Malam sunyi usai kepergian Rionel. Kehilangan seseorang dalam sebuah satuan geng yang sudah dianggap sebagai keluarga, sungguh terasa kosong dan hampa, sakit. Kuat harus dipaksa untuk menghindari sedih yang terlihat. Keramaian dari dua manusia humoris kini berkurang satu, Kevindra Rionel. Manusia tengil yang menusuk sepi pada suasana markas besar itu. Satu dari banyaknya anggota di sana menjadikan hilang yang sesungguhnya.
"Atland, kita harus apa?" tanya Sagala yang tidak sabar.
Sorot mata dendam mengitari setiap mata yang berada di sana, termasuk Atlandtis. Ketua besar PRA VEGUSTER yang benar-benar hancur akan kehilangan salah satu anggotanya.
"Semua langsung ke TKP, cari tahu bukti saksi atau apapun yang di sekitaran sana." suruh Atlandtis.
"Kita harus dapatkan siapapun yang lakukan ini sama Rion, hidup atau mati. Bajingan itu harus di hancurkan!" pinta Atlandtis penuh emosi.
"Jalan!!" perintah Atlandtis.
Tiba-tiba keempat perempuan mendatangi markas besar itu. Dimana salah satunya adalah seorang yang sangat dicintai ketua VEGUSTER.
"Tunggu!" tahan Seana yang datang tiba-tiba bersama AVEGARLS.
"Jangan gegabah!" kata Seana menasihati.
"Tapi, ini beda Sea. Rion udah gada!" bentak Atlandtis yang sontak membuat Seana kaget.
Tentu saja Seana mengerti, bagaimana perasaan laki-laki di hadapannya itu akan kehilangan sosok sahabatnya. Sama seperti Seana, dia juga merasakan sakit akan kepergian itu. Bagaimanapun juga Rionel tetap sahabatnya.
"Kamu yang bilang, jangan pakai emosi. Kita pakai logika Atlandtis." tegas Seana.
"Kita cari tahu sama-sama, AVEGARLS bakal bantu." sahut Olivia.
"Kita cari tahu sampai dapat. Tapi, bukan untuk membunuhnya. Melainkan untuk keadilan bagi Rion." pinta Seana.
Semua menganggukan kepalanya, benar kata Seana. Ini semua untuk keadilan bagi Rionel. Membalas dendam dengan hal serupa akan menjadikan mereka sama dengan penjahat itu. Bagaimanapun juga semua kini harus dilakukan untuk Rionel, bukan untuk dendam.
"Gue juga ikut!" sahut salah seorang perempuan yang muncul tiba-tiba, Amera.
Masih dengan wajah kusut dan rambut yang sedikit acak. Amera, datang dengan kesendiriannya. Dia juga ingin ikut membantu keadilan untuk cintanya yang telah pergi.
"Amera, gausah. Kita bakal dapat bangsat itu buat lo." jawab Atlandtis.
"Gue juga harus dapatin bangsat itu sendiri." bantah Amera dengan nada suara sedikit mengeras.
Dengan mata yang masih berkaca-kata, mereka memperbolehkan Amera ikut dalam pencarian pembunuh Rionel.
🍂
Sesampainya di tempat kejadian semalam. Semua berpencar ke sana ke mari, mencari bukti atau apapun yang menunjukkan siapa pembunuh sahabat dan cinta yang hilang itu.
"Pak semalam ke sini?"
"Bu, bu ada lihat orang mencurigakan gak semalam?"
"Ada orang aneh yang datang ke sini bu?"
"CCTV di sini ada gak ya bu?"
Semua mencari dengan kesibukannya. Amera pun bertanya kepada orang di sekitar sana yang mungkin mengetahui kejadian semalam. Beberapa orang yang telah dipertanyai selalu menjawab sama, tidak katanya.
Amera berjalan dan mulai menunduk turun di sebuah aspal yang masih berbekas dengan seretan motor semalam.
Air mata kembali mengalir di pipi indah itu. Amera menyentuh halus aspal yang ternoda putih di sana. Jalan yang menjadi perjalanan terakhir dilalui kedua manusia yang akan menjadi cinta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANDTIS (End)
Teen FictionSeluruh Medan pun tau kisahnya. Kisah dari dua orang yang bernama Atlandtis Abraham dan Andailucia Seana Orbital. Kisah cinta indah bagaikan samudera dan lautnya. Namun, kisah ini tidak hanya menceritakan satu dua orang saja. Tetapi, juga menceritak...