[BUDAYA KAN FOLLOW SEBELUM DIBACA]
Kisah dua sahabat yang terpisah lebih dari sewindu. Siapa sangka, takdir mempertemukan mereka kembali melalui sebuah pernikahan-ikatan yang terjalin karena perjanjian nazar dari orang tua mereka. Ijab kabul pun dil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit sore yang indah dengan angin sepoi-sepoi membuat siapa saja enggan beranjak dari sana. Begitu pun Yasinta. Ia sudah cukup lama di rumah pohon sejak siang hingga sore ini, masih mengenakan seragam sekolah yang kusut dan hijab yang tak jelas bentuknya. Tangan kecilnya sibuk membersihkan setiap sudut rumah pohon, mulai dari menyapu daun kering hingga mengelap genangan air sisa hujan deras semalam.
"Kalo mereka berdua ada di sini, pasti bakal seru. Ya, walaupun si Arka nggak bakal bisa naik ke atas," gumamnya sambil terkekeh.
Ia mendesah pelan, lalu mencopot beberapa kertas yang mulai lembab. "Kalo gue ketemu dia lagi, gue bakal tepis, tendang, terus marahin dia sampai kupingnya panas. Siapa suruh pergi tanpa bilang dulu ke kita?" gerutunya kesal.
Matahari perlahan tenggelam, memancarkan semburat merah di cakrawala. Yasinta menghela napas panjang, enggan meninggalkan tempat yang selalu memberinya ketenangan. Seperti biasa, sebelum pulang, ia menulis surat di dinding kayu rumah pohon—surat yang penuh dengan harapan dan perasaan terdalam. Kali ini, tangannya bergerak mencopot surat lamanya yang luntur karena hujan.
"Harapan gue masih sama seperti dulu... nunggu lo balik."
Drrtttt...
Tiba-tiba, getaran ponsel memecah keheningan. Yasinta segera mengangkatnya.
Bagasboy Babe, where are you?
Yasinta Rumah pohon. Why?
Bagasboy Why?! What the hell, kamu beneran lupa atau Bima nggak bilang ke kamu?
Yasinta Apa? Kenapa?
Bagasboy Malam ini ada pertandingan, dan seperti biasa, kamu jadi perwakilannya.
Yasinta Aku nggak tahu soal ini! Baru dengar dari kamu. Jam berapa?
Bagasboy Jam 9 malam. Aku tunggu di sana ya.
Yasinta Hmm...
Bagasboy Okay, love you.
Yasinta Love you.
Tutt... tutt...
Yasinta terkejut. Bukan hanya karena pertandingan yang tiba-tiba, tapi juga karena Bima tidak memberi tahu apapun soal ini. Tanpa persiapan, tanpa latihan, dan sekarang dia harus turun ke lapangan?
"Bima, gue tandain lo ya!" gerutunya, buru-buru turun dari rumah pohon.
——
Allahu Akbar, Allahu Akbar...
Adzan magrib berkumandang, membelah suasana malam yang tenang. Langit cerah, sementara Yasinta baru saja tiba di rumah. Dengan seragam sekolah yang sudah kotor akibat gesekan dengan kayu di rumah pohon.