Bagian 4

276 27 2
                                    















Usai makan malam Raja pamit pulang, waktu sudah menunjukan pukul sembilan saat Raja memutuskan untuk pulang. Naya merasa sangat senang dengan kehadiran Raja di rumahnya, apalagi Babanya yang sangat kesenangan atas kedatangan tamu tak di undang itu.

"Aku pulang dulu, Nay," Ujar Raja, mereka berada di luar pagar rumah Naya, tempat di mana Raja memarkirkan kendaraannya.

Rasanya sayang sekali ia hanya memiliki waktu beberapa jam bersama pria tampan itu, namun apa boleh buat waktu sudah semakin larut, "iya Mas, sampai jumpa besok di kantor," Ujar Naya dengan senyuman yang sangat manis.

Raja mengangguk, ia lalu mengangkat tangan mengusak rambut Naya dengan gemas, "hati-hati di rumah, jagain Baba, kalo ada apa-apa telpon, ya?"

Bagaimana mungkin jantung Naya aman mendapati perlakuan Raja yang kelewat manis itu. Ia mengangguk, pipinya memerah karena tersipu dan bukannya tak melihat, Raja hanya mencoba mengabaikannya padahal ia sangat ingin mencubit pipi Naya.

Naya mengangguk, "pasti Mas, hati-hati di jalan."

















Esok telah tiba, hari di mana Naya harus kembali bekerja. Ia mengantuk, semalaman ia sulit tidur karena terbayang terus menerus dengan aksi Raja yang mengusak rambutnya. Jantungnya berdebar setiap kali mengingat kejadian itu, Naya merasa ia akan gila.

"Lo kenapa si, gue perhatiin daritadi gelisah banget?" Hesa bertanya lantaran melihat bagaimana Naya tak bisa diam, mulai dari kakinya di kolong meja yang bergerak acak, beberapa kali menumpu kepala di atas meja hingga menggigiti bibirnya sendiri.

"I think i'm gonna explode."

Hesa mengernyitkan sebelah alis matanya, "what?"

"Aaaaa .... " Naya memekik tertahan dengan bantal leher yang di bawanya setiap saat itu.

"Nay please, jangan ganggu ketenangan gue, ya, kerjaan gue banyak monyed," Hesa akhirnya kesal juga.

"Mas Raja, Sa .... "

"Kenapa lagi itu biawak?"

"Dia usap rambut gue, anjir anjir anjirrrr," Naya heboh sendiri.

"Nay, udah--"

"Pagi Nay," Tiba-tiba seseorang datang menghampiri keduanya, Naya sontak mendongak, ia terkejut saat mendapati Raja berada di sana, tepat di hadapannya.

"Lo ngapain ke sini?" Tanya Hesa pada Raja. Ngomong-ngomong Raja dan Hesa merupakan teman sebaya, yang artinya Naya berusia dua tahun lebih muda dari Hesa dan Raja.

Raja tak menanggapi, ia malah mendekat ke arah Naya, "aku mau minta data karyawan divisi marketing, Nay."

Hesa menatap kesal Raja, mengapa ia seakan tak terlihat di sana, "datanya ada di gue by the way," Ujar Hesa sembari menatap Raja dengan tengil.

"Kirim ke email gue ya, Sa."

"Tolongnya mana?"

"Udah kasih aja, Sa, elh, kasian nanti Mas Raja telat."

"Telat mau kemana kaya mau ke puncak aja."

Raja tak juga menanggapi ia lalu menatap Naya, "mobilnya udah di ganti bannya yah, Nay, aku udah telponin bengkel."

"Oke Mas," Naya memberikan sign oke dengan tangan sembari tersenyum lebar.

Saat Raja pergi Naya menatap nyalang sahabatnya itu, entah masalah Hesa dan Raja apa, namun Hesa selalu sensitif dan emosi pada setiap hal yang berhubungan dengan Raja.

"Lo kenapa si, tiap ada Mas Raja emosi mulu?"

"Lah, lo gak liat muka dia ngeselin?"

"Enggak tuh, ganteng banget dia."

Hesa memasang wajah masamnya, "serah deh, gue mau kirim datanya dulu ke MAS lo itu."

Naya terkekeh, ia akan bertanya pada Raja nanti tentang mengapa ia dan Hesa selalu bertengkar setiap bertemu, lebih tepatnya Hesa selalu terlihat kesal padanya.




















Tbc ...










Mahesa Argawidra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahesa Argawidra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crush | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang