Hari itu akhirnya tiba.
Keluarga Byakta melakukan pers conference hari sebelumnya. Mengatakan bahwa salah satu dari dewan direksi Byakta Group akan meninjau dan memantau secara langsung. Hal itu mendapatkan sambutan antusias dari wartawan. Tapi semua wartawan memiliki tujuannya masing masing. Tak ayal juga banyak yang berusaha mengorek Byakta dibagian negatifnya. Maka dari itu keberangkatan Kala ke tempat tujuannya diwarnai ke chaos an. Bahkan dibandara pun dirinya masih diburu oleh wartawan. Harus selalu senyum dan menjawab dengan ramah walau matanya bengkak dan memerah sebab menangis.
Karena penerbangan pribadi, dirinya langsung masuk dan berpisah dengan keluarganya. Diantar oleh keluarga inti, melakukan perpisahan yang cukup membuat orang lain terharu.
"Jangan ganggu gue sampai mendarat." pesan Kala sebelum bersiap untuk tidur. Isi jet pribadi ini hanya dirinya, Aruni dan 2 bodyguard yang akan membantu Kala untuk turun. Dan beberapa awak kabin.
"Iya mbak."
↓
Perjalanan 2 jam lebih membuat Kala setidaknya bisa mengistirahatkan badannya. Kedatangannya jelas dan pasti bakal disambut. Beberapa aparat dan pemerintahan udah disana bersama dengan karyawan lain. Bahkan ketika dia turun dari pesawat, mendung sudah menyambutnya. Mending kalau mendung yang biasa, mendung kali ini benar benar abu abu gelap hitam. Seperti akan tumpah saat itu juga.
"Ini mau hujan, harus langsung ke lokasi?" tanya Kala to the point didepan beberapa orang yang menjemputnya.
"Iya bu, kami hanya bisa antar sampai perbatasan, dari perbatasan akan berganti dengan beberapa tentara yang berjaga." jelas satu bapak bapak yang diyakini Kala adalah pemimpinnya.
"Kenapa kok nggak bisa langsung sampai ke lokasi?" tanya Kala sembari berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan.
"Dari perbatasan hingga lokasi memakan waktu 5 jam lebih ibu. Sedangkan, kami dengan alat transportasi seperti ini sangat tidak cocok untuk sampai ke tempat. Kami diminta secara langsung oleh ajudan Pak Hadyan Byakta untuk mengantarkan hingga perbatasan dan akan digantikan oleh tentara disana." jelas bapak itu lebih banyak.
"Aduh, ini mendung saya takutnya hujan dijalan. Ada hotel untuk sekedar menginap semalam?" Tanya Kala.
"Maaf ibu, untuk hotel dengan arah menuju lokasi tidak ada. Tetapi kalau sedikit menjauh dan beda arah, ada. Hanya tidak berbintang seperti dikota kota besar." untungnya bapak itu dengan kalem menjelaskan ke Kala hingga paham.
"Mbak, langsung aja. Mumpung lagi jam 9. Nanti takutnya semakin lama kita berpikir malah dikejar waktu dan hujan." saut Aruni. Dirinya tau atasannya sedang berusaha mengulur waktu.
"Ck. Jangan letakkan koper saya dibelakang, kasih di kursi penumpang atau bagasi luas." pesan Kala sebelum masuk ke kursi tengah. Mobil seperti ini bahkan belum pernah dia naiki, sangat sangat tidak seperti dirinya biasanya.
"Run, gue beneran nggak bisa. Dan tolong banget, pangku tas ini." ucap Kala pelan ketika Aruni sudah duduk disebelahnya. Kursinya bersambung, tidak terpisah. Jadi Kala dan Aruni itu berjejer dekat dan tidak ada space untuk tasnya. Sedangkan dibawah, ia tak yakin lantai mobilnya bersih. Kala itu selalu mencintai barang yang dibelinya pakai uang sendiri dan tentunya mahal.
"Iya mbak, aku bawain." ucap Aruni sebelum memegang pelan tas itu dan diletakkan dalam pangkuannya. Ia tau sedang memangku mobil secara tak langsung disini.
"Gue ga yakin koper bakal aman." gumam Kala. Dia membawa 2 koper besar dan 1 koper mini yang isinya jelas hal hal mahal seperti skincare, heels, sepatu dan aksesoris lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/376273570-288-k740602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Of Cadency
Romance[IRAMA'S SERIES 3] Love Of Cadency memiliki arti cinta dari sebuah irama. Sebuah pertemuan tak direncanakan, kondisi tidak memungkinkan. Hingga rasa yang tertinggal tanpa mengetahui bagaimana cara bertemu kembali hingga alam memberikan jalan. Hadden...