Chapter 29: Kembali ke Realita

30 24 20
                                    

Satu bulan liburan berlalu secepat angin musim panas yang membawa kegembiraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan liburan berlalu secepat angin musim panas yang membawa kegembiraan. Vanya, Lexxa, Gisell, dan Senja harus kembali menghadapi realita; kuliah yang menanti dengan tumpukan tugas dan jadwal yang padat. Meski liburan mereka begitu singkat, namun penuh dengan kenangan yang akan selalu mereka ingat.

Vanya menatap koper yang sudah berisi penuh dengan barang-barangnya. Hatinya terasa berat. Dia mendesah pelan, mencoba menerima kenyataan bahwa liburan ini telah berakhir. Ponselnya berbunyi, ada pesan dari Senja.

*Senja: “Sudah siap balik kuliah lagi? Rasanya belum puas banget liburannya.”*

Vanya tersenyum kecil dan mengetik balasan. *“Iya, belum siap sih. Tapi apa boleh buat, kehidupan nyata menunggu. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya, ya!”*

Di vila, Gisell dan Lexxa juga sudah bersiap-siap. Mereka berbagi tawa terakhir sambil menutup koper dan merapikan kamar yang telah menjadi saksi obrolan panjang mereka hingga larut malam.

"Aku benar-benar tidak ingin kembali," kata Gisell, duduk di tepi tempat tidur. "Kembali ke rutinitas rasanya sangat berat."

Lexxa mengangguk setuju, "Aku juga. Tapi kuliah dan semua kegiatan yang kita jalani di sana adalah bagian dari perjalanan kita juga. Dan setelah liburan ini, rasanya kita jadi punya energi baru."

Mereka saling memandang, tersenyum, dan saling mengangguk. Meskipun berpisah lagi, mereka tahu bahwa persahabatan mereka semakin kuat setelah semua yang mereka lalui bersama.

Sore harinya, Vanya dan teman-temannya berkumpul untuk mengucapkan salam perpisahan. Pelukan hangat dan pesan-pesan penuh semangat mengalir dari masing-masing. Angkasa, Ibran, Arga, dan Bara juga ikut mengantar mereka ke stasiun.

"Jangan lupa, tetap saling berkabar. Kita harus ulang lagi pertemuan ini," kata Angkasa dengan senyum lebar.

Bara mengangguk, “Ya, jangan sampai terlalu lama kita nggak ketemu lagi.”

Vanya memeluk mereka satu per satu, merasa berat untuk berpisah, tapi juga penuh harapan untuk pertemuan berikutnya. "Pasti! Kita harus buat ini tradisi."

Di perjalanan menuju bandara, Vanya melamun, mengingat semua momen yang baru saja berlalu. Suasana perjalanan mendadak terasa sepi, hanya deru mesin pesawat yang menemani. Ketika pesawat mulai mengudara, dia melihat ke jendela, menyaksikan kota yang semakin kecil di bawah sana. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.

Setibanya di kampus, suasana kembali seperti biasa—ramai dengan mahasiswa yang sibuk menuju kelas, bunyi klakson kendaraan, dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Vanya tersenyum kecil, menyadari bahwa meskipun dia kembali ke rutinitas, dia kini merasa lebih kuat.

Lexxa, Gisell, dan Senja juga kembali ke kampus masing-masing. Mereka saling mengirim pesan di grup chat, berbagi cerita tentang bagaimana rasanya kembali ke kelas setelah liburan.

*Gisell: “Aduh, dosen langsung kasih tugas panjang! Rasanya liburan masih kurang, deh.”*

*Lexxa: “Sama banget, baru mulai udah full tugas. Tapi setidaknya kita punya kenangan liburan kemarin buat bikin semangat.”*

*Senja: “Yup, bener banget! Semangat, guys! Kita udah pernah melewati lebih dari ini.”*

Hari-hari kuliah kembali berjalan seperti biasa, tapi Vanya menyadari ada yang berbeda. Setiap kali dia merasa lelah atau jenuh, dia akan membuka galeri foto di ponselnya, melihat foto-foto mereka selama liburan. Senyum muncul di wajahnya setiap kali mengenang tawa, cerita, dan momen-momen hangat bersama teman-temannya.

Kembali ke kelas, Vanya merasa lebih fokus dan termotivasi. Dia tahu bahwa setiap usaha dan perjuangannya di kampus adalah bagian dari perjalanan menuju impian. Meski rutinitas kembali menjemput, hati Vanya tetap hangat dengan kenangan dan harapan bahwa persahabatan mereka akan terus bertahan, tidak peduli seberapa jauh jarak memisahkan.

Di tengah jadwal kuliah yang padat, mereka tetap menjaga komunikasi melalui pesan singkat, panggilan video, dan bahkan surat-surat kecil yang dikirimkan satu sama lain. Vanya, Lexxa, Gisell, dan Senja tahu, persahabatan mereka adalah sesuatu yang tak tergantikan, menjadi penyemangat di tengah kesibukan akademik.

Meski liburan telah berakhir, mereka kini memiliki energi baru untuk menjalani tantangan berikutnya, dengan semangat bahwa akan selalu ada waktu untuk kembali berkumpul, kapan pun itu. Dan meskipun masing-masing kembali ke kesibukan mereka, kenangan indah liburan tetap menjadi pengingat bahwa mereka tidak pernah benar-benar sendirian.

 Dan meskipun masing-masing kembali ke kesibukan mereka, kenangan indah liburan tetap menjadi pengingat bahwa mereka tidak pernah benar-benar sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja Untuk Angkasa ( END✅ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang