NAPLS Bab 1 : Titik Balik Roda Kehidupan

422 86 13
                                    

Halo, selamat datang di lapak cerita terbaruku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, selamat datang di lapak cerita terbaruku!

Sesuai request para pembaca yang selalu setia mengikuti ceritaku, kali ini cerita Gia dengan genre Horror, Romcom yang aku publish!

Cerita ini hanya fiktif dengan bumbu imajinasiku. Tapi untuk beberapa scene hantu yang muncul sebagian memang dari pengalaman pribadiku saat aku masih bisa melihat mereka-dulu.

Aku juga mencoba mengganti pov penulisanku, yang biasanya ku tulis dengan pov org ke 3, kali ini menggunakan pov 1 biar lebih berasa feelnya 😬.

Bab selanjutnya kapan? akan aku update kalau voment sudah ramai 😬. Sambil menunggu, bisa baca ceritaku yang lain dulu, ya! (khususnya para pembaca baru).

👻👻👻

"Gia.. Sayang.. Bangun, Nak!"

Usapan lembut dikeningku membuat tidurku terganggu. Tangan itu, mengusap lembut namun anehnya meninggalkan jejak panas yang asing. Lelap yang baru terhitung beberapa jam sejak aku menutup mata membuatku enggan bangun dari tidurku.

Sepertinya aku sedang bermimpi karena seingatku, Mama sedang tidak ada di rumah. Tidak mungkin itu suara Mama yang membangunkanku, kan?

Kedua orang tuaku sedang pergi ke Myanmar guna mengunjungi pabrik kayu jati milik keluarga kami. Kayu jati Burma atau yang juga dikenal sebagai kayu jati Myanmar merupakan kayu jati dengan kualitas terbaik yang memiliki ketahanan luar biasa. Kayu jati jenis tersebut masuk kedalam kualifikasi golongan A yang menyandang sebagai kualitas terbaik di antara jenis kayu jati lainnya.

Pabrik kayu jati pertama keluarga kami berada di Blora, Jawa tengah. Usaha dibidang kayu jati sudah keluargaku tekuni secara turun temurun selama tiga generasi-dari pihak keluarga Papa. Setelah lulus kuliah tahun lalu, akupun bekerja di perusahaan keluargaku sebagai seorang quality manager.

"Gia.. Bangun!" Kali ini suara Papa terdengar dekat.

Aku buka mataku perlahan, dua bayangan gelap telihat samar. "Ma? Pa?" Bisikku parau. "Kalian udah pulang?" tanyaku sambil memanjangkan kedua tanganku ke atas seraya menguap lebar.

"Gia.." Panggil Mama lagi.

Kupejamkan mataku kembali perlahan. Oh, betapa aku masih sangat mengantuk saat ini. Salahkan diriku yang hobi menongkrong sampai larut malam selepas jam pulang kantor.

"Gia, maaf.. Maafkan kami." Isak Mama tiba-tiba dengan suara tangis pilu.

Sontak, aku membuka paksa kedua mataku lebar-lebar, "Ma? Ada apa?!" Panikku. Seumur hidupku, tidak pernah sekalipun aku mendengar Mama menangis. Wanita paruh baya itu selalu terlihat kuat. Sosok yang sangat mandiri, gigih, tegas juga penyayang. Wanita panutanku, yang segala tindak tanduknya sangat ku kagumi sejak aku kecil. Sesibuk apapun dirinya, Mama selalu menyempatkan diri untuk menanyakan hariku, memastikan segala sesuatunya bisa ku lalui dengan baik.

Not A Purr-fect Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang