Bab 1

9 3 1
                                    

Pertemuan |
*****

Tersentak Hanin mendengar suara keras dari belakang, Roby sedang bertengkar dengan Tomy karna tidak sabar menunggu antrian di kantin di karenakan banyak mahasiswa yang membeli, salah satu dari mereka tidak menggubris keributan tersebut.

karena Roby dan Tomy adalah orang yang di takuti sekaligus orang terkaya di dalam kampus karena orang tua Roby banyak membantu pembangunan kampus yang di tempati anaknya tersebut.

Roby juga terkenal dengan kepandaian nya di bidang akademis dan basket, Roby sudah banyak memenangkan olimpiade dan lomba untuk mengharum kan nama universitasnya.

Jadi tidak salah kalau Roby sering di juluki sebagai elang hitam, yang artinya "tajam" ketampanan dan kecerdasan yg ia miliki mampu memikat siapa saja yg melihat dirinya.

Bukan itu saja Roby Antero Wijaya anak kedua dari 3 bersaudara, Roby juga mempunyai mata berwarna abu-abu dan bulu mata lentik Roby bisa di katakan makhluk sempurna dari tipe wajahnya seperti orang barat.

Roby tinggal bersama adiknya bernama Marina Laucia Wijaya. Marina menempuh pendidikan di pesantren karna sejak kecil Marina suka yang nama nya aturan menurut dirinya pesantren adalah tempat yang baik untuknya menemukan jati dirinya sendiri untuk mandiri.

Marina belum di perbolehkan oleh orang tuanya untuk tinggal di pesantren itu jadi sementara waktu, Marina pulang pergi berangkat sekolah dari rumah di antar oleh supir.

Orang tuanya terlalu sibuk bekerja tapi perhatian untuk Marina anak perempuan semata wayangnya itu tidak kekurangan kasih sayang, berbeda dengan Roby yang bebas melakukan apa saja karna Roby selalu membantah apa saja yang di katakan orang tuanya. Semenjak anak pertama mereka menikah.

Kerol Prasetia Wijaya lebih memilih mandiri dari pada menjadi penerus orang tuanya. Roby lah anak lelaki yang di harapkan ayahnya untuk menjadi penerus kekayaan nya di kemudian hari.

Keributan yang terjadi di kantin antara Roby dan Tomy sudah biasa terjadi, sering kali Roby tidak bisa menahan emosinya.

"Santai aja jangan dorong-dorong," kata Tomy pada Roby.

"Loe yang harus santai gua yang duluan pesan."

Tiba-tiba telpon Tomy berdering.

"Hallo, iya gua segera kesana,"

Telpon singkat dari seseorang, Tomy langsung berdiri dari tempat duduk nya. "Urusan kita belum selesai," kata Tomy yang langsung meninggalkan kantin begitu saja.

Sesampai nya di rumah Hanin merebahkan tubuhnya setelah segala macam kesibukan di hari ini membuat tubuh nya lelah, Hanin seorang gadis desa yang mewujudkan cita-citanya menjadi seorang sarjana. ia ingin membuktikan kepada almarhum bapaknya bahwa anak yang tidak di inginkan ini bisa kuliah dari hasil keringatnya sendiri tanpa bantuan ibunya yang berada di kampung.

Hanin selalu di kucil kan dalam keluarganya di karena kan ibu dan almarhum bapaknya selalu membela adiknya dan apapun yang di minta oleh adiknya itu pasti di penuhi, tetapi jika Hanin yang meminta selalu ada alasan ujung-ujung nya selalu Hanin mengusahakannya sendiri.

Pernah sekali saat Hanin menempuh pendidikan SMA. Hanin meminta uang saku lebih untuk membeli keperluan untuk sekolahnya , dengan berlagak nya ibu dan bapaknya mengatakan

"Kamu sudah besar jangan royal, bukan kamu saja yang kami kasih uang tapi adikmu juga yang semakin hari semakin banyak kebutuhannya."

Bagaimana tidak sakit perasaan Hanin menurut orangtua nya Hanin tidak terlalu membutuhkan biaya padahal tidak lama lagi dia sudah mulai ujian kelulusan.

Melabuh Asa Di KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang