Beberapa hari sebelum event lomba basket yang digelarkan pada setiap sekolah itu. Sehabis pulang, Baskara mengumpulkan anak-anak basket agar berlatih lebih serius untuk pertandingan itu.
"Kali ini timnya acak." ucap Baskara sembari memberikan sebuah wadah berisikan kertas-kertas kecil yang sudah digulung.
"Diambil?" tanya Seana.
Baskara menganggukan kepalanya. Seana dan Atlandtis mengambil salah satu kertas di dalam wadah itu kemudian diikuti oleh anggota lainnya.
Setelah membuka kertas yang mereka ambil masing-masing, Seana berada di tim yang sama dengan Atlandtis. Namun, tidak bersama Baskara lagi.
Sedikit rasa sedih dan takut tercurah dalam hati Seana. Sedih tidak satu tim dengan sahabatnya dan takut karena satu tim dengan laki-laki kejam yang berikatkan dasi di tangannya itu.
Seana jadi mengingat kejadian yang tidak menyenangkan hati yang terjadi tadi malam. Kejadian dimana saat dia harus menerima tantangan mendekati Atlandtis.
"Mulai!" perintah Baskara.
Seperti biasa, latihan mereka dimulai dengan melawan satu sama lain. Antara satu tim dengan tim lainnya.
"Bawa lari!" pinta Baskara kepada salah seorang di timnya yang sedang memegang bola.
Atlandtis mengambil bola yang berada di tangan lawannya. Dengan sigap dan cepat dia mengoper bola itu kepada Seana. Tanpa berpikir panjang Seana menangkap bola itu kemudian memasukkan bola yang ada di tangannya ke dalam ring.
Permainan kali ini benar-benar menyenangkan. Chemistry antara Atlandtis dan Seana sungguh sangat cocok. Seketika, mereka lupa akan permasalahan tidak menyenangkan hati yang terjadi pada beberapa hari lalu.
Mereka saling membantu berusaha memenangkan permainan itu. Walaupun seperti biasa, Baskara selalu menjadi pemenang pada setiap permainan basket. Tetapi, latihan basket kali ini benar-benar asyik dan menyenangkan bagi Seana dan Atlandtis. Begitu juga dengan Baskara. Senyuman terpapar di wajahnya melihat kedekatan kedua sahabatnya itu.
"Good job." puji Seana sembari melakukan high five bersama Atlandtis.
Atlandtis menyambut high five itu dengan membalasnya. Walaupun, dengan eskpresi wajah yang datar.
Terlihat aneh tapi nyata, laki-laki kejam tanpa perasaan itu seperti sedikit berubah di hari ini. Mungkin itu kesimpulan yang dapat Seana ambil kali ini, yang tidak tahu entah sampai kapan perubahan itu akan bertahan.
Baskara memperhatikan kejadian unik itu. Kedua sahabatnya yang kali ini bisa dibilang semakin akrab, membuat senyumannya semakin lebar.
Baskara selalu bahagia apapun kebahagiaan yang dirasakan Seana, sahabatnya kesayangannya. Dan Atlandtis, ketua besar yang sangat dia hargai itu. Kedua orang itu bagaikan pelengkap untuk diam dan dinginnya seorang Sabiru Baskara Djuartha.
"Pulang Se?" tanya Baskara setelah selesai latihan. Kata-kata yang diucapkan Baskara seolah bertanya, apa Seana ingin Pulang atau mengajak Seana Pulang sama?
"Iya pulang la, masa mau di sekolah terus." jawab Seana penuh rasa bingung. Aneh rasanya dua kata singkat tanpa makna itu keluar dari mulut seorang Baskara.
"Maksudnya pulang sama." jelas Baskara mengajak Seana.
"Oh kamu ngajak. Tapi, aku bawa motor Bas." jelas Seana.
"Oh. Aku duluan ya." pamit Baskara.
"Oke Bas, aku juga mau langsung pulang nih." jawab Seana kemudian menancapkan gas motornya dan pergi meninggalkan sekolah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANDTIS (End)
Ficção AdolescenteSeluruh Medan pun tau kisahnya. Kisah dari dua orang yang bernama Atlandtis Abraham dan Andailucia Seana Orbital. Kisah cinta indah bagaikan samudera dan lautnya. Namun, kisah ini tidak hanya menceritakan satu dua orang saja. Tetapi, juga menceritak...