"Aku akan terus bertahan, hingga titik darah penghabisan. Tak apa jika harus berjuang sendiri tanpa ada dukungan dari manusia lain. Karena aku percaya, Allah tidak akan pernah meninggalkanku meski sedetik pun,"
🍂
"Kamu harusnya ngalah! Kasian kakak kamu! Dia udah mati-matian belajar untuk bisa masuk fakultas kedokteran. Sekarang dia udah keterima di universitas dan jurusan yang dia impikan, kamu tega patahin semangat kakak kamu?" ujar Adisti pada sang anak.
Gadis itu hanya terdiam. Meresapi apa yang sedang ibunya katakan. Bukan sekali, ini sudah sekian sekalinya Ia harus mengalah. Sekian kalinya, menelan kenyataan bahwa kakaknya lah yang di prioritaskan keluarganya.
"Kakak kamu itu pinter. Sayang kalo kesempatan ini harus dilewatkan. Biarin kakak kamu yang kuliah. Kamu nanti saja kuliahnya. Mama sama papa cuma punya uang buat kakak kamu kuliah. Kalo ditambah kuliahin kamu yang ada tabungan kita habis," lanjutnya tanpa perasaan.
"Nggak bisa gitu dong mah. Aila juga mau kuliah!" Ujarnya dengan tegas.
"Kamu harus ngerti dong La. Kakak kamu itu pengen banget jadi dokter. Ngalah dulu kenapa sih? Nanti kalo kakak kamu udah selesai baru deh kamu kuliah,"
"Aila nggak mau. Kelamaan kalo nunggu Kakak selesai kuliah mah," protes Aila mendengar ucapan Adisti.
"Kamu ini nggak bisa dibilangin ya! Jangan keras kepala! Mama nggak punya uang buat kuliahin kamu!" Sentak Adisti pada Aila.
"Kamu ini, susah banget disuruh ngalah!" Lanjutnya membuat Aila merasa tak terima.
Susah disuruh mengalah? Selama ini Ia sudah mengalah pada kakak kembarannya itu. Bahkan Aila rela tidak makan makanan yang dia suka hanya demi menjaga kesehatan Aira, kembarannya. Semua hal yang dia suka selalu dibatasi. Dimana keselamatan dan keinginan Aira lah yang paling diutamakan.
Dia hanya bayangan. Menjadi pilihan terakhir dan penampungan segala hal yang Aira tidak sukai. Dari kecil Ia harus rela memberikan apa yang dia punya hanya untuk memenuhi keinginan Aira.
"Kapan Aila nggak pernah ngalah sama Aira? Apa kurang pengorbanan Aila buat Aira selama ini?? Kenapa selalu Aila yang harus terus ngalah sama Aira, ma?? Kenapa selalu Aira yang diprioritaskan?? Aila kapan??" Ujar Aila yang tak terima dengan apa yang ibunya katakan.
"Kamu sudah berani membantah ya? Udah mulai berani ngelawan mama dan nggak mau diatur sekarang!"
Nggak mau diatur??, jika menuntut hak itu dinamakan tidak mau diatur tak apa. Aila akan terus melakukan itu demi mendapatkan haknya sebagai anak.
"Aila nggak ngelawan, ma. Aila cuma tanya kenapa selalu Aira yang diprioritaskan?? Kenapa Aila nggak pernah, ma?!" Ujar Aila dengan mati-matian agar tidak menangis.
"Berani kamu bentak mama?? Sudah mulai kurang ajar kamu!" Geram Adisti mendengar ucapan Aila.
"Kalau gitu aja mama bilang membentak, lalu gimana sama mama selama ini?" Sindir Aila.
"Semakin berani ya kamu!! Percuma kamu berhijab kalo masih melawan orangtua! Apalagi seorang ibu!"
"Nggak ada hubungannya!! Kenapa jadi bawa-bawa hijab Aila?" Ujar Aila tak terima dengan apa yang Adisti katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin Lara
ChickLit"Aku akan terus bertahan, hingga titik darah penghabisan. Tak apa jika harus berjuang sendiri tanpa ada dukungan dari manusia lain. Karena aku percaya, Allah tidak akan pernah meninggalkanku meski sedetik pun," (Aila Raliandra) *** Perjalannya tidak...