Tinggal dirumah sendiri namun diperlakukan seperti seorang pembantu. Itulah yang dirasakan oleh Luna Amora. Bahkan, Luna juga sering mendapatkan kekerasan dari sang nenek, meski ia tidak melakukan kesalahan apapun.
Tidak sampai disitu saja. Kelima k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue sama yang lain tadi gak ngeliat lo disekolah. Lo kemana.?"
Suasana di meja makan langsung menjadi hening. Pertanyaan yang Yuna arahkan pada Luna, berhasil menghentikan kegiatan Luna yang sedang menghidangkan makanan di atas meja.
Raut wajah Luna langsung berubah, keringat mulai bercucuran membasahi wajahnya yang sedikit pucat. Menyadari Luna seperti itu, membuat mereka yang melihatnya tersenyum penuh arti.
Sedangkan Mawar--wanita tua itu tidak melepaskan atensinya dari Luna. Wanita tua itu menatap cucunya yang kini menundukkan kepala tepat disebelahnya.
"kok diem? gue lagi nanya loh." suara Yuna kembali mengisi keheningan yang sedang terjadi. Diam-diam, ia menyeringai kecil, saat melihat ketakutan yang begitu terpancar di wajah Luna.
"Tau tuh. kak Yuna lagi nanya malah lo diemin. Gak sopan.!"Lista ikut menimpali.
"Lo beneran bolos? makanya lo gak berani ngejawab pertanyaan kak Yuna.?" tambah Wilona, yang sedari tadi menyimak percakapan ketiga saudaranya yang lain.
"Apa bener yang dibilang sama kakak-kakak kamu? Kalau kamu tadi bolos.?" Sedari tadi hanya diam. Mawar membuka suara. Tidak melepaskan atensinya dari Luna yang lagi-lagi diam menundukkan kepala tepat disebelahnya.
"Jawab!" Mawar memukul meja makan dengan kasar. Membuat rasa takut semakin menguasai diri Luna.
"Jawab saya, Luna.!"
Suasana di meja makan semakin menegang. Dimana Luna yang tetap memilih diam. Meski pun Ia menjelaskan yang sebenarnya, neneknya itu tidak akan mempercayainya semudah itu. Luna sudah siap jika nanti kembali menerima hukuman dari sang nenek.
"Jawab! Kenapa tadi kamu bolos.?"Lagi, Mawar membentak Luna.
"Aku yang nyuruh."
Mendengar pengakuan tiba-tiba dari Geby. Membuat atensi mereka yang ada disana langsung teralihkan kearah Geby.
Menyadari tatapan mereka, Geby berusaha bersikap setenang mungkin. Lalu,Ia berdehem pelan sebelum kembali membuka suara.
"Aku yang nyuruh dia bolos." Geby kembali mengulang perkataannya.
"Kenapa kamu nyuruh dia bolos.?"
Pertanyaan dari sang nenek, tentu ditanggapi setenang mungkin oleh Geby.
Untuk sekian kalinya, Geby berdehem pelan, sebelum kembali membuka suara.