Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyirami langit dengan warna jingga dan ungu. Senja duduk di tepi danau, mengamati riak air yang berkilau. Angkasa datang dan duduk di sampingnya, menatap danau yang sama.
“Kenapa kamu selalu suka datang ke sini?” tanya Angkasa, suaranya tenang.
Senja tersenyum, “Tempat ini membuatku merasa damai. Dan aku bisa memikirkan banyak hal tanpa terganggu.”
Angkasa mengangguk, menatap ke kejauhan. “Aku tidak pernah benar-benar memikirkan hal itu. Mungkin aku harus mencoba.”
“Bagaimana kalau kita berbagi mimpi kita?” ajak Senja, mengubah suasana menjadi lebih ceria. “Aku selalu ingin keliling dunia, melihat tempat-tempat baru.”
Angkasa tersenyum kecil. “Mimpiku lebih sederhana. Aku hanya ingin menemukan kedamaian dalam diriku sendiri.”
Senja menatapnya serius. “Kamu sudah melangkah jauh, Angkasa. Aku melihat perubahan itu dalam dirimu.”
Angkasa menunduk, wajahnya mengeras. “Tapi aku masih jauh dari sempurna.”
“Mungkin kita tidak perlu sempurna,” kata Senja lembut. “Yang penting kita berusaha dan saling mendukung.”
Silence menyelimuti mereka sejenak, hingga Angkasa mengalihkan pandangannya ke Senja. “Terima kasih, Senja. Karena kamu, aku merasa bisa.”
Mereka berdua terdiam, menyaksikan langit semakin gelap. Senja meraih tangan Angkasa, memberikan dukungan yang tulus. Dalam momen itu, mereka tahu, langkah mereka bersama adalah hal terpenting dalam perjalanan ini.
Tiba-tiba, Senja berdiri, wajahnya berbinar. “Ayo, kita buat kenangan baru! Bagaimana kalau kita membuat daftar tempat yang ingin kita kunjungi?”
Angkasa tersenyum, meski sedikit ragu. “Daftar? Sepertinya itu ide yang menarik.”
“Mari kita mulai! Aku tulis, kamu sebutkan!” Senja mengambil ponselnya dan membuka catatan.
“Pertama, Paris,” ucap Senja dengan semangat.
“Tokyo,” jawab Angkasa, sedikit lebih berani.
Senja menulis dengan cepat, merasakan energi positif mengalir di antara mereka. Setiap tempat yang mereka sebutkan, semakin membuat mereka merasa terhubung. “London?” tanya Senja.
“New York,” balas Angkasa, kini dengan lebih percaya diri.
“Bagaimana dengan Bali? Kita bisa menikmati pantainya!” Senja menambahkan, membayangkan pasir putih dan ombak yang tenang.
Angkasa tertawa. “Aku suka itu! Dan kita harus pergi ke Kyoto untuk melihat sakura.”
“Bisa kita buat momen spesial di setiap tempat,” kata Senja, bersemangat. “Kita bisa foto-foto dan membuat album kenangan.”
Saat mereka terus berbagi impian dan tawa, senja semakin larut, mengubah warna langit menjadi biru tua yang tenang. Angkasa merasakan ketenangan di samping Senja, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Angkasa ( END✅ )
RomanceAriana Senja Alexander. cewek yang periang, cantik dan baik hati. Seorang Senja mampu memikat semua orang dengan ketulusan hatinya. Akankah seorang Ariana Senja Alexander mampu meluluhkan bongkahan es yang ada dalam diri seoarang Angkasa Lavendra Bi...