah satu bulan akhirnya tiba, dan keempat sahabat—Vanya, Lexxa, Gisell, dan Senja—merasa sangat antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Libur kuliah satu bulan akhirnya tiba, dan keempat sahabat—Vanya, Lexxa, Gisell, dan Senja—merasa sangat antusias. Setelah bertahun-tahun terpisah oleh jarak dan waktu, kesempatan ini adalah waktu yang tepat untuk berkumpul dan merasakan kebersamaan secara langsung.

Vanya duduk di ruang tamu rumahnya, merapikan beberapa barang untuk perjalanan. Ia merasa bersemangat dan sedikit cemas. Ponselnya bergetar, dan tampaknya Lexxa mengirim pesan.

*Lexxa: “Gimana persiapannya? Aku baru selesai packing dan siap berangkat ke kota tempat kita akan bertemu!”*

Vanya membalas dengan cepat, *“Sama-sama! Aku juga sudah siap. Senang banget akhirnya bisa ketemu kalian lagi.”*

Setelah beberapa hari, mereka semua berkumpul di kota yang telah disepakati. Tempat pertemuan mereka adalah sebuah vila yang nyaman di pinggir kota, dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah. Gisell dan Lexxa tiba lebih dulu dan sedang mempersiapkan beberapa makanan ringan dan minuman untuk menyambut kedatangan teman-teman mereka.

Ketika Vanya dan Senja tiba, suasana sudah terasa hangat dan penuh semangat. Semua saling menyapa dengan pelukan dan tawa ceria. Mereka tidak dapat menahan rasa rindu yang telah tertahan selama ini.

“Momen seperti ini benar-benar berharga,” ujar Senja sambil merangkul Vanya. “Kita akhirnya bisa bersatu kembali.”

Gisell tersenyum lebar, “Aku sudah menyiapkan beberapa aktivitas untuk kita selama liburan ini. Ada beberapa tempat wisata yang pasti kalian suka.”

Lexxa menambahkan, “Dan aku membawa beberapa board game dan film, jadi kita bisa punya malam yang menyenangkan bersama.”

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan. Mereka mengunjungi berbagai tempat menarik di sekitar kota, dari taman nasional hingga kafe-kafe unik yang baru dibuka. Setiap hari dipenuhi dengan tawa dan cerita, dan mereka merasakan kebersamaan yang begitu hangat.

Salah satu hari mereka memutuskan untuk mendaki sebuah gunung kecil di sekitar kota. Meskipun perjalanan cukup melelahkan, pemandangan dari puncaknya sangat memuaskan. Mereka duduk di puncak gunung, menikmati camilan yang dibawa, sambil melihat panorama kota yang terbentang di bawah mereka.

“Ini luar biasa,” kata Vanya, menghirup udara segar. “Pemandangannya membuat semua usaha kita terasa sangat berharga.”

Gisell mengangguk setuju, “Aku setuju. Rasanya seperti kita sudah mendapatkan hadiah dari perjalanan ini.”

Pada akhir pekan, mereka memutuskan untuk mengadakan gathering lebih besar. Ibran, Angkasa, Arga, Bara, dan Vano bergabung dengan mereka. Vila mereka menjadi lebih meriah dengan kehadiran teman-teman baru ini. Mereka berkumpul di halaman belakang vila, di mana mereka menyiapkan barbeque dan permainan malam.

Angkasa, yang dikenal dengan kemampuannya membuat suasana menjadi ceria, segera mengambil alih pemanggang dan mulai mempersiapkan makanan. “Ayo, semua! Mari kita buat barbeque yang tidak terlupakan!”

Ibran, Arga, Bara, dan Vano turut membantu, dan suasana menjadi semakin hidup dengan percakapan, tawa, dan musik. Mereka semua menikmati hidangan lezat sambil berbagi cerita tentang perjalanan mereka dan perkembangan terbaru dalam kehidupan masing-masing.

Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk bermain beberapa permainan papan. Keterlibatan semua orang dalam permainan membuat suasana semakin meriah. Tawa dan teriakan kemenangan mengisi ruangan, dan mereka merasa seperti kembali ke masa-masa remaja yang penuh keceriaan.

Ketika malam semakin larut, mereka berkumpul di sekitar api unggun, saling berbagi cerita dan kenangan lama. Vanya melihat sekeliling dan merasa sangat bersyukur atas momen ini. “Rasanya luar biasa bisa bersama seperti ini. Semoga ini bukan pertemuan terakhir kita.”

Angkasa mengangguk setuju. “Benar, kita harus membuat waktu seperti ini lebih sering. Persahabatan kita adalah hal yang sangat berharga.”

Mereka berbagi cerita dan kenangan masa lalu, tertawa bersama saat mengenang pengalaman lucu. Angkasa membagikan beberapa kisah menarik tentang petualangannya yang terbaru, sementara Ibran, Arga, Bara, dan Vano bercerita tentang aktivitas mereka yang baru.

Ketika percakapan mulai mereda, Gisell mengeluarkan gitar dan mulai memainkan beberapa lagu akustik. Suara gitar yang lembut menciptakan suasana yang tenang dan penuh nostalgia. Semua bergabung bernyanyi bersama, menikmati momen damai di bawah bintang-bintang.

Dengan bintang-bintang bersinar di langit malam, mereka terus berbicara dan tertawa, menikmati kebersamaan yang telah lama dirindukan. Momen ini menjadi kenangan yang akan mereka simpan selamanya, sebagai simbol persahabatan yang tak tergoyahkan, meskipun jarak dan waktu terus berubah.

Ketika mereka akhirnya kembali ke kamar masing-masing, Vanya menatap langit malam dari jendela kamarnya, merasa puas dan bahagia. Liburan ini telah memberikan mereka kenangan yang tak terlupakan dan menguatkan ikatan persahabatan mereka lebih dari sebelumnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja Untuk Angkasa ( END✅ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang