Happy Reading
Malam semakin larut, tetapi pikiran Aisyah masih berkecamuk. Setelah pertengkaran terakhir mereka, Yusuf langsung pergi ke luar, meninggalkannya dalam kebingungan dan rasa sakit yang mendalam. Hatinya berdenyut dengan rasa takut dan marah, takut bahwa pernikahan mereka mungkin sedang berada di tepi jurang.
Keesokan paginya, ketika Yusuf akhirnya pulang, wajahnya tampak lelah dan kusut. Mata mereka saling bertemu, tetapi tidak ada kehangatan seperti dulu. Yusuf memecah keheningan dengan nada suara yang pelan, “Maafkan aku, Aisyah. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri tadi malam.”
Aisyah menatapnya dengan tajam, masih merasa terluka. “Aku mengerti kamu butuh waktu, Yusuf, tapi kita harus bisa membicarakan masalah kita tanpa harus melarikan diri.”
Yusuf mengangguk perlahan, tampak menyesal. “Aku tahu, Aisyah. Aku hanya merasa sangat tertekan dengan situasi ini. Masalah keuangan ini membuatku merasa gagal sebagai suami.”
Aisyah menghela napas panjang, mencoba meredakan emosinya. “Yusuf, aku tidak pernah meragukan usahamu. Tapi aku butuh kamu untuk bersamaku dalam menghadapi semua ini, bukan berlari dariku.”
Yusuf mengangguk, tetapi matanya masih menunjukkan tanda-tanda kelelahan. “Aku akan mencoba, Aisyah. Tapi kita butuh solusi nyata untuk masalah ini, bukan hanya bicara.”
Beberapa hari berikutnya berlalu dengan suasana yang canggung. Mereka berusaha memperbaiki komunikasi, tetapi masih terasa ada jarak yang sulit dijembatani. Yusuf lebih sering pulang larut malam, dan Aisyah merasa semakin kesepian.
Suatu malam, ketika Yusuf pulang lebih lambat dari biasanya, Aisyah memutuskan untuk menghadapinya. “Yusuf, aku ingin tahu, kenapa kamu selalu pulang larut? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?”
Yusuf terkejut mendengar pertanyaan itu. “Tidak ada, Aisyah. Aku hanya sibuk dengan pekerjaan tambahan. Aku mencoba mencari cara untuk menambah penghasilan kita.”
Aisyah menatapnya penuh curiga. “Benarkah? Atau mungkin ada alasan lain? Mungkin kamu merasa lebih nyaman berada di luar daripada di rumah bersama denganku?”
Yusuf terlihat tersinggung. “Apa maksudmu, Aisyah? Aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Aku hanya berusaha memperbaiki keadaan kita.”
Aisyah merasa air mata mulai menggenang di matanya. “Tapi kenapa rasanya kita semakin jauh, Yusuf? Kenapa aku merasa seperti kita tidak lagi saling percaya?”
Yusuf terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasa dinding ketidakpercayaan di antara mereka semakin tebal. “Mungkin kita butuh waktu, Aisyah. Mungkin kita butuh jarak untuk berpikir dengan jernih.”
Kata-kata itu membuat Aisyah tersentak. “Jarak? Apakah kamu ingin kita berpisah, Yusuf?”
Yusuf terlihat gelisah. “Bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa kita perlu menenangkan diri dan melihat semua ini dari sudut pandang yang berbeda.”
Aisyah mengangguk pelan, meski hatinya hancur. “Jika itu yang kamu pikirkan terbaik, Yusuf… Mungkin memang kita butuh waktu.”
Keheningan menutup pembicaraan mereka malam itu. Aisyah pergi ke kamar, meninggalkan Yusuf yang masih duduk di ruang tamu dengan pikiran yang berkecamuk. Di tengah malam, Aisyah menangis sendirian, merasa rumah yang dulu penuh cinta kini terasa begitu asing dan dingin.
---
Di minggu berikutnya, mereka sepakat untuk mengambil sedikit jarak satu sama lain. Yusuf lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah, mencari ketenangan di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi dulu. Aisyah, di sisi lain, lebih sering menyibukkan dirinya dengan pekerjaan di sekolah dan bertemu teman-temannya untuk mencari dukungan.
Suatu hari, Rina, teman dekat Aisyah, datang berkunjung dan melihat wajah sahabatnya yang pucat. “Aisyah, kamu tidak bisa terus seperti ini. Kamu harus mencari cara untuk bicara lagi dengan Yusuf, untuk benar-benar menyelesaikan masalah kalian,” kata Rina dengan tegas.
Aisyah mengangguk pelan. “Aku tahu, Rina. Tapi rasanya sulit. Kami seperti terjebak dalam lingkaran kebisuan dan ketidakpercayaan.”
Rina menepuk bahu Aisyah dengan lembut. “Kamu harus mencoba. Jika kamu benar-benar mencintainya, kamu tidak bisa menyerah begitu saja.”
Aisyah menghela napas, merasa sedikit lebih kuat. “Kamu benar, Rina. Aku harus mencoba sekali lagi.”
Malam itu, Aisyah menunggu Yusuf pulang dengan tekad baru. Dia tahu bahwa pernikahan adalah tentang perjuangan, dan dia belum siap untuk menyerah.
Jangan lupa vote dan komen yaaa👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Naungan doa (END)+ Revisi
RomanceSinopsis: Aisyah khumairah, seorang mahasiswi yang taat beragama, merasakan ketenangan saat membaca Al-Qur'an dan berdoa. Kehidupannya berubah setelah ia bertemu Yusuf Al fatih El zain di masjid kampus, seorang pemuda aktif dalam organisasi dakwah...