Saya mengeluarkan teknik yang membuat saya naik pangkat menjadi Barquel dengan lebih cepat ketika ujian kenaikan setahun yang lalu. Saya menggunakan sihir jingga untuk melapisi topeng saya. Ini mencegah kobaran apinya membakar topeng, dan membuat saya masih bisa bergerak cepat walaupun tubuh saya terbakar.
Saya mengabaikan panas yang membakar dan terus menebas mereka hingga saya bisa masuk ke kerumunan. Saya memukul mundur semua monyet dan mendapati anak buah saya tergeletak di tanah dengan kondisi mengenaskan. Satu-satunya bagian yang masih utuh hanyalah topengnya. Topeng yang baru saja dia dapatkan dengan bangga.
Saya tidak melihat asap putih, artinya dia masih hidup walaupun tidak bisa melakukan apa-apa. Saya menyempatkan untuk menepuk-nepuk api yang membakar baju saya, lalu menarik napas panjang dan memusatkan asap jingga untuk menyelimuti simbol di topeng ini.
Setahun yang lalu, para penguji langsung menghentikan saya ketika melihat hal ini. Saya tidak mendapatkan penjelasan, tapi saya mendapatkan pangkat dan topeng baru, yang sekarang saya kenakan.
Suhu tubuh saya turun secara drastis, membuat semua api padam seketika. Namun, kepala saya yang menjadi sasaran panasnya. Lebih tepatnya, saya memusatkan panas di kepala agar bisa menggunakan satu teknik yang saya asah sejak masih junior.
“Barqill!”
Simbol di topeng saya menyala dengan asap jingga. Sekarang, apapun yang saya lihat bisa saya terbangkan. Saya menerbangkan semua monyet lalu melompat untuk menusuk mereka sekaligus dan mendorongnya kembali ke dalam portal. Hanya ini caranya agar kekacauan tidak berlanjut.
Sekarang saya berada di Pulau Auru, dan harus tetap menjaga portal di belakang saya agar tak ada monyet yang bisa lewat. Saya harus mengulur waktu sampai pasukan lain datang dan menutup portal ini.
Karena di sini tidak ada kewajiban untuk melindungi lokasi dan jiwa apapun, saya bisa leluasa mengamuk dan memanfaatkan waktu yang ada untuk menguji seberapa lama teknik Barqill ini bisa bertahan. Saya kembali menerbangkan mereka. Kali ini, saya mendorongnya sangat jauh, mungkin sampai pesisir pantai.
Saya memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan, karena setahu saya selalu ada prajurit yang berjaga di pulau ini. Saya tidak menemukan apapun kecuali segerombolan monyet yang kembali berlari mendekat. Saya menahan langkah mereka dengan mengangkatnya ke udara. Mereka hanya berteriak ketika saya mencabik mereka dengan pedang.
Saya bisa membunuh mereka semua dengan cara ini, tapi saya khawatir tindakan saya berlebihan dan tidak bermoral. Bagaimana saya bisa menjadi sejahat itu untuk membantai makhluk penghuni asli pulau ini? Saya menurunkan mereka yang terluka, dengan harapan mereka akan segera mundur.
Ternyata, mengasihani makhluk buas lebih banyak salahnya. Mereka segera mengeroyok saya. Baju saya tercabik, memperlihatkan banyak bekas luka yang selama ini saya dapatkan dalam pertempuran.
Karena saya meletakkan sihir jingga di topeng, saya hanya perlu menerbangkan topeng saya sendiri agar saya juga bisa ikut terbang. Lalu, seperti burung hantu yang menukik saat berburu tikus, saya memenggal putus kepala monyet-monyet itu. Tersisa 24 monyet yang berteriak menyaksikan teman-temannya telah kehilangan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heshita: Prajurit Gaib
FantasyTanpa sengaja, manusia bisa tersesat di alam gaib, sebuah dunia misterius yang penuh dengan keajaiban dan bahaya. Beberapa terlena oleh keindahan yang tak biasa, sementara yang lain dilanda ketakutan seketika. Namun, apapun reaksi mereka, satu hal y...