PROLOG

4 4 1
                                    

Haii, selamat membaca dicerita kedua Ralin, semoga suka yaaa😘

Jangan lupa ninggalin voment-nya yaa😊

Cerita ini 100% hasil pemikiran saya sendiri, dan tolong jangan diplagiat yaa hargai penulisnya...

Mohon maaf bila ada kesamaan nama, judul, dan sebagainya, aku tidak mengikuti cerita kalian🙏😊

Cerita ini nanti kadang tidak jelas alurnya, dan kalian bisa nebak kok kek judulnya 🙏

Maaf, kalau ceritanya ada kata-kata kasar, kata yang menyinggung, dan ada juga hal bundir dan dibunuh😊🙏

Yaudah, kuyy baca dan kalau ada typo mohon dikoreksi ya😊

{}{}{}

Gelap gulita. Terlihat tiga anak berusia 4 dan 5 tahunan itu yang mengikuti seorang pria dewasa sambil memegangi ponsel yang digunakan sebagai senter. Mereka ber-empat mencari lilin ataupun senter dilaci dan lemari di rumah yang mewah itu.

"Ayah.... takut...." lirih seorang gadis kecil itu yang sudah terisak sejak tadi.

"Gausah takut, ayah disini kok, sama kalian," ujar sang ayah berusaha menenangkan.

"Ayah gak bakal pergi kan?" Tanya gadis itu lagi, karena sedari tadi ia merasa tidak tenang.

"Ayah gak bakal kemana- mana sayang, ayah... disini untuk kalian," jawab sang ayah meskipun ia juga merasa khawatir. Ntah apa yang akan terjadi malam ini.

"Janji,"

"Janji sayang."

Mereka terus mencari senter dan lilin. Kenapa kedua barang itu tidak ada disaat genting seperti ini!

"Ayah, baterainya sisa 10% aja yah," ujar anak lelaki itu merasa khawatir.

"Gimana nih, yah, baterai nya aja udah mau habis, kita belum ketemu lilin ataupun senter," sahut anak lelaki yang satunya lagi. Sedangkan, anak gadis itu terus terisak.

"A-ayah.... a-aku t-takut..."lirih anak gadis itu sambil menangis.


Sang ayah memeluk mereka bertiga. " gapapa gausah takut, ada ayah disini," ujarnya.

Mereka terus mencari lilin maupun senter. Anak lelaki satunya menemukan cutter. Ia mengambil benda tersebut dan memasukkannya kedalam saku celananya.

Tut

Gelap sudah. Ponsel yang mereka pakai sebagai alat satu satunya untuk penerangan, mati. Gadis itu terus menangis dan dibujuk untuk tenang oleh sang ayah, dan dua anak lelaki itu tampak khawatir.

Sreett... sreettt..

Bunyi gesekkan suatu benda dengan lantai, seperti besi. Apa itu?! Mereka berempat terdiam. Anak gadis yang tadi menangis pun terdiam.

Bruukk... brukkk...

Ada seseorang yang memukul daun pintu begitu..... keras. Iya, sangat keras. Mereka berpikir beberapa pukulan lagi pintu itu akan tercabut.

"Kalian tunggu disini, biar ayah yang kesana. Kalau ada apa- apa, keluar dari pintu samping, dan lari cari bantuan di rumah warga. Oke," ucap sang ayah menjelaskan.

THE PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang