Chapter 2 : Racun yang Mengalir
___________________________________________Di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kampus, suara gemuruh mesin kopi bercampur dengan obrolan ringan para mahasiswa yang tengah rehat dari kelas. Di hadapan Dhara, segelas kopi dingin yang sudah setengah mencair. Dia tak menyentuhnya sama sekali, pikirannya masih terjebak pada percakapan mereka sebelumnya.
"Jadi... apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Daniswara, suaranya tenang namun serius. Dia menatap Dhara dengan penuh perhatian, seolah mencoba menyelami setiap emosi yang tersimpan di balik ekspresi gadis itu.
Dhara menghela napas panjang, menatap kosong ke arah cangkir kopinya. "Aku merasa... seperti ada sesuatu yang menahanku. Sesuatu yang sangat berat, yang bahkan aku gak bisa jelaskan. Setiap kali mimpi itu datang, aku selalu bangun dengan perasaan yang sama-bingung, takut, dan seperti sedang lari dari sesuatu yang aku gak ngerti."
Daniswara mengangguk pelan. "Kadang mimpi memang lebih dari sekadar mimpi. Itu bisa jadi cerminan dari hal-hal yang kita abaikan di kehidupan nyata."
"Ya, kamu sudah bilang itu," potong Dhara cepat, sedikit kesal karena merasa tak ada solusi konkret. "Tapi... gimana caranya aku tahu masalah apa yang sebenarnya aku hadapi? Semua terasa kabur, Dan. Seperti... asap itu."
Daniswara tersenyum kecil, memahami frustasi Dhara. "Setiap mimpi punya pesan tersendiri, Dhara. Kamu bilang asap ungu itu selalu muncul, dan kamu selalu merasa teracuni. Mungkin asap itu melambangkan sesuatu yang kamu pendam, yang kamu tahu berbahaya, tapi kamu biarkan mengendap terlalu lama."
"Kaya apa?" Dhara melipat tangannya, jelas-jelas merasa putus asa. "Kehidupan kuliahku? Pilihan jurusan yang bukan pilihanku sendiri?"
"Atau bisa jadi sesuatu yang lebih dalam," jawab Daniswara. "Mungkin ini tentang bagaimana kamu melihat dirimu sendiri, atau bagaimana kamu merasa tidak cukup baik untuk sesuatu yang kamu inginkan."
Dhara menatapnya tajam, tidak yakin apakah Daniswara benar-benar memahami perasaannya. "Apa kamu bilang aku insecure?"
"Semua orang punya rasa tidak aman, Dhara," jawab Daniswara, tetap tenang. "Tapi kamu bisa memutuskan apakah kamu akan menghadapi rasa itu atau membiarkannya menggerogotimu dari dalam."
Dhara terdiam sejenak, pikirannya kembali ke mimpi-mimpi aneh itu. Ia selalu berusaha melarikan diri dari sesuatu-sesuatu yang tak pernah ia sadari, dan racun itu selalu mengikuti di setiap langkahnya. Mungkinkah ia memang sedang lari dari dirinya sendiri?
"Kamu bilang aku lari dari diriku sendiri... tapi apa artinya?" Dhara akhirnya bertanya dengan suara pelan, hampir seperti berbisik.
Daniswara bersandar di kursinya, menatap Dhara dengan lembut. "Artinya, mungkin kamu selama ini sudah tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan, tapi kamu takut untuk mengejarnya. Kamu membiarkan harapan orang lain menentukan jalan hidupmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIMPI SEJUTA RACUN
RomanceTentang Dhara yang terbebani oleh banyaknya harapan dari orangtuanya, juga jurusan yang ia muak. Dirinya hanya ingin menjadi diri sendiri tanpa campur tangan orang lain dengan menaruh banyak harapan ke dirinya. Lalu Dhara bertemu dengan Daniswara se...