BAB 1: Barquel

6 2 2
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya, pedagang tombak itu masih melakukan cara promosi yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti malam-malam sebelumnya, pedagang tombak itu masih melakukan cara promosi yang sama. Dia menantang siapa saja yang merasa mampu mematahkan tombak kayu itu dengan segala macam senjata yang dia tawarkan.

Jika bukan karena seragam dan topeng ini, saya pasti akan ikut berpartisipasi dan mematahkannya dengan mudah. Malam ini telah ada 6 pedang yang patah. Artinya, ada 6 orang yang terpaksa membeli 6 pedang patah itu. Cara berbisnis yang unik itu pernah dilaporkan sebagai penipuan. Itulah alasan kenapa saya terus mengawasinya hingga para junior selesai menghapal nama para pedagang.

“Lapor! Kami telah selesai menghapal nama semua pedagang!”

Saya menarik diri dari tembok yang telah 4 jam saya sandari ketika mereka berbaris rapi. Mereka adalah 10 junior yang baru satu hari bergabung.

“Laporan diterima.”

Mereka masih diam seakan menunggu saya berbicara hal lain.

“Ada yang ingin ditanyakan?”

Seseorang mengangkat tangan.

“Barquel, apa Anda tidak ingin mengetes kami?”

Saya terdiam sejenak. Seperti mereka, ini juga merupakan tahun pertama saya dengan pangkat Barquel. Saya tidak punya pengalaman memimpin prajurit junior sebelumnya. Dan pertanyaan itu membuat saya kebingungan. Hanya satu hal yang terlintas di kepala saya soal pengetesan.

“Coba serang saya. Saya tidak akan menggunakan senjata,”

“Siap! ucap yang tadi bertanya.

Dia maju selangkah. Kuda-kudanya tampak kokoh namun posisi tangannya masih belum sempurna. Dia meninju topeng saya dengan cepat. Suara benturannya mengalihkan perhatian pedagang tombak.

“Maaf! Maafkan saya, Barquel!”

“Pukulan kamu cukup bagus. Terus berlatih,” sahut saya sembari berjalan menjauhi para junior.

“Siap!”

Walaupun topeng ini baru setahun bersama saya, saya tahu betul bagaimana daya tahannya. Bahkan taring dari monyet raksasa Pulau Auru sekalipun tidak akan mampu menghancurkannya. Dan saya cukup beruntung pernah bertemu dan berjabat tangan dengan penciptanya sebelum dia meninggal.

“Barquel Diva!”

Sontak saya menoleh ke sumber suara. Pedagang tombak berjalan menghampiri.

“Ada yang bisa dibantu, Pak?”

“Maaf, Barquel, tadi saya lihat Anda sedang dipukul junior Anda sendiri. Apakah itu termasuk tindak kejahatan?”

“Oh itu. Saya yang meminta dia untuk menyerang saya, Pak. Hanya bagian kecil dari latihan,”

“Oh begitu … syukur, lah. Apa sekalian mau latihan pakai persenjataan saya?”

“Mereka prajurit baru, Pak. Bahkan mereka belum diajarkan cara menggunakan senjata tajam apapun. Mungkin lain kali kami akan pinjam dari Bapak. Permisi.”

Heshita: Prajurit GaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang