01. Cita-cita

1.5K 218 23
                                        

01

"Memangnya harus punya cita-cita, ya?"

Jaemin, bocah berusia 8 tahun itu menatap saudara kembarnya yang berdiri tepat di sebelahnya. Mereka mengikuti kelas voli yang ada di dekat rumah mereka. Keduanya hanya ikut-ikutan saja karena teman-teman mereka pada ikut.

Jadi, Jaemin dan Renjun memutuskan untuk ikut.

"Jaemin tidak punya cita-cita?" tanya Renjun. Dia memegang bola voli yang tadi melambung ke arahnya.

Jaemin mengerjap. Dia menatap langit cerah tanpa awan di atasnya. Jaemin memikirkan tugas sekolahnya yang harus menuliskan cita-cita mereka.

"Sugar baby."

"Huh?"

Kedua mata Jaemin tampak berbinar. Tangan kanannya yang terkepal memukul telapak tangan kirinya sendiri. "Aku mau jadi sugar baby!"

Renjun mengerjap. Dia tidak mengerti. Terkadang Jaemin memiliki jalan pikiran yang sulit Renjun pahami. Adiknya itu seolah memiliki dunia yang berbeda dengannya.

"Sugar baby ... itu apa?" tanya Renjun bingung.

"Tidak tau."

"Kenapa Jaemin ingin jadi sugar baby kalau Jaemin sendiri gak tau sugar baby?"

Jaemin mengusap bawah hidungnya lalu dia berkacak pinggang. Ekspresi dan tatapannya terlihat sombong.

"Papa pernah bilang kayak gitu ke Ayah. Terus Papa keliatan seneng banget waktu Ayah kasih izin Papa biar jadi sugar baby."

Mulut Renjun terbuka. Alasan apa itu? Renjun tau kalau Jaemin sangat menyayangi Papa. Bahkan Jaemin benar-benar mirip dengan Papa. Dari tingkah bahkan hobi mereka sangat mirip.

Tapi, memangnya Jaemin harus selalu jadi seperti Papa?

"Sugar baby itu profesi, ya? Atau apa?" Renjun masih bingung, jujur saja. Dia tidak mengerti itu. "Sugar baby ... bayi gula? Maksudnya apa?"

"Tidak tau. Pokoknya aku akan menulis itu di tugas buat besok."

Dan Jaemin benar-benar menuliskan hal itu. Dia dengan percaya diri mengumpulkan tugasnya ke guru. Guru yang membacanya jelas tidak percaya. Kaget dan hampir shock karena dia mengira kalau Jaemin benar-benar tau makna apa yang dia cita-citakan itu.

Akhirnya sang guru memanggil orang tua Jaemin dan Renjun. Papa yang datang. Dan pria itu hanya mampu meringis pelan, merasa malu dengan kelakuan anak bungsunya itu.

"Jaemin, dengerin Papa." Doyoung, Papanya si kembar itu, berjongkok di depan si bungsu. Memegang kedua bahunya lembut. "Papa minta tolong ke kamu, jangan jadi sugar baby, ya? Itu bukan cita-cita, okay?"

Jaemin mengerjap. "Kenapa? Jaemin mau seperti Papa."

Doyoung mengusap wajahnya pelan. Apa yang sudah si bungsu lihat? Kegiatannya bersama suaminya sepertinya harus dikurangi. Ini demi keselamatan otak si kembar.

"Itu cuman main-main, Jaemin. Papa nggak beneran jadi sugar baby-nya Ayah. Itu bohongan."

Jaemin hanya diam. Tidak membalas lagi. Dia mungkin mengangguk-angguk seolah setuju dengan ucapan sang Papa. Tapi, bocah itu tidak benar-benar menurut. Jaemin tetap bercita-cita menjadi sugar baby.

BABY GIRL - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang