"Harry, tenanglah. Kita akan cari cara,"Harry menatapnya dengan pandangan yang liar, matanya yang hijau menyala penuh kemarahan, frustrasi yang telah ia pendam setahun ini seolah mendidih dalam setiap napasnya. "Cara apa, Mione? Satu tahun!" Suaranya pecah, penuh kekecewaan. "Satu tahun kita terjebak di sini, tanpa bantuan sedikit pun! Sementara di luar sana, mungkin Ginny, Ron—mereka semua..." Dia mulai mondar-mandir, otot-ototnya tegang, seakan mencari pelarian dari penjara yang tak terlihat ini. "Aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka!"
Hermione ingin sekali menyentuhnya, menghentikan kemarahan itu sebelum menyebar lebih jauh. "Aku juga ingin tahu, Harry. Aku juga peduli pada mereka. Tapi kita harus berpikir—"
"No! Kau selalu bilang begitu!" potong Harry dengan suara penuh luka, emosinya meledak tanpa bisa ia kendalikan. "Kita hanya terus mencoba, mencoba, mencoba, tapi kenyataannya apa? Tidak ada yang berubah! Tidak ada yang berhasil! Aku mulai merasa kalau mereka... meninggalkanku. Meninggalkan kita." Harry tiba-tiba menendang dinding putih itu keras-keras. Suara hantaman kakinya menggema, memantul dari dinding ke dinding, menyebarkan gelombang ketegangan di sekeliling mereka.
Hermione mundur selangkah, terkejut oleh intensitas ledakan Harry, tapi sebelum ia sempat merespon sesuatu mulai berubah di ruangan itu.
Pasien-pasien lain yang sebelumnya duduk dalam keheningan terasing, perlahan menoleh ke arah Harry dan Hermione. Ada yang mulai berbisik-bisik dengan suara gelisah, ada yang tertawa tanpa sebab, sementara beberapa orang mulai menggaruk kepala mereka dengan keras seakan terganggu oleh sesuatu yang tak terlihat. Aura kegilaan yang menekan mulai terasa di sekeliling mereka.
"Harry, tenanglah! Kau membuat semua orang resah!" Hermione memperingatkan dengan bisikan tajam, tapi Harry tak lagi mendengarnya. Tatapannya kini hanya terfokus pada dinding-dinding yang menjebak nya. "Aku bersama mu."
"Tentu saja kau bersama ku. Aku yang terjebak di sini denganmu... Dengan dinding-dinding ini!" teriak Harry, suaranya membelah udara. "Setahun kita terkurung dan kau tau dimana kita terkurung? Rumah sakit jiwa, Hermione! Kita tak akan pernah keluar dari sini! Aku tak tahu apakah kau sudah terlalu nyaman setelah berbaur dengan orang-orang tak waras ini."
Kata-kata Harry bagaikan percikan api di atas bensin. Seketika itu pula, beberapa pasien mulai berteriak-teriak, menggedor-gedor dinding dan kursi, seolah emosi Harry telah menyulut kegilaan yang sudah terlalu lama tersembunyi dalam jiwa-jiwa mereka yang rapuh. Seseorang mulai meraih rambut yang lain dan menariknya dengan kasar, membuat jeritan terdengar memenuhi ruangan. Beberapa mulai berguling-guling di lantai, sementara yang lain menghantam kepala mereka ke tembok. "Aku tidak gila! Aku tidak gilaaa!"
Harry kembali menendang dinding di depannya. "Mungkin kau memang sudah nyaman di sini, Mione!"
Hermione berusaha bergerak mendekati Harry, tapi suara gaduh yang memekakkan telinga dan kekacauan yang mendadak membuatnya terhenti. "Harry, hentikan! Lihat apa yang terjadi!"
Tapi sudah terlambat.
Suara langkah kaki berderap terdengar semakin dekat dari lorong di luar. Pintu mendadak dibuka dengan kasar dan beberapa petugas berseragam putih menyerbu masuk. Seorang pria tinggi segera menangkap Harry, menariknya dengan kasar menjauh dari Hermione. “Jangan berontak!” bentaknya, namun Harry tak peduli. Ia meronta, matanya liar penuh amarah.
“Harry, jangan! Tenanglah!” Hermione berteriak saat seorang petugas menempelkan alat penyetrum pada Harry. Ia mencoba mendekat, namun dua petugas lain segera meraih lengannya, menahannya dengan paksa.
"Aku harus melihat Harry! Harry!" Hermione meronta, mencoba melepaskan diri, tapi kekuatan petugas itu terlalu besar. Mereka menariknya keluar dari ruangan, sementara suara-suara kekacauan di belakangnya semakin membesar, seakan seluruh bangsal ikut tersulut oleh kemarahan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBOUND : Fall Into The Darkness (DRAMIONE)
Fanfiction"Di dunia yang dikuasai bayang-bayang, cinta adalah satu-satunya cahaya... tapi bahkan cahaya bisa membakar." Who will be the last one to be called? Who know next?