Diam, sepi dan membisu,
seperti deruan angin yang menerpa tanpa bunyi,
bisu tak bersuara,
diam memendam bicara,
tak mengiakan, tetapi tak pula menafikannya,
hanya akur, akur dan terus akur.
Terkadang, apa yang diingini,
tak harus dimiliki.
Tetapi, adakah ianya tak harus juga diluahkan?
Oh, mengapa?
Mengapa begitu sukarnya isi hati ini terluah.
Ya, hanya dirimu ada jawapannya.
Mungkinkah engkau takut?
Takut diperlekehkan, takut ditolak,
atau sebenarnya kecewa?
Kecewa dan hampa kerana tiada yang ingin mendengarkanmu.
Semua orang ada sesuatu yang mereka ingini,
punya harapan dan impian tersendiri,
punya persepsi, perasaan dan kisah yang ingin diluahkan,
nyatanya, diperlekehkan itu lebih baik.
Kerana sekurang-kurangnya, kita tahu ada orang lain yang mendengarkan,
meskipun ianya tak diterima.
Di atas pasir pantai hati,
Menjadi saksi tulisanku bersuara.
Mencoret segala rasa yang tak terungkap dek bicara.
Bicara bisu yang terluah,
jujur dari pelusuk jiwa yang mendalam.
Meski kutahu, pada akhirnya,
tulisan itu akan hilang dibawa pergi.
Ghaib diserang ombak laut yang menghempas pantai.
Tetapi kupercaya, meskipun ianya hanyut dibawa arus ombak,
melenyapkan segala apa yang telah tertulis,
namun intinya, akan terus belayar megah,
merentasi segala onak duri samuderaraya,
kerana harapan yang sesungguhnya itu,
akan selalu tertulis di hati ini,
selagi ianya berharap pada yang Maha Esa, percayalah...
Ya, terkadang seluruh isi hati tak semuanya mampu terluah,
dan tak semua persoalan itu mampu dijawab secara lisan.
Tak ada yang ingin mendengarkanmu?
Yakinilah, ada yang setia menemanimu,
walhal dirimu tak mengatakan apa pun,
isi hatimu telah pun diketahui oleh Nya.
YOU ARE READING
Apabila Tulisan Berbicara
PoetryKoleksi puisi. "Terkadang, bicara tak mampu mengungkapkan segalanya..."