SW | 02

63 23 13
                                    




بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebelum mulai sholawat dulu Yup

Sebagaimana pada sabda Nabi Muhammad SAW:

"Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah
orang yang paling banyak bershalawat kepadaku."
(HR. Tirmidzi)




"Allah mengambil darimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka kehilangannya, maka Allah akan memberimu yang tidak pernah engkau sangka akan memilikinya"— prof dr mutawalli assyarawi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











"Allah mengambil darimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka kehilangannya, maka Allah akan memberimu yang tidak pernah engkau sangka akan memilikinya"
— prof dr mutawalli assyarawi.










Setelah berlari melewati lorong rumah sakit yang dingin dan penuh kesibukan, Yasinta dan Bi mumun, wanita paruh baya yang tampak lelah dan penuh kecemasan, akhirnya sampai di ruang tunggu darurat. Suasana di ruang tunggu terasa mencekam, dipenuhi suara beep mesin.

Yasinta memanggil Maryam dengan nada penuh harapan, meskipun wajahnya menampilkan rasa takut yang mendalam. "Umi..."

Maryam, yang tengah duduk di kursi tunggu dengan wajah pucat dan mata sembab, menoleh ke arah Yasinta. "Tata, doain Abi ya. Di sini, umi, mas, berdoa dan berharap seperti kamu, nak," jawab Maryam lembut, berusaha menenangkan Yasinta di tengah kesedihan.

Ayah Yasinta, Syarif, telah didiagnosis dengan penyakit jantung hampir setahun lalu dan harus rutin menjalani perawatan di rumah sakit. Malam ini, situasinya semakin kritis, dan suasana di ruang tunggu semakin menegangkan.

Waktu menunjukkan dini hari. Maryam setia menunggu di depan pintu ruang ICU, dengan tangan yang terus menggenggam tasbih yang ia bawa di tangannya, saat Dokter Richard akhirnya keluar dengan raut wajah tegang. Suasana hening sejenak sebelum Maryam, dengan suara bergetar penuh kekhawatiran, bertanya, "Bagaimana, Dok? Apakah suami saya bisa sembuh kembali?"

Dokter Richard menghela napas berat sebelum menjawab, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Pak Syarif sembuh, namun takdir berkata lain, Bu. Saya minta maaf, Bu."

Maryam terdiam sejenak, mulutnya terasa terkunci, dan air mata mulai menetes. "Apakah saya bisa melihat suami saya?" tanyanya dengan suara pelan.

"Silakan, Bu," jawab dokter dengan lembut.

Maryam berlari menuju tempat peristirahatan terakhir suaminya, diikuti oleh Fariz, putra pertamanya yang baru saja tiba. Suasana di ruang perawatan terasa dingin dan sunyi. Semua alat medis telah dilepas, dan tubuh suaminya kini tertutupi kain putih.

"Assalamualaikum, Abi," lirih Maryam sambil membuka kain putih untuk melihat jasad suaminya.

"Astagfirullah, innalilahi wa innailaihi raji'un," Maryam terkejut, suaranya bergetar. Tubuhnya terasa lemas, pikirannya kosong, dan isak tangis tak henti-hentinya. Melihat jasad suami yang tampak tenang, wajahnya tersenyum damai seperti tertidur, menambah kesedihan yang mendalam.

SEWINDU | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang