17 - Mad

1.1K 123 8
                                        

Kepalan tangannya sedikit mengendur kala tangan yang lebih besar dari miliknya itu sentuh dengan lembut, elus pelan membuat Sephia tenang.

Beberapa menit yang lalu Sephia dipanggil oleh wakil kepala sekolah. Ah, telah menjadi kepala sekolah saat ini. Sedikitnya ia pikir jika dirinya itu akan dihukum, tapi melihat kepala sekolah yang menyambutnya dengan senyuman buat Sephia jadi sedikit ragu. Tapi tetap saja, masih ada sedikit emosi tersisa darinya karena kejadian di kantin tadi.

Sephia tidak datang sendiri, ia ditemani dengan Arshan yang kini duduk di sampingnya, di depan kepala sekolah. Dan entah ini hanya perasaan Sephia saja atau apa, tapi ia merasa jika kepala sekolah malah memperhatikan Arshan ketimbang dirinya yang baru saja membuat keributan.

"Ken, ini kamu, kan?" kata pria paruh baya itu, menelisik ke raut datar Arshan yang seperti biasa ada kacamata di sana.

"Iya, pak." jawab Arshan singkat.

"Astaga kaku banget."

"Jangan lupa ini di sekolah, pak."

Kepala sekolah tampak jengah. Sedangkan Sephia kebingungan melihat interaksi keduanya.

"Oh, kamu Sephia, kan?" katanya lagi, sambil menunjuk ke Sephia yang mengangguk mengiyakan, "Iya, pak." jawabnya.

"Yah, bapak udah sering denger kamu sebagai murid berprestasi dan sangat aktif. Tapi kesalahan kamu kali ini cukup fatal sampai korban harus dilarikan ke rumah sakit." ucap kepala sekolah, memperhatikan Sephia dari atas ke bawah.

"Meski begitu, korban pun sangat salah karena dia yang memulai. Karenanya bapak putuskan Ferdi, si korban akan di skors seminggu dan mendapat sepuluh poin negatif. Dan kamu dapat sepuluh poin negatif juga."

"Apa saya tidak ikut di skors juga, pak?" tanya Sephia.

"Engga. Emang kamu mau libur lagi padahal udah libur tiga minggu? Dan bapak yakin, sepuluh poin negatif tidak ada artinya untuk kamu. Prestasi dan citra baik yang kamu bangun tidak akan pudar semudah itu. Berbanding terbalik dengan Ferdi yang dari sananya memang tukang buat onar." ujar kepala sekolah, melirik Arshan yang tampak tenang seperti biasa.

"Untuk Arya, kira-kira bapak udah denger dari Ken. Jadi bapak ngga akan ungkit-ungkit tentang itu."

Tok tok tok!

Terdengar beberapa ketukan di balik pintu yang tertutup.

"Masuk." titah kepala sekolah.

Setelahnya pintu terbuka, menampilkan si ketua OSIS dengan raut lelahnya.

"Permisi, pak. Saya mau manggil Sephia." kata laki-laki yang baru masuk itu.

"Oh iya silahkan."

Pharrel, si ketua OSIS pun memberi isyarat pada Sephia untuk mengikutinya. Sephia menurut, yang hampir diikuti Arshan sebelum panggilan dari kepala sekolah menginterupsi nya untuk tetap disini.

Lagi, Sephia merasa ada yang Arshan sembunyikan darinya. Kala kakinya melangkah keluar dari ruangan, sekilas ia lihat raut serius kedua orang yang tengah mengobrol sebelum pintu ditutup oleh Pharrel.

"Sorry manggil lu tiba-tiba gini, Shell." katanya, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Santai bang, ada apa nih manggil?"

"Anu, gue tau kalo lo bukan bagian OSIS tapi, gua mau minta tolong lo jadi panitia, boleh?"

"Boleh banget. Gua udah sering kok jadi panitia."

"Glad to know that! Kalau gitu, gas rapat!"

"Anjir langsung rapat?"

***

Alpha Belongs To Me (re upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang