"Kita sudah sampai."
"Huh? Sudah sampai dimana kita?"
Segalanya terasa begitu cepat, bahkan hal terakhir yang masih bisa di ingat Erika adalah momen setelah dia menyetujui kesepakatan yang di tawarkan Clavis beberapa saat lalu. Ini tentang novel dan jawaban atas keberadaan Celine saat ini.
Erika memilih untuk menyetujui kesepakatan itu, karena dia sangat khawatir tentang Celine dan dia berharap Clavis akan memberinya petunjuk tentang di mana Celine berada. Hanya itu saja yang di ingatnya, hingga kereta yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang istana megah keluarga kerajaan.
"Istana Rhodolite, rumahku." Clavis keluar dari kereta, memegang tangan Erika dan membantunya turun, mata emasnya tertuju padanya. Melihat ekspresi Erika yang sedikit bingung, senyum kecil terbentuk di bibirnya.
"Kau... apa?" Erika tampaknya telah mendengar kata-kata yang salah dari Clavis, tetapi dia mengikuti Clavis keluar dari kereta. Pandangannya yang tadi tertuju pada bangunan istana megah di hadapannya kini kembali pada wajah Clavis yang berdiri di sampingnya. "Mengapa kau membawaku ke istana? Kau bilang---perjanjian kita adalah kau akan membawaku menemui Celine."
Clavis terkekeh melihat reaksinya, menganggap ekspresinya agak menggemaskan, tetapi dia terus berjalan, tangannya masih memegang tangan wanita itu.
"Aku bilang aku akan memberimu informasi tentang Celine, benar?" Dia melirik ke belakang ke arahnya dari balik bahunya, mata emasnya berbinar-binar dengan nakal, jelas menikmati kebingungannya.
"Ya tentu saja, itu kesepakatan yang kau tawarkan padaku. Kau bantu aku menemukan Celine dan Rio. Setelah kau berhasil membantuku, aku akan memberikan novelku padamu. Tapi kenapa kau---"
"Shh..."
Clavis berhenti sejenak, menempelkan jari telunjuknya ke bibir wanita itu, memberi isyarat agar Erika berhenti bicara. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum jahilnya, mata emasnya menatap pada Erika. "Kau akan tahu nanti, jadi diam saja dan ikuti aku."
"?"
Erika sedikit terkejut dengan tindakan Clavis, tetapi hal itu membuatnya berhenti berbicara dan fokus menatapnya dengan tatapan bingung. Dan sebelum dia bisa berbicara untuk menjawab Clavis, tiba-tiba suara seorang pria terdengar mengganggu percakapan mereka. Clavis berbalik, perhatiannya beralih ke sumber suara. Senyumnya tetap tersungging di wajahnya, tetapi ekspresinya sedikit berubah saat melihat siapa yang berbicara.
"Ah, sepertinya aku mendapatkan panggilan mendadak. Jadi aku harus menyelesaikannya sebentar, kau jangan kemana-mana. Aku akan segera kembali, ok?"
"Apa? Hei, kau tidak bisa pergi begitu saja. Clavis!" Erika sungguh frustrasi tetapi Clavis tidak mendengarkan protesnya, karena pangeran ketiga itu sudah melarikan diri meninggalkannya sendirian di tempatnya. Dia kebingungan, "Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bahkan tidak tahu harus ke mana, istana ini jelas sangat besar dan megah..."
"Oh? Dan apa yang di lakukan nona muda sepertimu di istana ini?"
Suara seorang pria tiba-tiba terdengar sekali lagi, menyebabkan Erika berbalik cepat dan menatapnya, membuatnya dapat melihat laki-laki berpakaian mewah dengan rambut lurus berwarna abu-abu. Wajahnya tampan dengan senyum yang sedikit nakal, dia memiringkan kepalanya ke satu sisi, ekspresinya menunjukkan sedikit rasa ingin tahu.
"Tidak biasa bagi seseorang sepertimu untuk mengunjungi istana. Kau tampaknya bukan seorang pembantu, juga bukan seorang wanita bangsawan."
"Huh? Siapa...?" Erika menatapnya dengan bingung, membuat lelaki itu terkekeh melihat ekspresi nakalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKEMEN PRINCE: BEAUTY AND HER BEAST-FORBIDDEN LOVE
RomanceDisclaimers: Seluruh character Ikemen Prince milik Cybird Ikemen Series Game dan Ishuzue Kachiru (ilustrator), kecuali para MC milik author dan teman author. lmao. Notes: Cerita akan di mulai dari prolog dan mengambil alur dari beberapa route-route...