chapter 5

2 0 0
                                    

Hari-hari berikutnya, Zava mulai sibuk dengan persiapan program baru di pesantren. Ia menghubungi beberapa mitra potensial dari perusahaan-perusahaan teknologi di luar negeri yang sudah bekerja sama dengan Z.N Company. Koneksi internasionalnya sangat membantu dalam mempermudah komunikasi dan negosiasi. Banyak yang tertarik untuk berkontribusi dalam program tersebut, terutama karena pesantren ini memiliki reputasi baik dan sejarah yang panjang.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Di tengah upaya Zava untuk mengembangkan program, muncul beberapa tantangan. Beberapa pengurus pesantren merasa khawatir bahwa perubahan ini terlalu besar dan cepat. Mereka terbiasa dengan sistem tradisional yang sudah berlangsung puluhan tahun dan takut perubahan besar-besaran akan mengganggu kestabilan yang ada.

"Zava, kami mengerti niat baikmu," kata Pak Burhan suatu hari dalam pertemuan. "Namun, beberapa dari kami khawatir bahwa pengenalan teknologi dan bahasa asing secara masif akan menggeser fokus utama pesantren, yaitu pendidikan agama."

Zava memahami kekhawatiran tersebut. “Zava mengerti, Pak. Itu sebabnya Zava tidak ingin mengganti kurikulum pesantren yang sudah ada. Pendidikan agama tetap menjadi inti dari pesantren ini, namun Zava hanya ingin memberikan keterampilan tambahan untuk membantu para santri lebih siap menghadapi dunia modern.”

Kenan, yang hadir dalam pertemuan tersebut, ikut berbicara. "Apa yang Zava usulkan bukanlah penggantian, melainkan pelengkap. Kita harus mempersiapkan generasi muda ini agar bisa menjalankan peran mereka di masyarakat dengan lebih luas, tanpa melupakan nilai-nilai agama."

Setelah beberapa kali diskusi yang cukup intens, akhirnya mereka mencapai titik temu. Program pendidikan keterampilan digital dan bahasa asing akan dimulai sebagai proyek percontohan. Jika terbukti sukses dan tidak mengganggu kegiatan utama pesantren, barulah program ini akan diperluas.

Meskipun Zava merasa lega karena programnya bisa berjalan, ia tahu bahwa tantangan masih akan terus datang. Mengubah sistem yang sudah lama berjalan bukanlah hal yang mudah, apalagi dalam lingkungan yang sangat menghargai tradisi seperti pesantren.

Di sela-sela kesibukannya, Zava juga menyempatkan diri untuk berbincang dengan beberapa santri. Banyak dari mereka yang antusias dengan program baru ini.

"Kak Zava, kami dengar nanti akan ada kelas belajar bahasa Inggris dan teknologi, ya?" tanya salah satu santri dengan mata berbinar.

Zava tersenyum dan mengangguk. "Iya, betul. Kami sedang mempersiapkannya. Kalian akan belajar hal-hal baru yang akan membantu kalian di masa depan."

"Kami tidak sabar, Kak! Kami ingin bisa berbahasa Inggris dan mengerti komputer, supaya nanti bisa bekerja dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain."

Mendengar semangat para santri membuat Zava yakin bahwa apa yang ia lakukan tidak sia-sia. Meskipun tantangan masih ada, ia percaya bahwa perubahan ini akan membawa dampak positif bagi masa depan pesantren dan para santri.

Seiring waktu, langkah demi langkah, Zava semakin dekat dengan visinya untuk memodernisasi pesantren tanpa menghilangkan akar tradisionalnya. Ia tahu perjalanan ini masih panjang, tetapi semangat yang tumbuh di dalam dirinya dan di antara para santri memberikan harapan baru.

zava Adelia maudi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang