"Sialan," keluh Harry, menyingkirkan jubah gaibnya karena merasa tak ada gunanya lagi bersembunyi. Identitas mereka sudah terungkap entah bagaimana caranya. Matanya sejenak beralih ke Hermione yang menggenggam tangannya, wajahnya berubah terkejut ketika melihat wajah Hermione kembali ke bentuk aslinya.
"Efek Polyjuice nya sudah habis?" bisik Harry dengan ketegangan terselip di suaranya.
Namun tak ada waktu untuk merenung. Dia menyerahkan tongkat Hermione yang tadi dia pegang, sementara dia sendiri mengacungkan tongkatnya tinggi-tinggi, siap menghadapi apapun yang akan terjadi.
Langkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Seorang Pelahap maut dengan topeng besi yang menutupi seluruh wajahnya muncul dari bayangan, langkahnya penuh kekuatan, setiap hentakan kakinya menggetarkan jalan berbatu Di Diagon Alley yang suram.
"Well, well," suara Pelahap maut itu rendah dan mengancam, "tak ku sangka aku akan melihat kalian lagi. Potter yang terkenal dan... siapa kau? Granger? Aah setahun berlalu dan kalian masih hidup, padahal kami semua mengira kalian sudah lenyap bersama sisa-sisa harapan dan dunia Muggle yang kalian cintai."
Pelahap Maut lainnya mendekat, ada tiga atau empat orang dengan topeng tengkorak putih yang memantulkan cahaya bulan. Salah satu dari mereka trkekeh dingin, "Mungkin mereka ingin mati dengan cara yang lebih menyakitkan disini. Menarik, aku rasa kita bisa menyenangkan tuan kita dengan ini."
"Mereka memang bodoh," gumamnya yang lain, suaranya terdengar serak. "Kemari, ke tempat yang sudah tak menyisakan apapun bagi mereka. Kalian tak tahu ya? Dunia ini bukan milik kalian lagi."
Hermione menggerakkan giginya, cengkeraman tangan pada tongkatnya semakin kuat. "Dunia ini tak pernah menjadi milik siapapun."
"Shut up, you Mudblood!" salah satu Pelahap Maut tiba-tiba mengayunkan tongkatnya. "Avada Kedavra!"
"Protego Maxima!" Harry berteriak, membentuk perisai besar yng memantulkan kutukan maut itu ke arah tembok di belakang Pelahap Maut yang mengirim kutukan tadi. Batu-batu meledak saat menyentuh serangan itu, serpihan kecil beterbangan di udara.
"Stupefy!" teriak Hermione saat sinar merah melesat lurus ke asath salah satu Pelahap Maut. Sihirnya mengenai tubuh Pelahap Maut tersebut, melemparkannya ke belakang dan membentur dinding.
Pertempuran segera pecah.
"Crucio!" Salah satu Pelahap Maut melontarkan kutukan, tapi Harry dengan cepat menghalau dengan "Expeliarmus!" membuat tongkat lawannya terlempar.
Namun dari kegelapan beberapa pelahap maut kembali muncul, langit malam kini penuh dengan mantra-mantra yang berterbangan dari berbagai arah.
Hermione bergerak cepat, "Reducto!" Dia menghantamkan mantra itu ke arah Pelahap Maut yang mencoba menyerangnya dari belakang, menghancurkan batu di sekitar kakinya dan membuat Pelahap Maut itu terpental sementara salah satu kakinya ikut meledak, membuat beberapa bagian puing menjadi merah.
Namun salah satu Pelahap Maut berhasil mendekat, ia tertawa tajam sebelum mengarahkan tongkatnya. "Sectusempra!"
Hermione berhasil berkelit di detik terakhir, tapi ujung pakaiannya robek dan darah menetes dari lengannya yang tersayat. Tapi bahkan tak ada waktu untuknya menyentuh luka itu atau sekedar merasakannya, tangan Hermione kembali terangkat. "Bombarda!" Ledakan keras membuat tubuh di depannya terpental jauh entah ke mana.
Sementara itu Harry berhadapan dengan dua Pelahap Maut lainnya. "Impedimenta!" Ia melemparkan mantral pelumpuh, memperlambat gerakan salah satu Pelahap Maut, sebelum Mengayunkan tongkatnya lagi, "Expulso!" Ledakan berikutnya membuat dua Pelahap Maut terlempar ke tembok terdekat, debu dan puing beterbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBOUND : Fall Into The Darkness (DRAMIONE)
Fanfiction"Di dunia yang dikuasai bayang-bayang, cinta adalah satu-satunya cahaya... tapi bahkan cahaya bisa membakar." Who will be the last one to be called? Who know next?