Bagian 2

688 54 1
                                        
















"Kenapa muka lo?" Pertanyaan yang di layangkan Hesa pertama kali saat melihat wajah tertekuk sahabatnya saat duduk di kursi kerja mereka yang bersebelahan.

Naya tak menjawab, ia malah menelungkupkan wajahnya kembali di atas meja, ia memekik pelan sembari meremat celana kain hitam yang ia kenakan, "akhh gue di tolak lagi!" Begitu gerutunya.

Hesa menghela napas, ia heran mengapa sahabatnya itu tak juga mau menyerah atas kisah cintanya yang menyedihkan. Bahkan hingga usianya dua puluh delapan Naya tak pernah jatuh hati pada siapapun kecuali satu orang, Raja.

"Udah gue bilang dari dulu, let him go, lo berharap apa dari cowok spek robot kaya Mas Raja. He never look at you as a guy, dia liat lo sebagai adik."

"It's not fair, kenapa dia gak pacaran sama oranglain aja, kenapa dia bersikap manis sama gue setiap hari, setiap saat setiap wak--"

"Stop, ada telpon masuk, mending lo jawab dulu daripada kena SP."

Naya akhirnya menyerah ia menurut, benar ucapan Hesa namun perasaannya tak dapat di bohongi betapa dirinya menyukai Raja lebih dari apapun.

















Raja berjalan ke arah parkiran saat jam pulang, ia sesekali bersenandung untuk meredakan stress dan beban kerjanya. Bekerja di divisi Human Research Development bukanlah sesuatu yang mudah, ia harus bertemu banyak orang dan bicara dengan orang-orang baru seringkali membuatnya kehabisan tenaga.

"Ih anjirr, kenapa mesti kempes sih!"

Gerutu seseorang yang terdengar oleh rungu Raja, ia melirik ke sembarang arah sebelum akhirnya menemukan sosok yang tengah menendang ban mobilnya. Ia sendirian bibirnya cemberut, alisnya tertaut dan kakinya ia hentakan beberapa kali. Sangat lucu, batin Raja.

Karena Raja mengenal jelas siapa sosok itu ia segera menghampiri, dengan langkah lebar hingga mata bulat sang pria manis melihat kehadirannya. Naya terpaku, ia tak menyangka melihat Raja di hari yang sudah petang, sebagian besar karyawan sudah mulai beranjak pulang ke rumah masing-masing. Sejujurnya Naya sudah hampir menangis jika saja tak ada orang yang dapat membantunya.

"Kenapa?" Tanya Raja retoris saat ia mengetahui jelas jika ban mobil Naya terlihat kempes.

"Mas Raja ... " Naya kemudian mendekat, jaraknya sangat dekat hingga Raja terpaksa mundur selangkah, "ban mobilku bocor, Mas, aku gak bisa pulang!" Begitu katanya dengan manja.

"Gak bawa ban serep?"

"Enggak, aku gak tau kalo bakalan apes hari ini."

"Mau pake ban punyaku dulu? Biar sekalian aku gantiin."

Tidak, ide brilian di kepala Naya mendadak hadir, jika di bandingkan ban mobilnya yang di ganti ia lebih senang jika Raja mengantarkannya pulang sampai ke rumah.

"Mmm ... Lama Mas .... "

Raja mengerti, ia hampir saja tersenyum jika tak ingat ia harus bersikap biasa saja di depan sosok manis itu.

"Mau aku anter balik aja?"

Binggo, Naya hampir melompat di tempat mendengar tawaran Raja sesuai dengan ingin hatinya.

"Boleh?" Tanyanya dengan malu-malu.

Raja mengangguk, "mobilmu tinggal di sini aja, Na, besok di ambil."

Dalam hati Naya bersorak gembira, memang Raja sejak dulu tak pernah berubah, jika menyangkut dengan dirinya Raja selalu bersikap manis itulah mengapa Naya tak dapat berpaling darinya, Raja sangat manis sampai di titik Naya merasa Raja menyukainya walaupun seringkali dengan jelas raja menolaknya mentah-mentah.















Tbc ...

Crush | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang