1

189 29 4
                                    

Oiii pakabsss? Dah lama gak nulis ya, suer ini cerita bakal klise karena setipe sama flirtationship, tapi karena aku kgn cerita itu, aku buat dengan nuansa yg berbeda. Semoga suka ya, doakan juga semoga cerita ini berjalan dengan lancar sampai tamat & aku gak kena writers block HAHAH karena terakhir aku nulis serius tuh 2021, ke sananya udh bener2 sering ilang fokus.

Tolong perhatikan!!!

Harap bijaksana dalam memilih & membaca cerita. Ini hanya cerita fiksi yang TIDAK nyata. Perlu diperhatikan, untuk tidak membawa setiap cerita fiksi yang saya buat ke kehidupan nyata dari tokoh yang ada di dalamnya.
Jadi untuk orang-orang yang gak suka bxb, dan menentang keras shipping dll. Saya meminta dengan baik untuk kembali ya^^

Sekali lagi, ini tidak nyata hanya bentuk rasa senang saya dalam menulis & kesukaan terhadap karakter di dalamnya.

Sekian, terima kasih.

***
SELAMAT MEMBACA (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Di sinilah ia sekarang, menyesap sebatang rokok yang nyaris habis.
Belakangan, dia nampak akrab dengan barang adiktif ini.

Sudah sekitar 1 jam berdiri di balkon kediamannya dengan kondisi yang tak karuan.

Rambut tidak tertata, dasi sudah hilang entah ke mana, dan kemeja kerja yang dua kancing teratasnya terbuka, memperlihatkan leher yang berdenyut karena menahan tekanan.

Bekas linangan air mata pada wajahnya mulai mengering, namun ia tahu itu hanya sementara.
Air mata yang ditahan akhirnya pecah lagi, mengalir deras di pipinya. Ia merasa seolah tak ada lagi yang bisa menghentikan air mata itu.

"Sialan." Bisiknya, lebih pada dirinya sendiri. Sumpah serapah yang tertuju tak pada siapapun kecuali pada takdir hidupnya.

Takdir yang semula ia pilih dengan harapan kebahagiaan, ternyata membawa akhir yang penuh kesedihan. Padahal ia tahu sejak awal, bahwa semua ini akan berakhir sia-sia meskipun ada cinta di dalamnya.

***🐈‍⬛🐈***

Pagi itu, suasana kantor terasa lebih dingin dari biasanya.
Langkah-langkahnya menggema di koridor yang biasanya penuh tawa, kini terasa begitu sepi dan sunyi. Para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing, namun Jungwon tahu, perhatian mereka semua diam-diam tertuju padanya.

Mereka menghindari kontak mata dengannya. Semua tergantikan oleh keheningan yang canggung. Jungwon, Kepala Divisi Kreatif yang dikenal gigih dan berbakat, kini dihadapkan pada tatapan-tatapan penuh pertanyaan.

Kaki ringkihnya terus berjalan, dengan kedua tangan mengepal di sisi. Ia tahu situasi ini akan terjadi.

Secepat ini?

Jungwon hanya tidak menyangka kabar bisa tersebar secepat ini.

"Jungwon, tuan Jeon-"

"Gantikan aku di meeting kali ini." Jake membulatkan mata saat melihat kepala dari divisi kreatif sekaligus sahabatnya berjalan begitu saja melewati tanpa menjatuhkan atensi.

Jake mengikuti arah langkah Jungwon yang terlihat tak setegap biasanya. Hingga mereka sampai di ruangan Jungwon.

Jake menghembuskan napas, bertolak pinggang, memiringkan kepala memejamkan mata sejenak melihat tingkah Jungwon yang membuatnya muak.

"Berhenti sekarang, Jungwon!"
Nada suaranya tajam, tapi matanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Ia bukan hanya berbicara sebagai rekan kerja, tapi sebagai seorang sahabat yang peduli.

Chasing The Sun [JAYWON X JUNGKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang